Chapter 9
Arkan’s PoV
Aku menekan bel apartemen Vino yang pernah kudatangi satu kali saat mengantar Lily. Ini waktu yang cukup pagi untuk bertamu sebenarnya, tapi aku tak peduli meski tahu bahwa perbuatanku ini melanggar norma kesopanan. Vino tidak juga membuka pintu. Mungkin ia masih tidur di dalam.
Sialan!
Hal itu terbukti. Ketika Vino membuka pintu, yang kudapati adalah wajah mengantuknya. Dia bertelanjang dada dan menggunakan boxer putih.
“Ada—”
Bugh!
Satu bogem mentah segera kulayangkan.
“Hei!” Vino terlihat terkejut dan tidak terima.
Bugh!
Bogem lain dia terima dari tanganku. Lagi-lagi membuatnya terhuyung.
“Apa-apaan—”
Bugh! Bugh! Bugh!
Lagi dan lagi kupukul dia. Kudorong Vino ke dinding dengan mencekik lehernya. Aku tidak terima dia membuat Lily menangis. Lily tidak akan berani membalaskan sakit hatinya, jadi aku yang harus melakukannya.
“Gue bisa laporin lo ke polisi, Ar!" Vino meraung marah.
Cekikanku yang membuat napasnya tersendat tidak kulonggarkan, “Ini karena kau menyakiti Lily.” dua kali kutinju perutnya.
Vino berhasil melepaskan diri. Dia balik menyerangku. Aku mencoba untuk berkelit.
“Gue enggak ngerti apa yang lo bilang, Bangsat!”
Brengsek!
“Kau tidur dengan perempuan lain, Bajingan!”
Kalimat yang kuserukan itu berhasil membuatnya membeku. Ini kugunakan untuk terus memukulinya. Aku tidak peduli meski dia sudah babak-belur. Aku juga sudah mendapatkan memar yang sama.
“Sudah dari dulu aku ingin melakukannya.” aku mendorongnya terkapar di lantai, “Tapi aku tidak ingin Lily menangis karena kau tidak datang untuk meminta maaf. Kali ini, jangan harap Lily akan kembali padamu.”
Vino memejamkan mata, “Sudah kuduga.”
Aku berdiri dan membereskan kekacauan pada tubuhku. Beberapa tulangku terasa remuk dan sudut bibirku robek. Aku memutar badan lantas melangkah pergi.
“Mas Arkan mencintainya, kan?”
Kakiku berhenti, “Kupastikan kau tidak akan mendapatkan kesempatan lagi.” jawabku dingin. Benar-benar pergi dari sana.
Lily dan Mama terkesiap melihatku pulang membawa memar. Ini tak seberapa dibanding dengan yang kutinggalkan di tubuh Vino.
“Kenapa ini, Ar?”
“Mas berantem?”
Kedua mata perempuan tersayangku membelalak khawatir. Mataku tertuju ke arah Lily sedikit lebih lama. Dia sudah tidak sekacau semalam.
“Jatuh.” jawabku yang tidak mungkin mereka percaya. Maka dari itu aku segera ngacir ke kamar dan mandi. Sudahkah kukatakan bahwa sebelum pergi ke apartemen Vino tadi aku belum mandi?
Lily menunggu di kamar dengan ekspresi menyelidik.
“Kamu enggak pulang?” tanyaku sambil mengetatkan tali jubah mandi di tubuhku.
“Mas Arkan datang ke—”
“Mas tidak mau membahas ini. Kalau kamu masih ingin pergi ke villa, sekarang pulang dan bereskan apa yang akan kamu bawa ke sana.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI SEPUPUKU
RomanceArkan mencintai sepupunya sendiri. Dia rela mengorbankan apa pun demi kebahagiaan Lily.