Chapter 8.

687 37 9
                                    

"Buka mulutmu atau aku akan memaksa mu membuka mulutmu dengan mulutku" ucap Rendy dengan nada rendah

--------------------------

Dengan wajah masam Tasya membuka mulutnya dan menerima suapan sendok sup dari Rendy.

"Awwh, ini masih panas!" Tasya meresakan lidahnya sedikit terbakar karena kuah sup yg masih panas

Rendy terkejut "Maafkan aku, apakah sangat panas?"

Tasya mengangguk

Rendy menyendok kembali sup itu lalu meniupnya, dia mengeluarkan lidahnya dan menyentuhkan lidahnya pada sup yg disendoknya tadi. Dirasa sudah tidak panas lagi, Rendy lalu menyuapkannya pada Tasya.

"Masih panas?"

Tasya menggelengkan kepalanya dan menikmati semua suapan sup dari Rendy. Setelah suapan terakhir, Rendy mengambilkan Tasya segelas air dan obat penurun demam.

"Minum obatnya"

Rendy memberikan obat itu dan Tasya segera meminumnya dengan segelas air.

"Malam ini kau menginap saja disini, hujan masih sangat deras diluar. Lagian ini sudah malam"

"APA?! Gue ngga mau nginap disini! Gimana kalo gue dicariin sama keluarga gue?" Ucap Tasya

"Ya tinggal kamu kabarin aja, kamu bawa hp kan?"

Tasya mentap Rendy datar "Ya kali gue izin nginep di apartemen cowok, mana cuman berdua lagi"

"Tinggal bilang kalo nginepnya rame rame aja susah" Ucap Rendy santai

"Lo nyuruh gue bohong gitu?"

"Ya begitulah" ucap Rendy sambil membersihkan bekas makan Tasya dan menaruhnya di westafel

"Terus seragam sekolah gue besok? Kan seragam sekolah gue basah"

"Tinggal dicuci terus dikeringin di mesin cuci bisa kan? Gitu aja bingung"

Tasya mendengus pelan, dengan malas dan tidak tau diri dia menggunakan mesin cuci milik Rendy lalu dikeringkan. Dia lalu menghubungi kakaknya agar tak perlu mencarinya karena dia sedang berada di rumah temannya.

Ya setidaknya itu yg dikatakan Tasya pada kakaknya. Kini gadis itu sedang berbaring diatas sofa empuk di apartemen Rendy sambil memainkan handphonenya.

"Wah..wah.. lihat tuan putri kita ini, sudah serasa rumah sendiri ya" Rendy muncul dari arah dapur lalu ikut duduk di sofa yg sama dengan Tasya.

"Berisik Ren, kepala gue lagi sakit nih"

"Kalo kepalanya lagi sakit ya istirahat dong, masa main hp. Siniin hpnya, sekarang kamu istirahat"

Dengan cepat Rendy meraih handphone milik Tasya, saat gadis itu akan mengambilnya kembali tapi Rendy mengangkat tangannya agar Tasya tidak bisa meraihnya.

Gadis itu lalu merenggut sebal karena ulah Rendy. Dengan kesal Tasya menghentak-hentakan kakinya menuju sofa lalu berbaring disana. Rendy menatap Tasya heran, bukannya ia tadi menyuruh gadis itu istirahat? Lalu mengapa dia berbaring diatas sofa? Harusnya kan istirahat dikamar.

Rendy menghampiri Tasya, terlihat gadis itu berbaring miring memunggunginya. Rendy berjongkok lalu menepuk-nepuk bahu Tasya menyuruh gadis itu bagun dan pindah ke kamar. Namun nampaknya Tasya sudah terlanjur ketiduran, Rendy heran kenapa gadis ini cepat sekali masuk ke alam mimpi.

Rendy mengangkat tubuh Tasya dan membawanya masuk kedalam kamar miliknya. Dibaringkannya tubuh gadis itu di atas ranjang luas miliknya. Tak lama kemudian tangan Tasya dengan cepat meraih guling yg berada didekatnya lalu dia memeluk guling itu erat bahkan kakinya juga ikut menghimpit gulingnya.

Rendy menggeleng kan kepalanya melihat tingkah Tasya. Lalu dia ikut merbahkan dirinya disamping Tasya. Rendy menyangga kepalanya dengan tangannya, dia menatap lekat wajah damai Tasya saat tidur.

"Wajahnya saat tidur sangat tenang, tapi kenapa dia sadar wajahnya sangat sangar seperti monyet betina?" Ucap Rendy sendiri sambil merapikan rambut Tasya

Jika saja Tasya tau kalau Rendy mengatainya seperti monyet betina mungkin Rendy sudah ditendangnya hingga ke kutub utara sana. Bahkan kini KETOS ganteng itu masih sibuk menatapi wajah tidur Tasya.

Rendy merasa Tasya semakin bergerak mendekat ke arah dadanya, dirasanya kepala Tasya sedang bergesekan dengan dada bidangnya seperti mencari kehangatan.

"Apa dia kedinginan?" Rendy menarik selimut lalu menyelimuti tubuh mereka berdua hingga sebatas dada.

Benar saja Tasya langsung berhenti bergerak-gerak karena sudah diselimuti oleh Rendy. Namun posisi kepalanya tetap sama, didepan dada Rendy. Badannya sangat dekat dengan Rendy hanya dihalangi oleh guling yg dia peluk erat.

Tangan Rendy yg sejak tadi gatal ingin memeluk Tasya akhirnya memeluk tubuh Tasya erat. Jantungnya berdetak kencang, dia bersyukur Tasya tidur dengan lelap hingga tidak mendengar suara detak jantungnya.

"Haaahhhh....mengapa aku jadi berdebar gini? Padahal niatnya cuman buat taruhan"











-----------------------------------------------------------------

Fugh, chapternya pendek

Maaf lagi ga ada ide aku nya :')
Gini nih akibat kelamaan ga up
Keasikan marathon series thailand jadinya kelupaan buat up cerita berdebu ini

Makasih buat yg udah baca cerita ini walaupun ceritanya ga jelas kek aku
Makasih juga buat yg udah vote, aaaaa sayang kalian banyak banyak >~<♡

Oh iya btw jaga kesehatan yah!
Banyakin minum air putih jangan sampe dehidrasi, minum vitamin juga. Rajin cuci tangan jangan lupa yah! ^o^

Dah lah..aku mau lanjut marathon drama china setelah tadi nyelesain 1 series thailand

Sampai ketemu di next chap ya..

Bye bye..

PREMAN CANTIK VS KETOS GANTENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang