18. Rencana mencari Denise.

172 29 7
                                    

".... Ah, haha tidak perlu bersedih sekarang. Ini ulang tahun Dita, mari kita rayakan," kata Soodam.

"Kalian tahu, aku ingat akan Denise. Biasanya Denise yang sangat heboh di antara kita semua," sahut Lea sambil menyantap kue yang ia berikan kepada Dita.

"Nah, aku lupa bilang. Kita ketinggalan Denise, haha. Kenapa dia belum datang," tanya Dita yang lansung berdiri dan celingak celinguk sambil tersenyum gembira.

"Dengan berat hati aku mengatakan, Denise sudah tiada." Somi menunduk.

"Yang benar saja, apakah kau punya bukti?" tanya Jinny.

"Emh, aku satu kampus dengannya," sahut Somi. "Mengapa kau tidak memberi tahu ku?" tanya Soodam.

"Ayolah, aku tidak suka main main. Lagian dimana makam nya?" tanya Dita sambil duduk kembali.

"Yah, maaf kan aku. Tapi sampai sekarang mereka belum membongkar Universitas kami yang hangus terbakar," jelas Somi.

"Baiklah, mari kita ke sana minggu depan." kata Dita, dengan membawa tas nya pergi dari sana. "LEA MAKASIH ATAS KUE NYA, MWAH," teriak Dita.

"Soodam sudah punya seorang pacar loh kalian tahu," kata Somi.

"Wah, siapa namanya." Dita lansung masuk kembali ke dalam toko tersebut setelah mendengar nya.

"Ginian aja gercep," sindir Jinny.

"Hey, bukankah bersama Jaemin?" tanya Lea mengerutkan kening. "Sudah putus," jawab Soodam singkat.

"Kalian tahu, pacar baru Soodam namanya Taeyong." kata Somi, dimana Soodam sudah ingin menabok Somi.

"Wahh!! Sudah berapa lama?" Dita duduk kembali ke tempat asalnya.

"hampir setahun, kira kira sudah 12 bulan." Soodam tersenyum.

"Oh ya, kau bersama Jaemin berapa lama?" tanya Jinny.

"Ah, hanya 5 bulan. Saat mendekati kelulusan, aku dan dia sudah tidak bersama lagi." Soodam dengan berat hati menjelaskan.

"Langgeng ya sama Taeyong," kata Lea, di angguki Soodam.

"Baik ayo kita pulang, sampai jumpa minggu depan," kata Lea sambil berdiri di ikuti semuanya.

🌊🌊

"

Jihyo, aku pergi dulu ya, kau jaga nenek yah. Aku akan pergi ke Texas!" tegas Dita kepada Jihyo setelah berpamitan kepada nenek nya.

"Baiklah, bagaimana pun aku tidak bisa ikut karena ada nenek," kata Jihyo. "Ya tentu, memang aku tidak ingin mengajak mu." Dita lansung pergi menarik koper nya.

"Ya ampun, Somi!! Kau lama sekali, kita hampir telat."

Begitu lah, Somi orang yang fashionable jadi sangat penting baginya untuk memilih style yang baik di pandang tetapi tetap elegan.

"Aduhh, iya sabar lah." Somi memakai high heels nya dengan rusuh.

"Kenapa taxi nya belum datang?"

"IBU, AKU PERGI DULU YAA. AKU AKAN DI SANA SELAMA LEBIH DARI SEMINGGU," teriak Lea setelah taxi nya datang.

"Hati hati ya sayang," kata ibu nya, yang tetap Lea dengar walaupun suara ibu nya kecil.

Ayah nya terlalu sibuk di kantor, pagi pagi saja sudah berangkat.

"Astaga, mana mereka," gumam Jinny yang sedari tadi sudah di Bandara.

"JINNY, HOH YA AMPUN." Dita ngos ngosan berlari dari parkiran menuju ke tempat Jinny berada.

"Ya ampun, kau memakai sepatu tinggi tetapi masih saja berlari, apa kau tidak takut terjatuh?" tanya Jinny setelah melihat kedatangan Dita.

"Ah sudah biasa,"

Mendadak suara yang begitu rusuh datang dari samping mereka.

"Huh, hampir saja aku terjatuh,"

"Siapa suruh kau menggunakan heels, dasar Somi!"

Hm, itu Somi dan Soodam. Emang mereka tim tim yang rusuh dan sok sibuk.

"We, bentar lagi mau terbang, eh terbang," kata Jinny.

"Hooh terbang, masa iya berlayar, kapal kali neng," sahut Somi.

"WE KALIAN KOK BERDIRI DOANG, AYO JALAN." Teriakan dari arah depan, lalu mereka noleh.

"YA NUNGGU ELO SETAN," teriak Somi balik.

"Somi barbar banget pengen gue sumpel tuh mulut pakai sambal," kata Dita.

"Sam- sambal? Sambal apaan?" tanya Somi. "Cabe Indonesia," jawab Soodam, Somi hanya ber oh ria.

"Ya udah ayok, cepetan tuh udah mau berangkat."

Akhirnya mereka berlarian rusuh banget, main nyenggol orang di bandara lagi.

"MBA MBA TUNGGUUUUU," teriak Somi kencang banget, suaranya udah kayak katak kejepit.

Akhirnya mereka berangkat, pesawat nya juga udah di awan awan.

Soodam duduk sama Somi, Lea sendiri, Jinny sama Dita.

🌊🌊

Selang beberapa tahun kemudian, eh salah.

Akhirnya mereka sampai di Texas dengan keadaan selamat sentosa.

"Ke apartemen gua dulu lah ayo," ajak Somi.

"Gada waktu, masih siang. Kita lansung ke gedung yang kau bilang aja." sahut Dita.

Karena ga bisa nolak, secara di sini Somi gada hak ngatur ini itu.

Mereka pergi ke Universitas Texas dengan mobil milik Somi.

"Wah seriusan sehancur ini?" Soodam melihat ke arah Gedung yang hitam karena kebakaran saat itu.

"Baik, semua turun dan kita berpencar," kata Lea.

"Ya ampun banyak sekali mayat," kata Jinny setelah masuk ke dalam gedung tersebut.

"Akan sangat banyak mayat saat kau melihat di beberapa kelas," sahut Somi.

Setelah lantai satu tidak ada hasil, maka mereka ke lantai 2.

"Ya ampun, aku tak sanggup melihat begitu banyak mahasiswa yang sudah hangus di lahap api, sunggu ngeri membayangkannya." Soodam takut akan kejadian tersebut, bahkan ia menutup mata nya.

Memang banyak sekali debu debu dan tulang yang masih tersisa, dan itu adalah bekas dari kebakaran yang melanda gedung tersebut.

"Hey, kenapa di setiap kelas kosong, tetapi di kunci." Dita mulai heran.

"Ya karena mereka terkunci di dalam dan hangus terbakar menjadi debu dan tersisa sedikit tulang," sahut Somi.

"Lalu kau bagaimana bisa keluar," tanya Dita. "Ah, ini kelas ku, lihat terbuka bukan?" Somi menunjuk ke arah kelas nya.

"Saat itu dosen kami menyuruh kami menunggu dan dosen kami malah pergi sesaat, tetapi banyak yang protes dan akhirnya kami juga ikut kabur," kata Somi.

Lebih lengkap sudah author ceritakan di bab " jatuh korban. "

"Hm, aku rasa....." Dita perlahan memandang ke arah kelas kelas.





















































"Aku rasa ini semua di rencanakan,"

——
tbc

We Are Girls! [SECRET NUMBER] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang