Narrator 1: Myra Anastasia🌻
Kenalin nama gue Myra Anastasia, biasa dipanggil Myra. Kelas 11 Social Sciences 2, Ekstrakurikuler Bahasa Rusia di Resonance Academy. Dan hari ini adalah hari pertama di sekolah di bulan Agustus.
Sekolah ini bukan sekolah biasa. Ini tuh bentuknya akademi, jadi kita tinggal di dormitory, terus vibes sekolah ini tuh kayak tua tapi dalemnya agak sedikit modern.
Di dorm kita dikasih satu kamar dengan satu roommate. Suasana sekolah lagi menuju dingin, karena udah masuk musim gugur, dan dari kaca dormitory terlihat tumpukan daun-daun yang gugur.
Beruntung banget gue dapet rommate indah, cantik, dan jelita bernama Nerissa, panggilannya Risa. Anaknya super duper praktis, tapi saking praktisnya dia suka banget beli barang gak jelas yang menurut dia bisa membantu kehidupan di dorm dan sekolah.
Dan gue ketularan.
"Myra, lo mau sarapan apa? Hari ini ada fillet mignon with mashed potato sama poached salmon with herbs," tanya Risa sambil dia siap-siap make seragam.
"Kayaknya poached salmon deh gue, emang kenapa Ris?"
Risa yang lanjut ngalis bales, "Gak apa-apa, nanya aja hehe,"
Tiba-tiba ada bunyi bel pemberitahuan,
'Perhatian, bagi siswi dormitory Resonance Academy, akan ada pertemuan di Hall Utama pada jam 8:00, diharapkan menggunakan seragam lengkap. Diulangi, akan ada pertemuan di Hall Utama jam 8:00, siswi-siswi diharapkan menggunakan seragam lengkap'
Gue langsung ngecek jam, dan jarum jam menuliskan 8:45, buru-buru gue sama Risa langsung keluar kamar.
Pas keluar kamar, lorong udah penuh sama anak-anak yang lain. Diujung lorong terdengar teriakan manggil nama gue dan Nerissa, tapi siapa? Suaranya toa banget, berisik.
"Lampu udah dimatiin Ris?"
"Udah kok, gak ada yang kelupaan kan?"
"Gak kayaknya, udah deh hayuk," ajak gue.
Perjalanan dari dorm perempuan ke Hall Utama kira-kira 10 menit, dan kita memutuskan untuk naik bis sekolah yang biasanya nganter dari gedung ke gedung.
Di Hall Utama ini bisa nampung seribu orang, karena satu angkatan mempunyai total 200 siswa dan siswi, hall ini biasanya dipake buat wisuda. Hall ini udah dilengkapin kursi macam yang di bioskop XXII, terus AC juga mantap banget deh.
Sesampainya di hall dan duduk, langsung dikagetin, "OI, SOMBONG BANGET DARITADI DIPANGGIL GAK JAWAB,"
Semua orang menuju suara toa yang gue denger di dorm tadi. Kok ada lagi ya?
Pas gue liat, orangnya adalah, "Ya ampun, suara lo besar banget Dis, berisik," ucap Audrey yang berdiri di belakang Gladys sambil menarik kerah Gladys untuk duduk.
Gladys dan Audrey. Duo chaos, tapi biasanya karena Gladys bikin gaduh dan Audrey yang membersihkannya.
"Gladys gak usah make toa lagi, bahkan menurut gue mic sekolah aja insecure denger teriakkan lo," saut Zara yang baru duduk di sebelah Risa.
Gue lantas ketawa, "Lucu lo, mana Lola? Jangan bilang belum bangun?" tanya gue ke Zara.
"Lola ada, tapi tadi ke toilet dulu. Mata nya udah kayak mata panda, bocah gak tidur apa ya?," jawab Zara.
Hall semakin rame, tapi pengumuman belum mulai-mulai. Gue ngecek jam, udah lewat 30 menit.
"Ini ngapain sih, pagi-pagi udah ngumpul? Gue mau ngantri makanan hari ini nihh!" rengek Gladys, atau bisa disapa Adis.
