MENCINTAI SEPUPUKU BAB 8

4.3K 165 10
                                    

Chapter 8

Arkan's PoV

Aku masih mengecupi leher itu. Gairah terbangkitkan, pikiran hanya tertuju pada kepuasan yamg harus segera direngkuh. Aku tak tahu bagaimana awalnya, tetapi di sinilah aku. Bersama dengan Adriana di tempat tidur.

Bersama Adriana, dalam tanda kutip.

“Ar....”

Bayangan Lily memukul kesadaranku dengan telak. Tak seharusnya aku melakukan ini saat hanya Lily yang menari-nari dalam anganku. Segera aku menjauh, berdiri dan mengacak rambut. Adriana kebingungan melihatku.

“Arkan, kenapa?”

“Maaf, Adriana. Aku tidak bisa.” kuusap wajah frustrasi, “Aku tak bisa mengkhianati perasaanku.”

Adriana tersenyum pahit padaku. Dia membereskan pakaiannya yang kusut karenaku dan duduk dengan benar di tempat tidur. Sejak pagi aku merasa gelisah. Dan Adriana yang berjanji akan membantuku untuk menyadarkan Lily, merasa khawatir padaku.

Tempo hari, saat dia memohon satu kesempatan padaku, aku tidak memberikannya. Aku tidak mau menyakiti hati perempuan itu dengan menjadikannya pelarian. Adriana pun mengerti setelah kujelaskan perlahan. Dia mendukungku lagi untuk mendapatkan Lily. Dan akhirnya kami bersandiwara menjadi sepasang kekasih.

Karena alasan cemasnya, akhirnya Adriana yang mengemudikan mobilku ketika aku pulang. Pikiranku bercabang, tidak mungkin mengendarai mobil sendiri. Itu berbahaya.

Tadi aku berdiri di depan jendela kamar yang gordennya tertutup. Memandang ke arah kamar Lily. Ini selalu kulakukan sambil berharap mendengar teriakan gadis itu memanggil namaku. Lalu kudengar pintu diketuk. Adriana yang masuk setelah kujawab.

Dan, ya, kami berakhir bercumbu di tempat tidur. Aku ingat dia berkata sesuatu tentang cinta, menciumku dan membuatku yang sedang frustrasi menjadi lupa daratan.

“Kali ini aku akan benar-benar berhenti, Arkan. Hatimu memang miliknya.” dia berkata sendu.

Aku ikut duduk di tempat tidur, di hadapannya. Kuremas tangannya pelan, “Aku tidak mau menyakitimu, Adriana. Jangan menjadikan dirimu sendiri sebagai pelarian.”

“Aku tahu.” kini dia tersenyum tipis, “Maaf untuk kelakuanku tadi, Arkan. Seandainya kamu tidak sadar, mungkin aku yang akan menyesal seumur hidup. Terimakasih sudah menjaga kehormatanku.”

Aku tahu perempuan ini bisa menangis kapan saja. Jadi kutarik tubuhnya ke pelukanku, mendekapnya sebagai sahabat. Tidak perlu menunggu lama sampai ia menangis di dadaku.

“Aku berjanji akan melepasmu, aku akan berusaha melupakan perasaanku. Kamu harus mendapatkannya, Arkan.”

“Ya. Kamu juga harus mendapatkan cinta sejatimu sendiri, oke?”

Adriana mengangguk, ia menarik dirinya dan tersenyum padaku setelah menyeka air matanya.

“Tapi aku tidak akan membantumu lagi.”

Aku terkekeh, “Aku akan berjuang sendiri.”

“Antar aku pulang. Ingat ya, besok aku akan membolos. Aku mau menangis seharian karena patah hati. Oleh karena itu kamu harus memakluminya.”

“Aku akan memakluminya. Ayo,”

Adriana perempuan yang baik. Kuharap dia mendapatkan cintanya sendiri. Dan seperti yang selalu dikatakannya, kejar Lily sampai titik darah penghabisan. Aku akan melakukannya.

Aku telah mengorbankan satu hati yang mencintaiku, karenanya aku harus mendapatkan cinta lain untuk kumiliki supaya aku tidak menyesal.

Setelah mengantar Adriana pulang, aku pun segera pulang. Besok aku akan mendatangi Lily, akan kukatakan padanya bahwa aku akan bermain adil dengan Vino. Kurebahkan tubuhku di tempat tidur, merasa sangat merindukan aroma tubuh Lily yang sekarang tidak lagi tertinggal di sini. Kupejamkan mata, berusaha tidur.

MENCINTAI SEPUPUKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang