BoBoiBoy Solar - Yang Sempat Hilang

107 5 0
                                    

*❀ Yang Sempat Hilang ❀*

𖠁BoBoiBoy © Monsta Studio, Penulis tidak mengambil keuntungan materiil apa pun dari cerita ini.
𖠁 Slight! BoBoiBoy Halilintar x Ying
𖠁 Story © @Cuzhae

.
.
.

Matahari yang jauh di atas sana terasa begitu menyengat bagi Solar. Dengan sekaleng kopi dingin di tangannya, ia beristirahat sejenak di kursi taman, sebelum akhirnya nanti ia memutuskan pulang setelah berlelah kuliah.

Solar kemudian termenung. Ia jadi teringat, hari ini adalah tepat 6 tahun yang lalu, kakaknya; Halilintar pergi dari rumah. Ketika Solar tengah sibuk-sibuknya menghadapi ujian di bangku SMP. Tanpa pamit atau sekadar meninggalkan pesan perpisahan, Halilintar meninggalkan Solar begitu saja.

"Sekarang Kak Halin lagi di mana, ya?" lenguh Solar, lalu menyeruput kopinya.

Ketika otak asik memikirkan memori masa lalu, tiba-tiba saja bola menggelinding, menabrak pelan kaki Solar. Kemudian tidak lama setelahnya seorang anak, sekitar usia 5 tahun datang berlari ke arah Solar.

"Papa!" seru seorang anak.

Dia memanggil ke siapa? Masa iya untuk Solar? Solar masih perjaka!

"Aku bukan Papamu," balas Solar dengan datar. Memandang rendah sang anak.

Anak itu berkedip sebentar, selanjutnya menatap lamat Solar. "Eh, iya ... bukan Papa. Tapi kok mukanya mirip Papa, sih?"

Pengakuan polos dari anak itu membuat Solar mengernyitkan alis. "Mirip? Mirip dari mananya?"

"Ya mukanya ... terus suaranya juga. Cuma beda di matanya aja. Mata Papa merah, kalau yang punya Paman warna perak."

Solar tertegun. Anak itu mengaku jika Solar menyerupai Papanya. Jika demikian, ada satu kemungkinan. Ayah dari sang anak ialah Halilintar.

Tadi juga anak itu bilang mata ayahnya warna merah. Karena keluarga Solar dengan manik merah hanyalah Halilintar dan ibunya. Tapi kan mana mungkin dugaannya jatuh kepada sang ibu, anak itu bilangnya Papa- otomatis yang dibilang mirip Solar itu gendernya laki-laki, dan tentu pasti itu Halilintar.

Jika dilihat saksama pula, paras anak itu sekilas mirip Halilintar. Meski matanya secerah safir, tetapi pandangannya tajam, persis seperti pria itu. Yang menjadi sorotan pula, ada beberapa helai dari rambutnya yang warna putih, ciri khas di keluarga besar Aba.

"Siapa nama Papamu?" Solar sedikit berharap jika sugestinya itu tidak melesat jauh.

"Maksudmu Hali ... lintar?" Anak itu mengangguk menanggapi pertanyaan Solar itu. Langsung saja pikiran pemuda itu berkilas balik kembali.

***

Saat restu tidak didapat, pelarian adalah jawabannya. Hanya karena Ying seorang model, keluarga pihak laki-laki tidak mau memberi lampu hijau untuk keberlanjutan hubungan Halilintar dan Ying. Pekerjaan Ying itulah yang membuat mereka memandangnya sebelah mata. Menganggap jika model selalu terlibat skandal merepotkan.

Ketidakterimaan dari keluarganya itu, akhirnya Halilintar memilih minggat. Tidak peduli bagaimana saat itu Solar yang mengintip pertengkaran keluarga mereka, menara iba pada sang kakak. Berharap jika itu hanya lelucon saja.

"Paman ... Paman ... kok bengong, sih?" Anak itu mengguncangkan tangan Solar, mencoba merebut perhatian pemuda itu kembali.

"Maaf ...," kata Solar sabil mengulas senyum canggung, "kalau begitu, boleh aku ketemu sama Mama kamu saja? Ada hal yang disampaikan ke dia."

Tanpa berkata lebih lagi. Langsung saja tangan Solar ditarik oleh sang anak, menyuruh pemuda itu ikut dengannya.

Anak itu pun membawa Solar pada seorang wanita muda. Dia memiliki rambut biru gelap tergerai begitu saja.

"Solar? Kamu Solar, bukan?" Wanita itu bertanya pada sang pemuda. "pantas saja anakku mengira kamu sebagai Papanya. Rupamu mirip Halilintar sewaktu masih pacaran dulu," akunya dengan mata menyipit karena tersenyum.

Dalam sekali lihat, pemuda bernanik perak itu langsung mengetahui bahwa orang yang didepannya ini adalah Ying, sosok yang membuat Halilintar nekat kabur dari rumah.

"Iya, Kak Ying ... aku Solar."

Ingin sekali rasanya Solar marah pada Ying. Karena gara-gara wanita itu dirinya kehilangan sang kakak yang begitu ia banggakan. Demi keduanya bisa bersatu, mereka memutuskan untuk kawin lari.

"Kalau kamu mau ketemu sama Hali, dia sekarang sedang dirawat di rumah sakit," kata Ying.

Solar terbelalak sedikit. "Eh, Kak Halin sakit apa? Kok bisa sampai masuk rumah sakit?"

"Hali kena tipes. Akhir-akhir ini dia kerja secara gila-gilaan, tak ingat waktu. Ya ujungnya kelelahan, terus tipes," jawab kembali Ying.

Setelah itu Solar bertanya di mana kamar Halilintar dirawat. Solar bersumpah akan langsung melemparkan umpatan (berkedok rindu) pada Halilintar. Bodo amat kakaknya itu dalam keadaan sakit sekalipun. Terpenting sekarang adalah Solar telah mengetahui keberadaan Halilintar yang sempat berlari jauh darinya.

-end.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menggapai AnganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang