07

492 85 0
                                    

"Jadi, apa password wi-finya, temanku sayang?" Aku bertanya dengan manis, memandangnya, mataku menelusup ke dalam jiwanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, apa password wi-finya, temanku sayang?" Aku bertanya dengan manis, memandangnya, mataku menelusup ke dalam jiwanya.

"Cari tahu sendiri, manis," jawabnya dengan seringai, berbaring di sofa. Aku memukul perutnya, membuatnya mengaduh. Sekarang aku bisa merasakan tatapannya mengirimku enam kaki di bawah tanah.

"Kenapa kau kasar sekali?" Dia bertanya sembari meletakkan tangannya di belakang kepala sebagai tumpuan.

"Karena aku tidak seperti gadis lain yang lembut, sial, aku tidak tahan, mereka kelihatan sangat palsu."

"Betul."

"Jadi, siapa bintang porno kesukaanmu?"

"Sial. Kenapa pertanyaan itu lagi?"

"Mungkin bisa saja itu password wi-fimu."

"Bukannya kau sudah bertanya?"

"Sungguh? Ups, ingatanku buruk."

"Maaf, tapi, aku tidak sebodoh itu sebagai passwordku meskipun ada satu yang sangat kusuka."

"Oh."

"Kenapa kau tidak memberiku password wi-fimu?" tanyaku dengan nada memelas, sialan, sekarang aku terlalu lelah untuk mencari tahu password. Sudah sehari sejak terakhir kali aku membaca fanfic, dan aku beruntung bisa bertahan satu hari itu.

"Mau saja. Sudah kubilang untuk mencari tahu sendiri, 'kan?"

"Fuck you, mint yoongi," erangku, menyedekapkan tanganku dan menatap tajam ke lantai. Lantai malang yang tidak berbuat salah tapi harus berurusan dengan amarahku.

"Fuck me? Ayo ke kamarku sekarang," jawabnya sambil berdiri. Aku terus menatapnya tajam sampai dia mengangkat dua tangan mengatakan kalau dia menyerah.

Suasana menjadi hening, tidak ada dari kami yang berbicara sama sekali. Mungkin karena pertama, sedang memikirkan sesuatu atau kedua, kami tidak punya topik untuk dibahas.

"Yoonhyun, mau nonton film?"

"Tentu." Aku mengangguk.

***

Kubuka mataku dan mengerjap, berusaha menyesuaikan mataku dengan cahaya, entah bagaimana aku menatap langit-langit, lagian bagaimana bisa aku ada di posisi ini? Aku bersumpah aku masih duduk sambil nonton film. Mungkin filmnya terlalu membosankan dan kuputuskan untuk tidur saja.

Kemudian, kudengar seseorang tertawa dan merasakan getaran menyentuh kepalaku. Apa?

Kemudian aku melihat ke kanan dan melihat Yoongi tertawa.

Sial, kuharap ini bukan yang kupikirkan.

"Oh hei, sudah bangun?" Dia menyeringai dan mengangkat jemarinya, mengusap poniku. Aku bersumpah wajahku sangat merah dan aku tidak bisa mencegahnya. Jadi, aku menoleh ke kanan dan mencoba menutup wajahku dengan telapak tangan, tapi dia menyingkirkan tanganmu dan mendorong wajahmu ke dadanya. Ya ampun, rasanya nyaman. Terserah, setidaknya aku bisa menyembunyikan wajahku lebih baik. Tangannya masih ada di punggungku, menggambar lingkaran.

Sial, rasanya sangat geli. Tapi, aku tidak akan membuatku terlihat bodoh dengan tertawa keras.

"Fuck, kau imut sekali." Kudengar dia berbisik. Jantungku berdegup kencang dan wajahku jadi semakin merah. Dan aku semakin menenggelamkan wajahku di dadanya, bersembunyi dari kenyataan.

Tidak seharusnya aku melakukan itu. Jadi, apa yang kulakukan?

"Hei, filmnya sudah selesai," katanya dan aku mengernyit. Dadanya terlalu nyaman. Secara tidak rela aku beranjak lalu melihat ke belakang dan mendapati kalau selama ini aku terlelap di bantal yang ada di pangkuannya.

"Sejak kapan aku tidur? Dan kupikir aku terlalu fokus menonton."

"Tidak sampai setengahnya, kepalamu mulai miring ke bahuku, tapi kurasa kau akan lebih nyaman di bantal, makanya kita di posisi itu."

Aku merona lagi dan aku benci dia membuatku merona dengan mudahnya. Apa yang dia lakukan padaku?

"O-oke. M-makasih untuk filmnya, a-aku pulang dulu." Aku gelagapan dan segera beranjak sebelum dia bisa mengatakan sesuatu.

~ ¤ ☆ ¤ ~

A r a

30 Desember 2020

Wi-Fi Password ➳ MYGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang