bagian dari cerita ini

4K 439 12
                                    

Alvin berjalan menuruni anak tangga dan bersiap untuk sarapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alvin berjalan menuruni anak tangga dan bersiap untuk sarapan. Pagi dihari senin adalah pagi yang sangat sibuk untuk dirinya dan Kenan.

Saudara kembarnya juga tengah menyiapkan harinya yang begitu sibuk. Disaat dirinya tengah meneguk susu coklatnya, ia tak sengaja memperhatikan penampilan Alvin yang sangat tidak cocok sebagai seorang pemimpin dari berbagai cabang restoran dan bisnis fotografi.

"Vin, kamu lebih cocok jadi anak kuliahan dengan hoodie dan celana kotak-kotak itu" kata Kenan.

Alvin meraih susu coklat jatahnya dengan satu gerakan. Alvin menatap Kenan dari atas sampai bawah terlebih dahulu baru dia membalas ucapan Kenan, "Kak, bisnisku itu bisnis santai. Bukan seperti Kak Kenan yang harus duduk berjam-jam didepan komputer dan bertemu orang penting"

"Kau ini memang bisnis man yang aneh" balas Kenan. "Bagaimana dengan etalase fotografimu? Aku dengar kau akan kesana?"

Alvin menggeleng, "Tidak, Kak. Aku ke cabang restoranku dulu. Ada sedikit masalah disana"

Kenan juga ikut khawatir mendengarnya, "Tapi kau masih bisa mengendalikannya?"

Alvin tersenyum, "Ayolah, Kak. Ini cuma masalah bahan baku dan pelanggan yang protes. Jumlah pesanan sama bahan baku meledak jadi, ya...begitu" ujar Alvin.

"Hari ini ada yang mengundang Kak Kenan untuk mengajak kerja sama" kata Kenan tiba-tiba yang menjelaskan rasa khawatirnya.

"Uu... Kakakku jadi pebisnis yang handal, hm?" puji Alvin dengan wajah manisnya.

"Vin, Kakak lagi pusing, nih. Jangan begitu mukanya"

Alvin mengangguk dengan wajah yang setengah bangga setengah mengejek.

"Pisang?" tanya Kenan yang menangkap kebiasaan Alvin. Adiknya itu akan memilih makan buah lebih dulu sebelum sarapannya.

"Kenapa memang?"

Kenan menggeleng, "Kau tidak pernah berubah, Vin" jawab Kenan dengan suaranya yang deep dan tatapannya yang tulus.

"Kak Kenan, kau baru saja menakutiku, tau?" balas Alvin dengan wajah kakunya.

Kenan tertawa ringan untuk sesaat, "Kau ingin apa untuk kado tahun ini?" tanyanya.

Tanpa berfikir, Alvin menjawab, "Bertemu bunda" dengan suara yang sangat tenang.

Kenan menghentikan aktivitas mengoles selai diatas rotinya dan menatap Alvin dengan tatapan sendu. Menyadari gerak yang aneh itu, Alvin juga ikut terdiam dan menatap kakaknya dengan tatapan penuh tanya.

"Kak Kenan janji kalau kita akan mengunjungi makan bunda, kan?" tanya ulang Alvin sebagai bentuk ketegasan.

Kenan tidak tau perasaan sedih macam apa yang sempat membuatnya kehilangan fokus itu tapi melihat Alvin bertanya tentang janjinya, kesadaran Kenan mulai kembali perlahan.

BE || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang