Jarum jam telah beranjak ke angka 10 malam. Minhee terlihat gelisah di ruang keluarga sambil memijit pelipisnya yang berdenyut ngilu. Kakinya tidak bisa diam mondar-mandir khawatir, memikirkan Jungwon yang tak kunjung pulang. Ponselnya ditinggal di kamar. Anak itu pergi tanpa bawa apa-apa dan masih memakai piyama gemesnya.
"KAK MINHEE!!!" teriak Jay di depan pintu rumah Minhee, ia berusaha menekan bel rumah tetangga cantiknya. Di gendongannya ada Jungwon yang tengah pingsan. Jay nemuin anak manis itu tertidur di sungai Han sampai tubuhnya sedingin es dan pucat pasi. Mungkin sejak dari pagi Jungwon berada disana sampai kesadarananya menghilang perlahan. Matanya masih bengkak sehabis menangis seharian.
Sontak Minhee berlari ke depan. Membukakan pintu untuk sang tamu.
Ia benar-benar shock mendapati anaknya tak sadarkan diri di punggung Jay. Perasaan bersalah memukul telak dadanya.
"Jay—astaga, ayo masuk dek."
Minhee menuntun Jay naik ke kamar anaknya.
Dengan hati-hati Jay membaringkan tubuh kecil Jungwon ke kasur empuk berseprei tokoh animasi kebanggaannya.
Kang muda itu mengigau menyebut kata mama beberapa kali. Mimik wajahnya seperti hendak menangis lagi. Melihat itu dada Minhee semakin sesak. Ia bergumam maaf sembari mengecupi kening putranya dan menggenggam tangan mungilnya yang dingin.
Jay hanya diam menyaksikan keduanya. Dalam hati ia bersumpah akan membantu Minhee menjaga dan membahagiakan Kang Jungwon yang tsundere.
.
"Makasih ya, Jay."
"Sama-sama, kak. Kalau begitu Jay pamit, selamat malam."
Minhee menutup pintu rumahnya, lalu kembali menghampiri Jungwon yang masih terlelap. Tubuhnya sudah hangat, dan wajahnya tidak sepucat tadi.
Minhee ikut berbaring di belakang punggung kecil Jungwon. Menepuk-nepuk pelan pahanya agar tidur sang anak semakin nyenyak.
"Maafin mama ya sayang." ujarnya setelah hening beberapa detik. "Maaf karena mama belum bisa jadi orangtua yang baik dan sempurna buat kamu. Mama minta maaf karena belum bisa bahagiain kamu. Mama sungguh minta maaf." Minhee mengangkat sedikit wajahnya dan mengecup lembut pelipis Jungwon.
Dibalik itu, Jungwon berusaha menahan tangis dan isakan agar Minhee tidak menyadarinya kalau ia sebenarnya sudah bangun sejak tadi. Tapi ia pura-pura tidur. Ia juga merasakan airmata sang mama yang tertinggal di pelipisnya.
"Mama mau jujur. Tapi kakak jangan marah ya. Maafin mama karena udah bohongi kakak selama 12 tahun."
Ada jeda sejenak diantara helaan nafas berat Minhee.
"Ayah Jungwon sebenarnya masih hidup. Kemaren mama habis bertemu dengannya." ungkap Minhee masih mengira sang anak sudah tertidur. Jadi ia tak perlu khawatir Jungwon akan mendengar ceritanya.
Namun ia salah, sedetik dari kata itu terucap Jungwon membuka mata dan berbalik menghadap Minhee.
"Apa maksud mama?"
"K-kakak dari tadi nggak tidur?"
"Aku tanya apa maksud mama ngomong ayah Jungwon masih hidup? Jangan buat lelucon, gak lucu."
"Mama gak ngomongin ayah kok, kakak salah denger."
"Ma, plis! Aku udah gede, bukan balita lagi."
"Oke, karena kakak udah terlanjur denger, jadi mama mau jujur. Benar ayahmu masih hidup, nak. Mama berbohong soal ayahmu yang meninggal."
"Tapi kenapa?" suara si kecil terdengar bergetar. Ia menahan isakan hebat selepas kata ayah terlontar. Sejujurnya ia tak berharap ayahnya masih hidup. 12 tahun hidup tanpa sosok ayah membuatnya terbiasa.