Narrator: Aiden Daniswara🐺
"Den, tugas Bu Elisabeth udah selesai?" tanya Raja.
Gue menatap ke mata Raja, "Menurut lo?"
"Belom," jawab Raja sambil duduk di depan gue.
Masih menatap ke mata Raja, "Terus tadi malem gue ngapain begadang Yang Mulia?" dengan mengeluarkan tugas Ekonomi di kertas Folio bergaris.
"Hehe, bercanda Aiden nanya doang... Sadar kok kemarin lo bergadang banget," Raja tertawa.
"Lo udah?" gue balik bertanya. Raja cuma mengacungkan jempolnya, dan Bu Elisabeth masuk ke kelas.
"Ya tugas silahkan dikumpulkan ke depan, kita koreksi bareng ya anak-anak," kata Bu El.
Semester ini udah berjalan satu bulan.
Tinggal tujuh bulan lagi gue bakal ada disini.
Gue Aiden Daniswara, kelas 12 IPS 1, ekskul sepak bola Resonance Academy. Di tahun terakhir gue sekolah, gue masih gak punya pacar.
Salah gue sendiri sih, gue nolak semua cewe yang suka sama gue. Tapi emang gue gak suka sama mereka, masa maksa sama perasaan sendiri? Terus kalau pacaran jadinya gue gak serius sama cewe itu. Mending gue tolak.
Setelah Bu El menjelaskan soal-soal Ekonomi tadi, dan semuanya memberi nilai di kertas yang mereka dapet, akhirnya paruh pertama pelajaran hari ini selesai. Waktunya ke kantin!
"Aiden, dapet nilai berapa tadi Ekonomi?" tanya Raja.
"Gue? 75 pas KKM, lo berapa Ja?"
Raja tersenyum, dan menjawab menggunakan jarinya. Kesepuluh jari tangannya.
"Najis 100, dasar jenius," gue membuang muka dari Raja.
Raja ketawa lagi, "HAHAHA, jangan ngambek kapten. Lagian kalau Ekonomi gue jelek, orang tua gue bakal mengeluarkan isi neraka,"
Ah iya, baru inget orang tua Raja kan pakar Ekonomi. Beneran pakar Ekonomi. Papa-nya kerja di kementerian Perekonomian terus mama-nya kerja di salah satu perusahaan konsultan pajak yang terkenal.
"Sabar ya Ja, susah punya orang tua sukses," kata gue sambil menepuk punggung lebar Raja,"
Raja menengok ke gue, "Iya makasih ya Aiden, yang bapaknya calon Hakim Agung,"
Ekspresi gue berubah dari kasian menjadi bete, "Sialan, jangan ingetin gue sama bapak gue yang kalau di rumah make sarung sama kutang. Ternyata dia calon hakim agung di luar rumah,"
Raja lagi-lagi ketawa, "HAHAHA, maaf kaptenn! Udah ayo kita ke kantin, gue butuh asupan kopi dan Ayam Katsu make keju,"
"EH ANJIR, AYO BURU!" dan kita pun ngibrit ke kantin.
Sesampainya di kantin, ayam katsunya tinggal dua, "Anjay pas banget niih," tapi di arah kanan ada manajer tim yang baru sampe.
"Mba, ayam katsunya dua!" kata Raja.
"Satu aja mbaa, satu lagi buat dia aja," ujar gue sambil nunjuk ke Gladys.
Gladys yang baru sampe bingung, "Eh? Kak Aiden mau makan katsu? Aku yang lain ajaaa,"
"Gak, lo aja yang makan katsu, gue makan yang lain," jawab gue ke Gladys.
Tiba-tiba Raja bisik-bisik ke gue, "Den, lo kan ngibrit banget makan nih katsu,"
"Gak apa-apa, gue bosen makan ini pas liburan," bisik gue balik.
"Mba Bibit! Saya makan karage sama nasi aja deh!" kata gue ke ibu kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Not A Prom!
JugendliteraturResonance Academy Salah satu sekolah favorit di lingkungannya. Tak hanya karena prasarana yang baik, guru yang diatas standar, teta[i sekolah ini telah lama ada dan tradisi sekolah yang berbeda dengan sekolah lain. Contohnya: Sadie Hawkins. Acara li...