32. Pesan

2.7K 379 97
                                    

"Kak, lo kok nggak kerja?" tanya Alva ditengah kegiatan sarapannya.

"Dava kan ngampus."

Kernyitan tipis muncul pada kening Alva. Memang apa hubungannya dengan Dava yang pergi ke kampus?

"Terus kenapa kalo kak Dava ngampus?"

Rion menghela napas panjang. "Ya terus siapa yang jagain lo nanti kalo gue kerja?"

Alva mengangguk-angguk, kemudian meletakan tempat makan stainles steel tersebut di meja nakas. Jika bukan karena paksaan dari Wira, ia sama sekali tak akan menyentuh makanan itu. Iya, Wira menyempatkan diri untuk mengunjungi Alva hanya karena anak itu tak mau memakan sarapannya.

"Habisin, Al."

Alva menggeleng dengan wajah tak nafsunya. "Kak Wira nggak nyuruh habisin, tuh. Yang penting perut gue diisi nasi, sedikit juga nggak pa-pa."

Rion berdecak, pintar sekali memang anak itu mencari alasan. Ia jadi agak menyesal karena telah menelpon Wira dan meminta bantuan dokter muda itu untuk membujuk Alva. Tapi jika tak ada Wira, kecil kemungkinan Alva mau memakan sarapannya.

Sudahlah, dirinya memang serba salah di sini.

"Kak!"

Tak ada sahutan dari Rion, terlalu hapal dengan tabiat adik bungsunya itu. Ia masih sibuk membereskan nakas Alva yang berantakan. Dari ponsel, obat, buah, roti, dan sarapannya ada di atas nakas semua. Heran, kenapa anak itu tak mengeluh sama sekali. Justru ia yang mendumal kesal saat ini. Ingin memarahi Alva, tapi anak itu sendiri juga tak bisa membereskan nakasnya karena terhambat selang infus.

"Lo berantem sama kak Dava?"

Pergerakan Rion sontak terhenti, ia menatap Alva dengan satu alis yang terangkat. "Kenapa emang?"

"Kalian kan udah besar ... nggak malu apa diem-dieman kaya gitu?! kaya ABG aja!" kesal Alva, alisnya menukik. Terlalu ekspresif karena gemas dengan kedua kakaknya itu.

"Kata siapa gue sama Dava berantem?"

"Kelihatan lah! tiap ada lo di sini, pasti nggak ada kak Dava. Pas kak Dava yang di sini, malah lo-nya yang nggak ada."

"Ya kebetulan aja guenya lagi sibuk pas Dava di sini."

"Alah. Sok sibuk lo, Kak."

Setelah agak puas berdebat, Alva membaringkan tubuhnya. Kakinya lelah karena sedari tadi terus berayun di samping brankar.

"Nggak capek lo rebahan terus?"

Mendengar pertanyaan Rion, Alva langsung menampilkan cengirannya. "Lo mau nemenin gue jalan-jalan, Kak?"

Rion nampak berpikir beberapa saat, kemudian menggeleng. "Males."

Wajah cerah Alva berubah mendung seketika. Padahal ia sudah berharap besar jika Rion akan membawanya keluar dari ruangan monoton ini. "Tapi gue pengen keluar, Kak! ke taman aja, deh. Sekalian berjemur."

Rion terkekeh pelan. "Kesambet apa lo mau berjemur?"

"Malah dibilang kesambet, kakak macam apa lo?!"

AdelfósTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang