08

507 77 0
                                    

Kudengar ketukan di jendelaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kudengar ketukan di jendelaku. Ketukan itu tidak kunjung berhenti dan aku sangat kesal karena aku butuh tidur. Jadi, kuhampiri jendelaku dan membuka gorden untuk melihat siapa yang mengetuk tengah malam.

Mint Yoongi terlihat dalam jarak pandangku. Dia duduk di pohon sekarang! Apa yang sebenarnya dia lakukan? Bagaimana kalo pohon itu tidak bisa menahan bobot tubuhnya dan dia jatuh -astaga.

Jadi, dengan segera kubuka jendelaku selebar mungkin.

"Kau ngapain? Cepat turun ke mari!" Aku berteriak setengah berbisik.

"Baiklah, berhubung kau mengundangku." Dia menyeringai dan melompat ke dalam kamarku. Untungnya dia mendarat dengan selamat dan sentosa.

"Sekarang apa? Kau mengganggu tidur cantikku."

"Rumahku kebanjiran."

"Rumahmu- apa?"

"Yah. Jadi, aku mendengar suara waktu tidur lalu aku ke bawah dan melinat kalah aku lupa menutup keran saat mandi tadi. Dan aku tidak tahu cara memperbaikinya, jadi aku menghubungi tukang, tapi dia baru bisa datang besok yang mengantarku pada pertanyaan ini -boleh aku menginap di rumahmu malam ini?"

"oke baiklah, berhubung aku juga tinggal sendiri. Tapi, tidak ada wi-fi jadi begitulah." Dia mengangguk dan segera melompat ke tempat tidurku.

"Hei! Kau tidur di lantai," jelasku sembari berusaha menariknya turun dari ranjangku.

"Berbagi itu peduli," ejeknya. Aku tidak bisa membalasnya, karena itu yang kukatakan padanya saat aku butuh wi-fi. Ugh, sekarang aku sangat mengantuk untuk memedulikan hal lain. Jadi, aku bergerak ke sisi lainnya dan menempatkan guling di antara kami.

"Jangan coba berpikir untuk melewati daerahku," kataku, mengambil posisi untuk tidur.

"Aku tidak yakin. Selamat malam, sayang."

***

Jam bekerku berdering dan aku berusaha mematikannya, tapi tidak bisa. Kurasakan tanganku hanya menyentuh udara. Kemudian, bekerku berhenti berdering.

Yang bisa kupikirkan adalah, apa?

Jam bekerku tidak akan berhenti sampai dimatikan. Jadi, apa yang terjadi? Kubuka mataku, tapi hanya melihat kegelapan. Apa? Tapi, ada sebuah perasaan nyaman.

Oke, apa yang sebenarnya terjadi?

Ya ampun, tolong jangan katakan kalau aku buta, aku tidak bisa membaca fanfic dan aku tidak bisa hidup tanpa itu.

Bisa kurasakan seseorang meletakkan kakinya di atas kakiku dan salah satu tangannya di pinggangku. Dan sebagai tambahan, bisa kurasakan dagu seseorang di puncak kepalaku.

Dan kemungkinannya hanya ada satu orang.

Fucking Mint Yoongi.

Meski posisi ini nyaman, aku tetap harus menarik diri dari pelukannya. Coba tebak? Wajahku semerah tomat lagi.

"Selamat pagi, manis. Ini hari kedua pertemanan kita." Dia menyeringai dan mengacak rambut bangun tidurnya, dan sialan -dia tampak sangat kereb, seperti semua dewa seks yang biasanya kubaca di fanfic. Oke, sekarang aku harus berhenti berpikiran kotor, tapi hei, aku tidak bisa menahan diri. Kurasa membaca fanfic mengotori pikiranku.

Aku mengangguk dan melompat turun dari ranjang.

"Seriusan, cepat menyingkir dari babyku dan cuci muka."

"Babymu?"

"Iya. Ranjangku adalah babyku," jawabku dan beranjak ke kamar mandi, mengambil yang diperlukan. Bisa kurasakan napas aroma mintnya di leherku, dan rasanya geli. Dia lalu membisikkan sesuatu di telingaku yang membuatku ingin memukulnya sekarang.

"Apa warna dalaman yang akan kau pakai hari ini?"

***

"Ya ampun, ini surga, lagi. Hei, kau harus mengajakku tiap hari untuk sarapan begini," kataku dan mengunyah pancake yang lezat ini.

Dia terkekeh, "Kau bahkan tidak tahu McDonalds punya pancake?"

"Sebenarnya, kupikir mereka cuma punya burger dan kentang goreng."

Dia tertawa, menunjukkan senyum gusinya lagi. Dan sesungguhnya, bagiku giginya sangat lucu.

"Hei, Yoonhyun, nanti mau ke arkade?"

Mataku berbinar mendengarnya dan aku mengangguk mantap. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku ke arkade, semenjak aku mulai suka fanfic.

"Jadi, apa sudah ada yang memperbaiki keranmu?"

"Iya, mereka mengirim orang pukul tiga. Jadi, aku harus di rumah pukul segitu."

Kulihat jam tanganku. "Sekarang masih pukul sembilan pagi, kau punya enam jam lagi."

"Dan itulah kenapa kita ke arkade, temanku sayang." Dia menyeringai, sebelum memasukkan sesendok penuh pancake ke mulutnya.

~ ¤ ☆ ¤ ~

A r a

30 Desember 2020

Wi-Fi Password ➳ MYGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang