"Apa kau masih tinggal bersama adikmu yang tidak tahu diri itu Park?" Pamannya berkata sembari berjalan memutarinya perlahan.
"Dia sudah membencimu Park, jadi tak mungkin ada peluang untuk kembali bersama adikmu" Pamannya melanjutkan ucapannya.
Apakah Jimin harus menyetujuinya?
***
Dengan yakin Jimin menggeleng-gelengkan kepalanya dengan perkataan Pamannya yang sangat bertentangan. Tidak! Tidak mungkin adiknya seperti itu! Jimin akhirnya membuka matanya dengan segenap keberanian untuk menjawab.
Jimin menghela nafas sebelum itu "Aku akan pulang, dan kembali hari senin"
Pamannya berhenti dan menatap mata Jimin sambil tersenyum licik.
"Oke jika itu maumu, Cepat lepaskan dia" Kata Pamannya yang kemudian Para penjaga membukakan tali itu dan membiarkan Jimin keluar dari sana.
Jimin bernafas lega setelah keluar dari tempat itu, dan tak lama tempat itu tertutup kembali. Sungguh dia rasanya begitu pusing dan lelah, dia tidak tau kenapa apa dia kebanyakan pikiran? Stress? Dan setelah itu hanya gelap yang ia lihat.
Taehyung langsung membuka Pintu Mobilnya cepat-cepat dan berlari menuju Jimin terbaring tak sadarkan diri.
"Jimin bangun" Kata Taehyung sambil menggoyang-goyangkan Badan Jimin yang terlihat sangat lemas sekali. Taehyung menatap sebentar tempat itu yang tertutup. ingin saja ia mendobrak tempat itu, namun ia urungkan dan segera membawa Jimin ke mobilnya untuk Ia bawa pulang.
"Bagaimana dok?" Tanya Taehyung setelag dokter memeriksa Jimin yang terbaring di kamarnya.
"Dia hanya kecapekan, dan Stress akan sesuatu. Jadi kusarankan untuk meminum air putih yang cukup untuk menjaga staminanya" Kata Dokter.
"Baik Dok" Kata Taehyung, Dokter pun beranjak dari sana, membiarkan Kakak-adik itu bersama.
Taehyung menatap dalam sang kakak yang terbaring dengan wajahnya yang pucat. Sungguh perasaan tidak enak itu kembali menyerangnya ketika ia memandangi wajah sang kakak. Ia benar benar tidak bisa mengetahui dibalik wajah itu. Sesuatu yang memang tidak bisa diucapkan dan hanya sang kakak yang menyimpannya sendiri.
Beberapa menit kemudian, Jimin bangun dan menatap ke arah Taehyung yang ada di sebelahnya.
"Taehyung..." Kata Jimin sedikit lirih.
Taehyung hanya terdiam dan kembali ke sifat aslinya.
"Terima kas—"
"Aku pergi dulu" Taehyung langsung beranjak dari kamar itu. Membuat hati Jimin teriris dengan sifat adiknya yang tidak bisa berubah itu.
Sesampainya di depan kamar Jimin langkahnya tiba-tiba berhenti. Dadanya terasa sesak sekarang, dan tiba-tiba saja Satu bulir air mata yang tidak pernah keluar dari pertahanan kuatnya keluar. Cepat-cepat Taehyung mengusap air mata tak bermakna itu dan kembali melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kamar.
Jimin hanya dapat menghela nafas setelah itu. Dengan berani ia pun mendudukkan dirinya diranjang sebentar dan kemudian berusaha berdiri untuk menemui Taehyung. Jimin ingin segera akur dengan adiknya itu. Sangat ingin!
Cklek..
Taehyung yang merasa pintunya dibuka pun cepat-cepat menutup matanya. Ia bisa mendengarkan langkah seseorang menuju ranjangnya.
Ya Taehyung bisa menebak!
Ia merasakan tangan halus menyentuh pipinya dengan lembut dan mengusapnya perlahan. Taehyung terus berusaha tenang agar seseorang itu tak curiga jika Taehyung hanya pura pura tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colors Of The RAINBOW √
Fiksi Penggemar[THE TRUTH UNTOLD] Jadi dimana Dia harus mencari warna-warnanya agar semuanya baik-baik saja? Akankah ada perpisahan atas kesalahpahaman yang harus dirahasiakan? Mengapa Ia tak pernah tahu bahwa ketulusan itu benar-benar nyata? [END] [VMin] [Brot...