Chapter 7
Lilyana’s PoV
“Lily!”
Aku urung membuka gerbang rumah. Tante Tiwa—mamanya Mas Arkan memanggilku. Ia melambaikan tangan supaya aku mendekat.
“Kenapa, Tan?”
Tanganku ditarik mengikutinya. Meski enggan, akhirnya aku tidak enak hati menolaknya.
“Kamu sudah jarang ke sini lagi. Tante kesepian.”
“Aku sibuk, Tan. Biasalah, kerjaan lagi hectic.”
Tante Tiwa duduk di sofa, “Bukan karena bertengkar dengan Arkan, kan?”
“Bukan kok.” aku berdusta, sudah akan duduk namun Tante Tiwa mencegahku.
“Tante punya cupcake. Ambil gih di dapur. Bawa keripiknya juga ya.”
“Oh, iya.” aku mengangguk.
Kulangkahkan kaki menuju dapur untuk mengambil cupcake yang Tante Tiwa maksud dan juga setoples keripik di atas meja. Saat berbalik dan mendapati Mas Arkan berdiri memblokir jalan, aku terperanjat lantas membeku.
Untuk pertama kali Mas Arkan menatapku datar. Dia melewatiku begitu saja untuk mengambil minum. Aku menunduk, menggigit bibir dan kembali ke ruang tamu. Di ruang tamu, ada perempuan lain yang tidak kukenal namun aku merasa tak asing dengannya.
“Nah, Lily, ini Adriana.”
Perempuan yang terlihat sedikit lebih tua dariku itu tersenyum padaku.
“Hai, aku Adriana. Pacar Arkan.” dia mengenalkan dirinya dengan ramah.
“Lily ... sepupunya Mas Arkan.”
“Aku melihat fotomu di meja Arkan, ya, sebelum digantikan dengan fotoku.” Adriana tertawa geli. Berlainan denganku yang mengulas senyum paksa. Fotoku sudah diganti ya?
“Kamu ini, Adriana. Ada-ada saja.” Tante Tiwa ikut tertawa, “Lily, duduk sayang.”
Mas Arkan lalu bergabung. Dia duduk di sebelah Adriana. Menegaskan bahwa keduanya memang punya hubungan khusus. Mereka terlibat percakapan ringan, dan aku menjadi pihak pasif seperti orang tolol.
“Umm ... Tan,” aku menyela dengan panggilan pelan.
“Kenapa, Ly?”
“Aku pulang dulu.”
“Kok buru-buru, Ly?” Adriana bertanya padaku.
Aku hanya mengedik, “Duluan, Mbak.”
Tanpa menunggu jawaban mereka, aku pulang dari rumah itu. Rumah yang belakangan sudah tidak pernah kudatangi. Ya, sejak jarak itu tercipta.
Mas Arkan mengabulkannya. Dia bukan hanya memberi jarak, tapi juga memutuskan hubungan via apapun. Aku tak mengerti mengapa aku harus merasa kehilangannya. Padahal aku memiliki Vino.
Sekarang Mas Arkan sudah memiliki kekasih. Ada dua kemungkinan untuk hal itu. Pertama, dia salah mengartikan perasaannya terhadapku. Dan yang kedua, dia memang mencintaiku tapi sudah berhasil membunuh perasaannya. Lagi-lagi aku tidak tahu mengapa aku merasa sedih.
Setelah mandi, aku bergabung dengan Mama di meja makan untuk makan malam.
“Kamu bertengkar dengan Arkan?”
Mas Arkan lagi. Aku menghela napas dan menggeleng.
“Ada masalah dengan Vino?”
“Kami baik-baik saja, Ma.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI SEPUPUKU
Roman d'amourArkan mencintai sepupunya sendiri. Dia rela mengorbankan apa pun demi kebahagiaan Lily.