"Taehyung? Tidakkah kau bahagia, kakakmu yang kurang ajar itu akan segera mati?" Tanya Reanjun ketika Taehyung sudah berada dihadapannya. Seketika air mata Taehyung turun ketika ucapan pamannya itu menusuk hati terdalamnya, Ia benar-benar tidak mengerti apa maksud semua ini?
"Kau harus senang bukan? Dia telah membunuh appa tanpa sebab." Lanjut pamannya "Kau membencinya, jadi ini adalah pembalasan untuk kakak tak tahu diri"
"hentikan! Kubilang hentikan!" Taehyung berteriak dengan emosinya yang sudah sampai dipuncak.
"Ohho, Taehyung tak bisa, dia sudah menyerahkan nyawanya untukku dan katanya itu untukmu agar tetap hidup.. Hmm.. kakakmu ini kurang ajar dan juga baik sekali" Kata Reanjun membuat Taehyung terkejut setengah mati.
"T-Tidak mungkin" Taehyung menggeleng pelan dan menatap Jimin yang tersiksa
"Dan mau tahu sebuah kebenaran?--
***
"Dan mau tahu sebuah kebenaran?-- Kakakmu membunuh appa itu adalah suruhanku, kau benar benar buta Taehyung" Air mata Taehyung semakin deras setelah mendengar ucapan Pamannya itu.
"Dasar Kakak-adik yang bodoh Hahahaha" Reanjun tertawa licik didepan Taehyung yang seakan-akan tak bisa berbicara lagi.
"Lepaskan! Lepaskan Jimin!" Taehyung berkata dengan keras di hadapan pamannya yang tiba tiba terdiam dan menatap tajam Taehyung.
"Pegang anak Ini, Jangan biarkan Ia lepas!" Kata Reanjun yang sontak saja beberapa anak buah pamannya menghampiri Taehyung dan memegang kedua lengannya membuatnya tak bisa melakukan apa-apa.
"Lepaskan! Lepaskan aku! Jangan bunuh dia bangs*t!!!!!!!" Taehyung berseru kesetanan dan berusaha melepaskan pegangan kedua tangan anak buah pamannya itu dari lengannya.
"Kau mau aku melepaskannya?" Tanya Reanjun dan memerintahkan Anak buahnya yang sebagai menarik tali itu. Sehingga membuat Jimin kembali terangkat sedikit. Jimin sudah mulai merasa tak dapat bernafas dengan teratur. Dan darah di tangannya yang terus menetes-netes. Hanya saja matanya masih bisa menangkap seseorang yang tengah berontak disana, adiknya.
"Hentikan kumohon, hentikan" Taehyung benar-benar merasa sesak ketika melihat Kakaknya yang benar-benar tak berdaya "Lepaskan kakakku.."
Jimin yang mendengar itu pun menarik dua sudut bibirnya perlahan, setelah lamanya Ia tak mendengar Taehyung berkata seperti itu.
Kakak...
Akhirnya Ia dapat mendengar itu sebelum, mati.
"Aku tak ingin menyiksanya lama lama, jadi aku akan menusuk pisau ini di jantungnya saja" Kata Reanjun dengan santai dan mengambil pisau yang sudah penuh dengan darah, tadinya yang ia pakai saat melukai tangan Jimin.
"Jangan! Jangan bunuh Kakakku! Hentikan paman hentikan!!!!! Jangann!!!" Taehyung terus berkata dengan air matanya yang mengalir deras.
"Tarik lagi talinya" Perintah Reanjun sehingga Jimin semakin tercekik dan sudah tersenggal-senggal saat bernafas membuatnya tak kuat lagi untuk membuka matanya.
"T-Taehyung, t-tak apa." Tiba-Tiba Suara lirih Jimin membuat Taehyung mendongak keatas menatap mata sipit kakaknya yang tengah menatapnya. Ia semakin merasa tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan karna Ia tak dapat melepaskan pegangan Tangan orang kuat ini.
"Kumohon jangan bunuh kakakku..." Taehyung hanya dapat berkata dengan air matanya dan menatap pada kakaknya yang tersenyum hangat padanya, seakan -akan semua kan baik baik saja.
Reanjun mulai naik ke kursi yang sedikit tinggi untuk mencapai Jimin yang sudah mulai tertarik ke atas.
"Kau siap?" Tanya Reanjun sambil tersenyum menyeringai dan mengangkat pisaunya di depan dada Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colors Of The RAINBOW √
Fiksi Penggemar[THE TRUTH UNTOLD] Jadi dimana Dia harus mencari warna-warnanya agar semuanya baik-baik saja? Akankah ada perpisahan atas kesalahpahaman yang harus dirahasiakan? Mengapa Ia tak pernah tahu bahwa ketulusan itu benar-benar nyata? [END] [VMin] [Brot...