O2. Jeno / Haechan?

316 73 40
                                    

"Oke, cukup segini aja dulu buat rapat kita kali ini."

Hanna, Minju, dan Jena menghela napas lega, lalu segera melipat kertas-kertas proposal yang tengah mereka pegang masing-masing. Tanpa peduli kalau kertas itu masih digunakan, Minju memasukkan kertas itu asal kedalam tasnya.

"Gila mau kemana lo buru-buru amat?" Celetuk Hanna, Minju terkekeh.

"Gak kemana-mana, tapi sumpah gue pengen cepet-cepet balik aja, ngeri dipanggil lagi nanti." Ujar Minju, lalu ia segera menggendong tas punggungnya.

Seperti biasa, mereka bertiga tos terlebih dahulu sebelum Minju pamit. Sudah menjadi kebiasaan.

"Gue duluan ya, dah!" Pamit Minju.

Hanna dan Jena membalas lambaian tangan Minju, "hati-hati lo!" Seru Jena.

Ting!

You have one message from haechan🐻☀.

haechan🐻☀
online

|udh kelar belom?
read.

Hanna tersenyum simpul, lalu mulai mengetik balasan untuk Haechan.

udah kok, ini mau keluar|
gue nyamperin lo apa gmn?|

|jangan, byk cowo disini. byk asep tar lu bengek
|gua kesklh aja motor gua jg msh diparkiran

yaudah. ga ngerokok kan lo?|

|kaga ilah. bebas asep aing hari ini
|tunggu diparkiran aja
read.

Hanna tersenyum semakin lebar, tanpa sadar kalau Jena tengah mengintip roomchat-nya dengan Haechan sedari tadi.

Jena menyenggol pundak Hanna pelan, "cie sama Haechan cie, pulang bareng cie." Ledek Jena.

"Apaan sih lo, berisik." Sungut Hanna, Jena terkekeh pelan.

"Iya iya, ceweknya Haechan. Buruan gih keparkiran, nanti keburu aa' Haechan nungguin." Ledek Jena lagi.

Hanna memukul lengan Jena, yang membuat cewek itu meringis.

"Mentang-mentang anak tekon, mukulnya sakit banget anjir," keluh Jena sembari mengusap lengannya yang dipukul.

"Makanya gausah rese, yaudah gue duluan ya," ujar Hanna.

Jena mengangguk pelan, lalu mereka berdua tos seperti tadi bersama Minju. "Hati-hati lo, jangan lupa dipeluk Haechannya."

Hanna mendengus, lalu buru-buru keluar dari ruang OSIS, meninggalkan temannya yang sedang tertawa karena meledeknya didalam sana.

Setelah berjalan yang lumayan menguras tenaga, akhirnya Hanna telah sampai diparkiran belakang sekolah.

Bersyukurnya ia tak perlu menunggu lagi, karena Haechan sudah berada disana, lengkap dengan helm serta sarung tangannya yang sudah cowok itu kenakan sedari tadi.

"Buru naik." Titah Haechan, Hanna mengangguk, lalu menyambar tangan Haechan yang terulur untuk membantu cewek itu naik.

Setelahnya, Haechan langsung menancap gasnya tanpa basa-basi. Namun mereka berdua tak sadar, bahwa sedari tadi seorang pemuda memerhatikan mereka berdua, dengan menggunakan helm lengkap dengan kacamata hitam gayanya.

Tiga Manusia, Satu Rasa. [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang