Jam 11:57 malam, atau jam duabelas kurang tiga menit.
Hanna ngelangkahin kakinya dengan cepat menaiki satu persatu anak tangga. Pikirannya kalut, makanya gak kesempetan buat naik lift alias liftnya penuh tadi, harus ngantri dulu.
Brak!
Pandangan Hanna menyusuri rooftop yang super luas itu, matanya terus mencari keberadaan Jeno. Gak peduli seberapa capeknya dia karena naik tangga tadi.
"Jen?!"
Gak ada jawaban
"Jeno?!"
Hanna ngehela napasnya panjang. Begitu dia noleh kekiri, dia ngeliat siluet seseorang yang lagi duduk dipinggiran rooftop.
Seketika, kedua mata Hanna melebar.
"Jeno!"
Grep.
"Jen..."
Tanpa ragu, Hanna langsung meluk Jeno yang keliatan kacau banget. Jeno kembali netesin air matanya, suara tangisnya bikin hati Hanna teriris.
Ini pertama kali. Pertama kalinya Hanna ngeliat Jeno serapuh ini.
"Ayah... dia..." cicit Jeno ditengah tangisannya. Hanna nganggukin kepalanya, pun tangannya makin ngeratin pelukannya guna menyalurkan kekuatan buat Jeno.
"Iya Jeno, iya."
Malam ini, Hanna nekat keluar sendirian demi Jeno. Hanna harus keluar diem-diem tanpa sepengetahuan temen-temennya. Demi Jeno.
•••
Suhu dimalem itu bener-bener dingin, terlebih Hanna gak pake jaket. Dia masih pake dress karena sehabis dari pesta nya Somi, dia gak ganti baju.
Ngeliat cewek disampingnya itu meluk dirinya sendiri, Jeno inisiatif buat lepas jaket yang dia pake, terus dipakein ke cewek itu.
"Jen?" tanya Hanna.
"Pake. Dingin soalnya."
"Lo gimana?"
"Gapapa."
Hanna gak ngejawab lagi, dia ngulas senyumnya tipis, "makasih."
Hening. Hanna ngeratin jaketnya yang membalut tubuhnya. Kepalanya refleks noleh kearah Jeno, yang bikin Hanna speechless begitu ngeliat side profile dari cowok itu.
"Kata orang, cowok gak dituntut untuk gak boleh nangis." Ujar Hanna tiba-tiba. Jeno nolehin kepalanya, pandangan mereka bertemu.
"Selama lo gak kuat nahan semua masalah lo sendirian, nangis adalah salah satu cara untuk melampiaskan semua." Lanjut cewek itu.
Jeno terdiam, sibuk merhatiin cewek didepannya itu dengan intens.
Kedua sudut bibir Hanna tertarik, menciptakan senyuman tipis tapi mampu membuat Jeno makin terdiam.
"Gak selamanya cowok yang nangis itu lemah. Justru, orang yang gampang nangis itu termasuk golongan orang-orang yang kuat, tau."
Pandangan Hanna kembali ke depan, merasa canggung karena diliatin sebegitu intensnya sama Jeno.
Tapi beberapa detik kemudian, Hanna dibuat kaget karena pergerakan Jeno yang tiba-tiba meluk dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Manusia, Satu Rasa. [DISCONTINUED]
Fanfiction❝ There is only one happiness in this life. To loved, and be loved. Is it right? ❞ - ©lilaclovaness, est 2019 revision version: 27-06-20 started: 17-01-19 end: - status: discontinued.