Chapter 6
Lilyana’s PoV
Dia yang memberiku kehangatan. Dia memberiku kasih sayang dan perhatian yang kubutuhkan. Dia yang paling mengutamakanku. Aku memanggilnya Mas Arkan. Dialah tempatku bersandar selama ini, yang mendengarkan keluhanku dan menghadapi rengekanku dengan sabar.
Dia bilang dia mencintaiku. Mas Arkan mencintaiku dan aku menangis karena hal itu. Seumur hidup, Mas Arkan-lah yang menghentikan tangisku. Untuk pertama kalinya, saat ini pernyataannya membuatku menangis.
Akulah orang jahatnya di sini. Aku mencintai Vino. Aku tak bisa mengorbankan hubungan kamikuliahk Mas Arkan. Untuk itu, aku merasa sangat bersalah.
Pasti sakit baginya saat berkata ‘Kamu harus menerimanya.’ saat kutanyakan tentang jawaban lamaran Vino padaku.
Pasti sakit baginya mendengarkan cerita bahagiaku bersama Vino.
Pasti sakit saat dia mendengar bahwa aku mencintai Vino.
Aku sudah banyak memberinya rasa sakit. Aku adalah orang jahatnya.
Kutenggelamkan wajahku di balik bantal. Kutanyakan pada diriku sendiri apa yang membuatku menangis. Keterpaksaan harus menjauh dari Mas Arkan, atau penyesalan karena telah melukainya begitu dalam?
Padahal Mas Arkan sudah berkata bahwa dirinya tak menuntutku untuk membalas cintanya. Mas Arkan tidak meminta apa-apa padaku. Meski begitu, aku tidak bisa bersikap sama lagi. Maka dari itu aku meminta jarak.
Dan kini aku menyesalinya. Sangat menyesal hingga yang selalu kulakukan adalah mengurung diri di kamar sambil menangis.
“Lily, ada Vino di luar, Sayang.”
Buru-buru kuseka air mataku. Aku tidak mau ditanya macam-macam oleh Mama. Aku tidak akan bisa menjelaskan bahwa aku menangis karena Mas Arkan mencintaiku.
Setelah membubuhkan bedak tipis di wajah dan membenahi rambut, aku keluar dari kamar. Vino yang berpakaian kasual sudah menungguku di ruang tamu.
“Kamu lupa kalau hari ini kamu harus menemaniku membeli hadiah?”
Oh! Aku lupa hal itu. Semalam Vino berkata bahwa keponakannya akan berulang tahun. Ia memintaku untuk memilihkan hadiah yang pantas diberikan kepada keponakannya.
“Maaf, Vin. Tunggu sebentar ya, setelah itu kita—”
“Ya, cepatlah.”
Akhir-akhir ini Vino berubah. Sikapnya semakin kasar padaku. Semua berawal sejak aku bertanya kapan dia akan membawa orang tuanya untuk melamarku secara resmi. Aku tak merasa diriku berlebihan dengan meminta hal itu. Aku hanya ingin memastikan bahwa kali ini Vino serius denganku.
Terburu-buru aku berganti pakaian dan berpamitan ke Mama.
“Aku tidak suka kalau kamu mengabaikan janji padaku.” katanya saat kami di dalam mobil.
“Maaf—”
“Jangan terus minta maaf!”
Aku terhenyak. Tidak terhitung sudah berapa kali dia meninggikan suara padaku.
“Kamu pasti memikirkan lelaki itu lagi sampai lupa padaku.”
Tentang Mas Arkan yang menyatakan cinta padaku, aku memang menceritakannya pada Vino. Aku tidak mau ada rahasia di antara kami yang pada akhirnya akan memunculkan masalah.
“Aku enggak mikirin dia.”
“Bohong kamu.”
Aku tak lagi mendebat. Vino sedang kesal, lebih baik aku menunggu suasana hatinya kembali membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI SEPUPUKU
RomantikArkan mencintai sepupunya sendiri. Dia rela mengorbankan apa pun demi kebahagiaan Lily.