Audrey yang disampingnya menarik dasi Adis dan nyumpel dasinya ke mulut Adis. "Berisik! Diem-diem gak lo! Gue masukkin kantong gue nih," kata Audrey.
Gue, Risa, dan Zara cuma bisa ketawa liat mereka.
Kemudian pertemuan dimulai dengan pidato Kepala Yayasan, dilanjutkan Kepala Akademi dan Wakil Kepala Akademi bagian Akademik. Pokok bahasannya cuma:
'Selamat datang di tahun ajaran baru, ikuti peraturan dengan baik dan ikuti kelas dengan rajin'.
"Lola kok gak dateng-dateng ya? Pingsan kali?" tanya Risa.
Kita berlima kebingungan kemana satu orang lagi karena udah hampir setengah jama Lola gak dateng ke hall. Dan ternyata dia ada di podium pengumuman.
"Tes mic 1,2,3, Pagi semuanya," dengan nada yang kurang semangat. (maklum, kalong)
'Pagiiii'
"Saya Lola Azaria dari Student Council, ingin mengumumkan bahwa pada akhir semester genap ini akan dilakukan pesta dansa Sadie Hawkins yang telah menjadi tradisi sekolah tercinta ini. Tema pesta dansa kali ini adalah 'The Golden Lunar'. Pamflet akan disebarkan oleh kepanitiaan setelah teman-teman keluar dari hall ini. Kemudian rules utama adalah seluruh siswi dan siswa yang tidak mendapatkan pasangan tidak dibolehkan mengikuti acara ini. Terima kasih, selamat pagi."
Lola langsung turun dari podium dan seluruh isi hall keluar.
Kita memutuskan untuk keluar terakhir buat nunggu Lola. "Boleh gak sih gak ikut... Mana ada yang mau nerima gue...," kata Zara. Padahal ada banyak yang mau sama dia... ngantri.
"Haruslah! Sadie Hawkins tuh acara paling megah sejagat Resonance, pasti keren banget sih!" bales Gladys.
"Hall sudah mulai sepi nih yuk keluar, si Lola kayaknya udah selesai juga tuh," Risa menunjuk Lola yang lagi jalan menuju kita.
Lola melambaikan tangan, "HAI GUYS!"
"Kasian banget sih lu, udah mana kecil, tadi yang keliatan cuma dari leher ke rambut," kata Audrey sambil geleng-geleng ke Lola.
Lola ngelempar sepatu ke Audrey, "Kurang ajar! Sini lo gue slepet dulu!" teriak Lola sambil lari menuju Audrey. Audrey pun ngebut lari, tapi tiba-tiba nabrak orang.
Pas diliat yang ditabrak adalah Rangga.
"Mampus, Rangga," ujar gue.
Rangga Akarsana Sadana, sosok menyeramkan bagi Audrey di sekolah ini.
Pertama, karena muka Rangga yang datar terus. Kedua, Rangga pernah ngomelin Audrey depan perpustakaan karena berebutan buku sama Gladys, tapi yang dimarahin cuma Audrey. Dan ketiga, Rangga pernah nolak confession Audrey.
Kita cuma bisa melongo ngeliat mereka, dan kita gak bisa denger percakapan mereka, karena jarak kita sama Audrey cukup jauh, dia udah di deket pintu keluar soalnya.
Zara nepok muka dia, "Haduh kenapa nabrak si pangeran sih...,"
"Biasanya lo yang bikin gaduh Dis," senggorl Risa ke Gladys.
"Audrey kalau udah ketemu Rangga, bawaannya sial terus, angkat tangan gue," bales Gladys sambil angkat tangan.
Tapi dari kejauhan udah keliatan si Lola udah bantuin Audrey.
Gue terkikik dalam hati, 'Ada-ada aja ulah temen-temen gue ini'
Monday, done.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Not A Prom!
Teen FictionResonance Academy Salah satu sekolah favorit di lingkungannya. Tak hanya karena prasarana yang baik, guru yang diatas standar, teta[i sekolah ini telah lama ada dan tradisi sekolah yang berbeda dengan sekolah lain. Contohnya: Sadie Hawkins. Acara li...