14.Salah Paham

4K 475 113
                                    

"Gue terpaksa ya nemenin lo,kalo bukan gara-gara takut di rumah sendirian,gue nggak mau berdiri di sini."

Kekesalan Alva sudah tak dapat di definisikan lagi,sekarang dirinya sedang berada di balkon rumah Kevin.Pulang sekolah tadi,ia hanya mendapati bi Ela,katanya Rion akan lembur hari ini.Dava juga sempat pulang,tapi hanya untuk mandi lalu pergi lagi,hingga adzan Maghrib berkumandang pun tak kunjung kembali.Mau tidak mau,ia menurunkan gengsi untuk pergi ke rumah Kevin yang baru pindah tiga hari lalu.

Tiga hari yang lalu Kevin menginap di rumah tiga A—Arion,Andava,Alvaro—karena papanya belum ikut pulang,masih sibuk mengurus barang dan dokumen penting dari rumah yang dulu katanya.

"Btw,bokap lo kok belum pulang? nggak betah ya kalo ada lo di rumah?"

Mulut Alva.Ya suka-suka Alva.

"Lagi ketemu sama klien katanya,nggak tau kenapa belum balik dari sore."

Alva hanya mengangguk-angguk saja,lagipula pertanyaannya tadi hanya basa-basi belaka.Ia memandang ke bawah,kemudian menoleh pada Kevin."Lo minta kamar di atas bukan buat loncat ke bawah sana 'kan?"

Kevin mendengus.Ia memang anak brokenhome,tapi tidak punya pemikiran segila itu.Terlalu murahan."Lo mau jadi saksinya?"

"Bukannya jadi saksi,malah jadi terdakwa gue."

Tawa pemuda yang satu tahun lebih muda dari Alva itu kontan mengudara."Gue nggak segila itu,tapi kadang masih sering kepikiran punya keluarga yang utuh.Papa emang nggak larang gue buat hubungin mama,tapi keliatan nggak suka kalo gue lagi ngomongin mama.Lagian,mama juga sibuk sama pekerjaannya.Gue lebih sering habisin waktu sama papa dibanding mama,makanya gue berusaha buat jaga perasaan papa."

Merenggangnya hubungan kedua orangtua Kevin bisa dibilang karena faktor profesi yang terlalu mereka tekuni.Mama Kevin adalah seorang reporter,sulit jika harus tetap berada di rumah,banyak hal yang harus ia cari tahu di luar sana.

Sedangkan papa Kevin adalah pengrajin mebel yang sekarang mampu mengerjakan puluhan karyawan.Sebagai pengrajin,ia pun harus sering berada di tempat produksi.Hanya saja,ia lebih peka dengan rasa kesepian sang putra sehingga berupaya untuk meluangkan waktu di sela-sela kesibukan.

Akhirnya,keputusan pengadilan membawa Kevin bersama sang papa,dan Kevin cukup bersyukur atas hal itu.

"Kalo lo kangen sama mama lo,lo kan masih bisa ketemuan.Kalo gue yang kangen sama ayah sama bunda,ketemunya gimana?"

Hening.Kevin merasa bersalah karena secara tak langsung telah menyinggung perasaan Alva."Sorry,gue nggak bermaksud nyinggung lo."

Setelahnya hening,hingga bau asap rokok masuk ke dalam indra penciuman Alva.Hidungnya bergerak mengendus,tatapannya berhenti pada Kevin yang tengah menghisap satu batang tembakau bakar itu.

"Lo ngrokok?!"

Tak ada balasan dari Kevin,Alva menggeleng pelan,ia yang sudah menghirup udara satu tahun lebih lama dari Kevin saja belum pernah mencoba benda itu.Bukan karena takut dengan Rion yang kemungkinan besar akan marah,tapi memang tak ada keinginan untuk mencoba.

"Lo mau?" tawar Kevin sembari menjulurkan satu batang rokok pada Alva.

"Nambah penyakit a—"

"Uhuk ... uhuk ... uhuk ...." Suara batuk Kevin yang terdengar menyakitkan sontak membuat Alva menghentikan ucapannya.Terlihat panik ketika anak di hadapannya tiba-tiba kesulitan bernapas,padahal beberapa detik lalu masih sanggup menghisap benda beracun itu.

Tangan Alva yang sedikit gemetar mengambil ponsel dari sakunya,mencari kontak Rion,lalu menelfonnya.Beberapa menit terlewat,masih tak ada sahutan dari seberang sana.

AdelfósTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang