tiga

550 72 25
                                    

"Selamat sore, tante." sapa Jungwon saat pintu ditarik ke dalam oleh seorang perempuan cantik yang sedikit mirip Rachel.

Minju menatap bingung Yunseong seolah mengatakan 'siapa dia'. Lalu meraih tubuh mungil putrinya yang tertidur di gendongan suaminya, tapi sama Yunseong dicegah. Biar dia saja yang bawa ke kamar.

"Dia guru les baru Rachel, yang."

"Saya Kang Jungwon, tante." menyampirkan senyum manis.

"Ayo masuk, dek." ajak Yunseong jalan duluan dan pergi ke kamar putrinya. Menidurkan sang anak di kasur disusul Jungwon yang langsung mengomentari interior kamar si kecil yang sangat cantik.

.
.

Minhee mengkhawatirkan putranya yang belum pulang. Ditelpon ponselnya gak aktif. Biasanya kalau mau pulang telat atau pergi main ke rumah temannya Jungwon akan memberitahunya sekedar meminta ijin. Ponsel kedua temannya juga gak bisa dihubungi. Ia jadi panik sendiri memikirkan sesuatu yang buruk yang menimpa anak lelaki satu-satunya.

Lelaki berparas ayu itu beberapa kali menengok keluar menatap langit semakin menggelap. Ia mutusin pergi ke supermart sebentar selagi menunggu sang anak pulang dan membeli beberapa bahan untuk makan malam nanti.

Di tengah perjalanan, ponsel di saku cardigannya tiba-tiba bergetar menampilkan screen penuh wajah manis anaknya yang tengah tersenyum lebar.

Di tengah perjalanan, ponsel di saku cardigannya tiba-tiba bergetar menampilkan screen penuh wajah manis anaknya yang tengah tersenyum lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mamaaaa, hehe. Maafin kakak lupa ngasi kabar huhu. Mama pasti khawatir." sesalnya, memasang wajah sedih.

"Jelas mama khawatir, gak biasanya kamu matiin ponsel. Habis dari mana aja kamu, kak?" Minhee ingin memarahinya, tetapi ia tak bisa. Jungwon selalu membuatnya cemas akhir-akhir ini.

"Maaf, tadi kakak pergi kerkom ke rumahnya, Jinu."

"Ih, om Yunseong. Tangannya jauhin ya tolong. Aku lagi telponan sama mama." di dalam mobil, Yunseong terus mengusili perut Jungwon. Alih-alih menggelitik, ia mengelus-elus titik pusar si pacar mungil. Membuat Jungwon hampir mengumpati dirinya.

Samar-samar Minhee mendengar kekehan seseorang tengah mengganggu acara vidcall-an anaknya. Sepertinya dia bukan pria seumuran Jungwon.

Mungkinkah papanya Jinu?

"Naik mobil siapa kamu, kak? Itu suara siapa? Kamu bareng papanya Jinu, kan?"

"Eh—i-iya, ma. Kakak bareng Jinu sama papanya, kok. Ya udah ma, kakak matiin ya. Sampai jumpa di rumah."

"Ya udah cepetan pulang kalau udah selesai. Mama masih di luar."

plip

Layar ponselnya memperlihatkan foto Jungwon pas masih bayi setelah sambungan vidcall-nya berakhir. Ibu jarinya mengelus wajah lucu sang anak yang baru belajar merangkak saat itu. Minhee tersenyum tipis, gak menyangka dirinya bisa sehebat itu merawat Jungwon dari masih dalam kandungan hingga beranjak remaja dan menjadi anak yang pintar. Ia sangat bersyukur dengan takdirnya kendati siklus kehidupannya tak seberuntung teman-temannya.

📝

"Makasih ya, om." Jungwon melepas seatbelt-nya dan hendak membuka pintu mobil.

"Tunggu dulu." menahan lengan si manis yang udah balik badan.

"Apalagi?"

"Ciumnya mana?"

"Ish, kan barusan udah cukup, om. Masa masih kurang?"

"Kurang lah, sayang." Yunseong menarik pinggang kecil Jungwon agar lebih mendekat.

"Merem tapi."

"Oke."

Jungwon menghela nafas berat sebelum mengecup singkat pipi Yunseong.

chup~

"Jangan protes."

"Ei, curang. Masa di pipi?"

Jungwon tak sempat mengelak saat Yunseong menangkup kedua sisi wajahnya, membawa belahan peachy-nya pada pagutan lembut yang cukup memabukkan. Ia spontan menutup mata sembari meremat kepalan tangannya sendiri.

Keduanya pun saling melumat bibir satu sama lain.

"Kapan-kapan kamu nginep di rumah om ya, dek?" ujarnya sesaat setelah ciumannya berjarak meninggalkan rona merah pada pipi gembil si manis.

Nafas Jungwon terengah—berusaha mengambil oksigen banyak-banyak.

Yunseong menyeka sisa saliva miliknya yang tersemat di sudut bibir yang lebih muda. Tersenyum tipis sembari menyingkirkan poni basah Jungwon yang menutupi sebagian mata cantiknya.

"Gak janji, udah ya om aku masuk dulu."

Jungwon buru-buru menjauhkan diri dan membuka pintu mobil, lantas bergegas masuk ke rumahnya. Mengabaikan gerbang pagar yang lupa dikunci kembali.

Yunseong lagi-lagi tertawa gemas melihat tingkah lucu Jungwon yang memalu. Dia menjilati sisa manis dari lipbalm Jungwon di bibirnya. Kemudian menjalankan mobilnya.

Ngomong-ngomong ini yang pertama dirinya mengantar Jungwon sejak keduanya berpacaran.

Selama menyusuri jalanan sepi, Yunseong tak menyurutkan senyumnya barang sedetik sembari mengingat kembali memori ciuman di mobil barusan. Entah kenapa dirinya selalu kelepasan setiap kali berduaan dengan bocah manis itu. Fokusnya melalang buana tak mengindahkan jalan di depan, hingga—

"AAH!!"

—ia menabrak sesuatu.

Sontak Yunseong mengerem laju mobilnya mendengar pekikan seseorang yang jatuh tersungkur.

Dengan perasaan panik Yunseong bergegas turun dan menghampiri seseorang itu yang memperhatikan barang belanjaannya berserakan. Ia mencoba memungutnya tetapi tubuhnya sakit sekali saat digerakkan sedikit, lutut dan tangannya tergores batu aspal akibat benturan ringan barusan. Beruntung sedan hitam di depannya tak benar-benar menabraknya.

"Maafkan saya, saya kurang fokus ke jalan tadi. Kau tak apa-apa?"

Yunseong mencoba membantunya berdiri, tetapi ringisan seseorang itu mengurungkan niatnya.

Sepertinya ia tak baik-baik aja.

"Aku tidak apa-apa—ugh!" seseorang itu kembali tersungkur saat hendak berdiri.

"Saya bawa ke rumah sakit, ya?"

"Gak perlu, saya harus cepat pulang."

Minhee menyingkirkan tangan Yunseong yang merangkul lengannya.

"Ta—Minhee?!"

"Hwang Yun—" buru-buru ia menarik ucapannya.

Keduanya sama-sama tertegun mengenali wajah satu sama lain. Kilasan masa lalu tiba-tiba menyeruak memenuhi ruang memori yang telah lama terkunci rapat. Pandangan mereka pun beradu saat sosok cantik itu mengangkat wajah. Yunseong bisa melihat binar indah itu dipenuhi airmata dan sorot yang menyendu.

Ia pikir Minhee hidup bahagia selama ini, namun sepertinya tidak.

Minhee refleks menunduk lagi. Ia tak bisa berlari karena tubuhnya masih meninggalkan rasa nyeri. Tetapi ia harus pergi.

Ia tak mau kembali berhubungan dengan pria yang dulu mencampakkannya setelah berhasil menghancurkan hidupnya.

"Minhee..."

"SINGKIRKAN TANGANMU!" sentak Minhee. Ia seperti trauma saat tangan lelaki brengsek itu menyentuh kulitnya.

"Aku minta maaf, Minhee."

Minhee tak peduli, ia berusaha bangkit lagi meski nyeri menjalari seluruh tubuh.

"Akhh—"

Namun pada detik berikutnya ia jatuh ke dekapan Yunseong yang sigap menangkap tubuhnya ketika ambruk lagi.




29/12/2020






My Dad ; yunseong jungwon minheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang