BoBoiBoy - Penetral Gejolak

478 57 2
                                    

Penetral Gejolak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penetral Gejolak

Request: vanyaazs

Pair: BoBoiBoy x Reader

Warning: OOC, typo, alur tidak sesuai dengan animasi aslinya, Penulis tidak mengambil keuntungan materiel apapun— fiksi ini hanya untuk kesenangan semata

BoBoiBoy © Monsta

Plot by Cuzhae

.

.

.

Ada setitik resah di hati BoBoiBoy. Kecewa pada Fang yang dengan tega sanggup melukai ia dengan tim B (Gopal, Yaya, dan Ying). Kecewa pada diri yang lemah. Kecewa pada emosinya yang mudah terbakar.

Memanglah baiknya BoBoiBoy mampu mengeluarkan persona elemental yang baru, BoBoiBoy Api.

Melirik ke brangkar sebelah, manik cokelatnya mendapati Gopal yang tampaknya tertidur pulas. Syukurlah di detik-detik terakhir Gopal mampu mengambil power sphera bersama dengan Ying dan Yaya.

Helaan napas keluar dari bibirnya. "Sekarang kita secara resmi sudah menjadi bagian dari TAPOPS dan diakui oleh Laksamana Tarung," ucap BoBoiBoy seraya memandangi jam kuasanya. "kuharap ke depannya aku bisa menyelamatkan banyak lagi power sphera dari tangan-tangan yang salah."

Pintu digeser oleh seseorang. "Permisi, saya dimintai tolong untuk memeriksa BoBoiBoy," kata seorang- yang BoBoiBoy tebak ia adalah seorang perawat, dibuktikan dengan satu power sphera yang mengikuti orang itu dengan peralatan medisnya.

Ia seorang gadis bermata teduh serta senyum yang berseri di wajahnya.

"Pasti kamu yang namanya BoBoiBoy?" tanya gadis itu menghampiri sang pemilik OchoBot.

Tidak sulit mengenal BoBoiBoy, pasalnya hampir seluruh station TAPOPS membicarakan bocah dengan kekuatan elemental itu. Begitu pun sang gadis, ia malah hampir bosan telinganya selalu disuguhi topik yang mengelu-elukan BoBoiBoy.

Sedangkan BoBoiBoy balas tersenyum pada gadis itu. "Tak perlu diperiksa pun padahal tidak apa-apa. Saya rasa tak ada luka serius, kok."

"Pemeriksaan tetap pemeriksaan."

BoBoiBoy lalu mengubah posisinya menjadi duduk.

"Eh, eh, jangan bangun! Tiduran saja," cegah sang gadis.

"Tidak apa-apa."

Sang gadis kembali mengulas senyum. Tak ada gunanya mencegah bocah yang dalam masa pubertas tersebut.

"Perkenalkan saya (Full name), kamu bisa panggil saya (Name)."

"Saya BoBoiBoy, salam kenal, Kak (Name)."

BoBoiBoy memutuskan memanggil gadis itu dengan selipan kata 'Kakak', karena menurutnya (Name) kisaran umurnya tidak jauh beda dengan Kapten Kaizo.

"Umm... mungkin jangan terlalu formal pada saya."

"Kalau begitu Kak (Name) juga sama dong. Masa cuma aku doang, jadi tidak enak nantinya."

(Name) hanya mengangguk.

"Kamu hebat loh, kudengar kamu bisa lulus dari ujian yang diberikan oleh Laksamana Tarung," puji (Name) sembari memeriksa tubuh BoBoiBoy.

Mendengarnya BoBoiBoy jadi sedikit merasa malu. Entah terbang kemana rasa kesalnya tadi.

Cahaya biru lembut keluar dari telapak tangan (Name) menyelimuti BoBoiBoy. Gadis itu masih menilik di manakah yang harus ia obati.

"Baiklah, sepertinya memang tidak ada luka serius. Hanya tubuhmu mengalami peningkatan suhu," jelas (Name). Power Sphera yang mengikutinya pun dengan cepat mengeluarkan obat dari dalam dirinya setelah (Name) memerintahkannya. "Nah, setidaknya kamu harus menetralkan kembali suhu tubuhmu. Oh, iya, sekalian kutitip juga untuk teman-temanmu, ya."

Yah, wajar saja siapa pun pasti mengalami kepanasan bila ia berada di dekat kawah gunung berapi selama beberapa waktu, ditambah BoBoiBoy sempat bertukar dengan BoBoiBoy Api.

"Terima kasih, Kak (Name)."

"Sama-sama."

Wajah BoBoiBoy kembali mendatar. Padahal tadi amarahnya sudah sedikit meredam, tapi diingatkan kembali pada kejadian di Volcania ternyata masih kesal juga.

Saat (Name) berniat pamit, malah raut muka BoBoiBoy yang ditekuk menjadi perhatiannya. Memutuskan untuk duduk di tepi kasur.

"Ada apa? Maaf, bukannya ingin ikut campur, tapi jujur wajahmu sekarang seperti banyak pikiran."

BoBoiBoy menunduk. "Bagaimana rasanya dikhianati seorang teman? Padahal kupikir ikatan pertemanan kami cukup kuat."

Keluhan itu keluar begitu saja, mungkin benar kalau BoBoiBoy butuh sedikit tempat bercerita. Ia memang tak mengenal siapa (Name), ini pun baru pertama kali ia bertemu.

Namun, (Name) bisa mengerti. Sudah biasa bila ada pasiennya yang tiba-tiba celetuk mengungkapkan unek-uneknya.

"Y-yaah, aku kurang tahu, sih. Aku belum pernah mengalami hal semacam itu. Jangankan dikhianati, teman pun aku tak punya."

BoBoiBoy tersentak mendengarnya. "M-ma-maaf, aku tak bermaksud-"

"Sudahlah, tidak apa-apa. Selama ini aku hanya ditemani oleh HealBot, jadi kurang memahami bagaimana rasa dikhianati teman yang bukan robot. Tapi aku mengerti perasaanmu, kecewa, kesal, dan ingin sekali marah pada teman menghianatimu itu pasti ada saja."

Rasa bersalah pun hinggap. Seharusnya hal sepelenya tak perlu diceritakan pada orang lain. BoBoiBoy harusnya mengetahui itu.

"Maaf ..."

"Astaga, kalau mau cerita, cerita saja. Tak usah sungkan begitu," (Name) terkekeh.

"Bisa-bisanya Fang menyerang kami. Aku tak habis pikir."

(Name) menarik bibirnya sedikit. "Benarkah begitu? Bukan karena perintah Komandan Kokoci dan Laksamana Tarung dia begitu?"

Bila dipikir kembali memang sih Fang tidak sampai kelewatan menyerangnya, ia sempat minta maaf pada BoBoiBoy dan yang lainnya. Malah di saat terakhir yang terkesan kelewatan itu Sai.

"Mungkin Kak (Name) benar. Fang tidak sekejam itu."

BoBoiBoy mengacak rambutnya. Kemana perginya pikiran positif yang selalu ia tanamkan dalam diri. Tidak seharusnya BoBoiBoy berprasangka buruk pada Fang.

"Baguslah, sepertinya kamu sudah tidak marah lagi. Kalau begitu aku pamit dulu," kata (Name) seraya berdiri dan bersiap meninggalkan tempat istirahat BoBoiBoy.

Baru saja tangan memegang knop pintu, BoBoiBoy memanggilnya.

"Kak (Name)!"

Gadis itu menoleh. "Iya?"

"Aku akan menjadi teman pertama Kakak. Dan terima kasih sudah mendengarkan ceritaku."

"Pfft ... iya, sama-sama. Semoga lekas sembuh."

***

787 words
1 Januari 2021

Menggapai AnganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang