(Name) Um tidak, hanya saja apa bisa kau ke rumahku? Shin-chan akan pergi hari ini.
Sabito Begitu, baiklah aku akan datang pukul 10 nanti.
“Ara~ Bagaimana ya reaksi (name) setelah mengetahui Sabito-kun akan datang. Rasanya aku ingin tertawa.” Batin gadis manis bersurai ungu. Shinobu Kocho.
* .
Hatchu!
“Ah, pasti ada yg sedang membicarakanku.”
Minggu kali ini aku sangat merasa bosan. Tidak ada hal menarik dirumah kecuali bermain dengan Ciccechironi. Anjing peliharaanku. Dan hal yg selama ini menjadi rutinitasku yaitu memasak makanan kesukaan Shin-chan.
Ah, aku lupa mengatakannya.
Selama ini aku tinggal bersamanya karena ia adalah kakak angkatku. Dulunya aku hanya seorang gadis yg tidak memiliki orang tua. Hidup sendirian dipinggiran jalan sempat membuatku muak dan ingin bunuh diri saja.
Tapi sudah, cukup ceritanya.
“Shin-chan!” Aku berteriak memanggil Shinobu yg sedari pagi tengah asik menonton tv dan aku yg sibuk berkutat di dapur.
“Aku datang (name)!”
Tak berselang lama Shinobu datang sambil tertawa ringan, kemudian duduk dan menyerahkan ponselku. Entah apa yg sedang ia tertawakan tapi aku menaruh rasa curiga padanya.
Sampai akhirnya kami selesai makan.
“(name), aku akan pergi berjalan-jalan. Jaga rumah yaa~”
*
Aku keluar kamar mandi sambil berjalan dengan handuk yg tersampir di atas kepalaku guna mengeringkan rambut dan melirik jam yg ternyata masih menunjukkan pukul 10.
“Mandi membuatku merasa lebih segar~ Terimakasih air.”
Aku membelalakkan mata saat melihat sosok pria bersurai peach sedang duduk membelakangiku di sofa. Entah mengapa terasa seperti tidak asing dan aku mengenalnya.
“M-MASAKA?!!! S-SABITO-KUN?” Batinku bingung. Sampai akhirnya ia benar-benar menoleh dan menatapku sembari tersenyum manis. Membuatku merona.
“Ah (name), sudah selesai mandinya?” Tanyanya sambil tersenyum manis, tp justru mendapat banyak umpatan dari batinku.
“Dame! Dame! Dame! Hentikan senyumanmu itu bodoh!”
Aku yg merasa malu langsung menutup wajahku dengan handuk dan langsung berlari sembarang arah.
Bagaimana tidak, saat ini aku hanya mengenakan kaos kuning polos kebesaran dan celana pendek jauh diatas lutut. Sehingga terkesan aku tidak memakai celana karena tertutup baju yg kebesaran. Hingga akhirnya. . .
BRAKK!
“ITTAI!!!”
Kepalaku membentur dinding dengan keras.
. *
“Apa masih sakit?”
Sabito bertanya sembari mengeringkan rambutku yg sebelumnya masih basah dengan telaten. Ia duduk di sofa dan aku duduk di lantai. Rasanya jantungku sedang mengadakan konser dadakan hingga berdebar-debar tidak keruan.
“. . .”
“(Name)?”
“A-ah tidak. Hanya saja tumben sekali kau datang kemari?”
“Bukannya tadi pagi kau mengirim pesan padaku jika ingin ditemani hm?” Jawabnya santai. Tapi tidak denganku yg merasa cukup terkejut.
“E-Eh tidak. Aku belum memegang ponsel hari ini. Ta-”
“Gyaaaa pasti ini ulah Shin-chan!!!”
“Maksudmu Shinobu?”
“Iya! Tadi pagi ia tertawa seperti orang gila. Aku yakin!”
“Kalau begitu biarlah. Tidak apa.”
BLUSHH. Wajahku pasti sudah semerah tomat. Selanjutnya hanya ada keheningan yg terjadi antara kami. Aku terlalu gugup setiap dekat dengannya.
“S-Sabito-kun?!” Lirihku berharap ia tidak mendengarnya.
“A-Aku”
“Um. Aku men-”
“Aku me- aarghh!”
“Apa kau akan berkata jika ‘Aku mencintaimu’?”
“Jika iya aku sudah tau.” Jawabnya diiringi kekehan dan meletakkan kedua telapak tangannya memegang bahuku.
“Aku menyukaimu. Sabito kun.” Ucapku pada akhirnya.
“Eh? Aku mengatakannya?!” Batinku sembari membelalakkan mata.
Entah angin darimana, dengan santainya Sabito menjawab dan tersenyum, “Aku tau (name).”
Aku gugup, sangat gugup sampai aku menyembunyikan wajahku dibalik ujung sofa tempat Sabito duduk. Aku salah tingkah sekaligus takut. Bagaimana jika nantinya ia akan membenciku? Apalagi menolakku? Ah, memalukan.
“Kalau begitu a-aku ingin kau menjawabnya.”
Sabito yg mulanya mengadahkan kepala kini menunduk untuk menatapku lekat, “Kau sudah tau jawabannya (name).”
BLUSHH
“Hehe.. kuharap akan selalu seperti ini.”
Tanpa disadari, ada perempuan kupu-kupu yg mengintip dari luar rumah. sebenarnya jalan-jalan hanya sebagai alasan agar berada di luar rumah dan dapat mengintip. Sabito sendiri sudah merencanakan ini sebelum ia masuk ke dalam dan bertemu dengan (name).