Cuan Hilang, Amsyong Datang

30 5 4
                                    

***


Saking kagetnya tubuh Ana oleng sebelum akhirnya jatuh kesamping dan menyebabkan beberapa motor yang terparkir rapih berantakan seketika. Domino effect.

Seketika orang-orang mengerubungi Ana yang kondisinya sangat, ew. Mata sembab, muka memerah, bibir pucat, kucel karena muka berminyaknya belum dibasuh karena terburu-buru dan ditambah kening yang berdarah karena bertabrakan dengan spion sepeda motor. Saking kuatnya spion tersebut sampai patah.

"Aduh, Neng. Nggak apa-apa?" Tukang parkir mini market menghampiri Ana. "Perlu dibawa ke rumah sakit ngga, Neng?" Tanya ibu-ibu yang baru keluar dari mini market. Ada juga remaja yang mengabadikan momen memalukan Ana menggunakan HP.

Ana masih berusaha memeroses apa yang terjadi dengan dirinya saat ini, kepalanya berdenyut, pusing. Matanya memicing menyadari keadaannya saat ini. Ana segera bangkit dari posisi terlentang dibantu oleh Aa penjual kebab legendaris yang biasanya nangkring di depan mini market.

"Makasih, A"

"Mau dipanggil ambulan ngga, Neng?"

Jangan tanyakan pengemis yang Ana injak kakinya tadi, nasib Ana saat ini lebih buruk dari pada ibu-ibu tadi, semuanya gara-gara cowok meresahkan yang sekarang menghilang.

"Nggak usah, Bu. Nggak apa-apa. Makasih ya, Pak, Bu, semuanya."

Mang parkir merapihkan motor seperti semula, beberapa ada yang lecet, dan motor paling ujung kehilangan 2 spion motornya.

Orang-orang meninggalkan Ana satu persatu menyisakan beberapa  orang yang saat ini sedang mengomeli Ana. Satu orang pemuda dengan hoodie hitam dari awal sibuk menelpon sambil menatap kearah Ana yang masih berdiri sambil berkaca-kaca tidak tahu harus berbuat apa.

"Aduh, Mba motor saya jadi lecet gini, ini masih kredit lho!" keluh salah satu pemilik motor yang ditaksir seorang mahasiswa berambut gondrong.

"Si Jeki juga jadi hilang pentilnya, Neng."

"Aduh, Mas, Pak. Saya nggak bawa uang cash"

"Ya saya nggak mau tau, Neng. Si Jeki pokoknya harus dirawat."

"Yaudah ini nomor telepon saya, nanti Bapak sama Masnya hubungi nomor saya aja."

Ana mengeluarkan Hpnya lalu melihat beberapa panggilan tak terjawab. Ana segera menyebutkan nomor Hpnya kala Bapack tersebut menghela napas keras. Sebenarnya Ana tidak tahu harus mengganti kerugian ini pakai uang siapa, sudah pasti Ana akan dimarahi jika meminjam uang orang tuanya.

"Apa lo liat-liat?!" Ana yang masih kesal menumpahkan kekesalannya pada pemuda yang menggunakan hoodie hitam tersebut. Ganteng sih, tinggi, badannya padat mirip Darren Wang. Tapi nggak akan jadi pacar Ana juga.

"Lo Ana, kan?"

Hah? Apa jangan-jangan itu cowok yang Ana cari dari tadi? Kalau benar Ana akan benar-benar marah. Semuanya gara-gara cowok brengsek ini.

"Tugas gue mana?" Dengan santai Aston menghampiri Ana yang mukanya babak belur.

"Oh, jadi lo orangnya? Gara-gara lo yang ngeburu-buru gue, liatin gue sial banget jadinya!" Ana tidak terima dengan kesialan yang terjadi hari ini padanya. Meski Ana mengakui hal ini terjadi karena kecerobohannya, tetapi akarnya karena cowok songong di depan Ana ini.

"Nih, makan tuh tugas lo!" Ana menyerahkan lembaran kertas yang ditentengnya dari tadi ke dada cowok tersebut.

Aston memerhatikan Ana dari atas hingga bawah, memandang rendah Ana yang seperti gembel dengan luka di dahinya. "Gue udah call lo dari tadi ya. Makannya jadi cewek jangan lelet, kerja nggak profesional banget sih."

"Luntur sebagian, gue nggak terima." Aston mengembalikan beberapa lembar kertas yang luntur.

Ana merebut kertas yang luntur tersebut dan merobeknya tepat di hadapan Aston hingga menjadi potongan kecil dan melemparnya ke arah muka manis Aston.

"50 halaman lo kira kicep jadi? Gue ngerjain dari malem sampe pagi. Kalau nggak bisa sabar nggak usah order!"

"Kalau nggak sanggup gausah nyanggupin." Aston membuat Ana tidak bisa berkata-kata lagi. Ana menahan kekesalan dalam dirinya dan berbalik pulang.

"Argghhh" Ana menghentakan kakinya keluar dari area mini market. Baru dua langkah tiba-tiba rambut kuda Ana ditarik oleh Aston menyebabkan Ana hampir terjungkang.

"Apaan sih lo, hah?!!" Bentak Ana tidak terima sambil meringis memegangi rambutnya.

"Liat tuh motor gue!" Aston menunjuk motor Vespa maticnya yang paling mengenaskan dari motor lainnya. Bodynya banyak yang lecet dan dua kaca spionnya raib.

Ana memelototkan matanya tidak percaya, tadinya Ana akan kabur sebelum pemilik motor yang ternyata milik Aston datang.

Bukannya dapet cuan, buntung yang ada.

***

YEAY! SELESAI JUGA!
2000 kata bagi gue sangat impresif, btw ini alurnya kelamaan nggak sih? atau udah pas? comment yaa guys!

NEXT CHAPTER BAKALAN ADA CAST, JADI BAGI YANG GAMAU LIAT BISA DI SEKIP AJA YA! MUACHH LOP U ALL!!

ConatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang