still here

3.6K 284 3
                                    

Ken__Vin

Ken__Vin Hari ke-20 senyuman itu pergi dari hidupku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ken__Vin Hari ke-20 senyuman itu pergi dari hidupku. Alvin, kakak masih ingat bagaimana suara tawa itu jadi jangan menunggu sampai kakak benar-benar tidak bisa mengingatnya lagi.

***

Kenan tetap sabar menunggu disamping Alvin sambil sesekali mengusap pipi yang sudah tidak tembam lagi. Kenan melirik ke atas untuk melihat obat kemoterapi yang ternyata masih harus setengahnya lagi masuk dalam pembuluh darah vena adiknya. Fikirannya bertanya, benarkah itu membantu? Jika iya, harus sebanyak apa lagi obat itu harus masuk dalam tubuh Alvin?

Alvin mendapatkan obat itu dua kali sehari dan hari ini sudah hari ke 20 dia masih belum sadarkan diri. Itu artinya sudah 40 kali Alvin terus mendapatkan obat itu tanpa ada perubahan apapun.

Kenan menurunkan pandangannya dan menatap lagi Alvin yang masih belum beranjak dari posisinya. Apa adiknya itu tidak lelah? Kenan saja sudah sangat lelah melihat Alvin hanya terbaring seperti sekarang.

"Apakah keajaiban itu akan datang hari ini, Vin? Atau, hari ini akan menjadi hari yang sama seperti kemarin?" ucap Kenan tanpa semangat.

"Beberapa teman kita mengirim pesan pada kakak. Mereka juga menjengukmu. Belum lagi penggemarmu disosial media yang terus mendoakanmu. Apa semua itu masih belum cukup?"

"Seandainya Kak Kenan bisa melakukan sesuatu yang bisa membuatmu bangun, pasti sudah kakak lakukan sejak kemarin-kemarin. Apa kau sekarang berharap kakak adalah seorang dokter? Hehe, lucu sekali ketika memikirkan itu semua"

"Maafkan kakak karena tidak bisa berbuat apapun. Maafkan kakak, Vin"

Kenan belum mengeluarkan air mata. Entah, sepertinya air matanya sudah habis untuk menangisi kondisi Alvin.

"Ken.."

Panggilan lembut dari Adnan ini membuat Kenan memutar badannya.

"Ada apa, Yah?"

"Kau melewatkan makan siangmu lagi?"

Kenan mengangkat kedua bahu sambil menggeleng samar, "Aku rasa aku tidak bisa mengingat apapun, Yah"

Adnan sesekali memijat bahu Kenan yang terlihat lelah. Ia menatap ke arah yang sama yaitu wajah tenang Alvin.

"Makan dulu, Nak. Kau bisa menyakiti dirimu sendiri" bujuk Adnan yang tidak menyerah. Dia harus kuat, lebih kuat dari pada Kenan atau Alvin. Dia adalah ayah mereka. Jika dia juga ikut hancur, bagaimana Kenan? Saat ini Alvin masih bersama mereka dan Adnan yakin akan selalu begitu.

"Bagaimana dengan pengobatan Alvin di Singapura nanti, Yah?" tanya Kenan yang tiba-tiba.

"Ken, ayah dan Dokter Bayu sudah mengurus semuanya. Jika kondisi Alvin stabil kita bisa langsung membawanya kesana untuk radioterapi. Mungkin itu bisa membantu, semoga" jawab Adnan.

Kenan mengangguk seadanya, "apapun untuk kesembuhan Alvin, Yah" tambah Kenan dengan kepala yang menunduk perlahan. kemudian tangan dan sentuhan hangat seorang ayah membuat tatapan Kenan mengarah padanya.

"Kita akan melakukan apapun untuk Alvin. Ayah berjanji akan mengusahakan yang terbaik untuk kesembuhannya"

Kenan lagi-lagi mengangguk sambil menatap lagi Alvin yang masih setia terpejam. Cukup lama mereka terdiam dan membiarkan suara alat medis yang mendominasi. Tidak ada suara yang terdengar hingga Alvin yang sepertinya menangis dalam tidurnya.

***

Seiring berjalannya waktu, luka Kenan perlahan membaik. Tentu saja, Kenan masih belum bisa menerima keadaan. Saat ini dia hanya mencoba untuk menjalani apa yang terjadi. Kenan masih tetap pada kesedihannya tapi disaat yang sama, Kenan tau hidupnya harus tetap berjalan.

Jika dia baik-baik saja maka Alvin pasti juga akan begitu. Mereka sejak didalam rahim bunda selalu berbagi hal yang sama, merasakan hal yang sama, melewati saat-saat yang sama. Ada yang bilang anak kembar itu memiliki ikatan batin yang sangat erat dan selalu bisa merasakan apa yang dirasakan saudaranya.

Tapi mengapa Kenan tidak kesakitan saat Alvin juga tengah kesakitan?

Malam sebelum Alvin tidak sadarkan diri adalah malam yang sangat menyenangkan untuk mereka berdua. Alvin memang tidak seperti penderita kanker pada umumnya. Ia tetap ceria dan tetap tersenyum. Dia juga tidam terlihat sakit atau lemah tapi memang Alvin tidak bisa beraktifitas seperti dulu.

Sakitnya Alvin hanya sampai pada dia tidak bisa beraktifitas seperti dulu, dia hanya mudah lelah, itu saja. Maka dari itu, Kenan juga terbawa. Kenan tidak segera mengambil langkah cepat dan hanya membiarkan Alvin tetap meminum obatnya.

Mungkin, kondisi Alvin saat ini juga karena Kenan yang tidak terlalu peduli. Kenan mengutuk diri, ternyata dia memang bukan kakak yang baik untuk Alvin.

Kenan akhirnya menyelesaikan tugasnya walaupun semua itu ia tetap kerjakan dirumah. Kenan membersihkan dirinya. Yang akan dia lakukan adalah berkunjung ke rumah sakit. Padahal baru tadi siang dia menjenguk Alvin dan sekarang dia ingin melakukannya lagi.

Kenan menuruni anak tangga dan mendapat teguran dari Adnan.

"Ken, kau mau kemana malam-malam begini?" tanya Adnan sambil membawa segelas kopi ditangan kanan dengan kaca mata yang masih bertengger diatas hidung mancungnya.

"Ke rumah sakit, Yah" kemana lagi, batin Kenan.

"Ken, ini sudah sangat malam dan sudah bukan lagi jam besuk. Untuk apa kau kesana?"

"Apa sekarang ayah melarangku untuk menjenguk Alvin?"

Adnan menghela nafas sambil meletakan segelas kopi ditangannya setelah mendengar pertanyaan sarkas dari Kenan. Dia tidak tau apa yang terjadi pada Kenan malam ini tapi hatinya tidak mengijinkan Kenan untuk pergi.

"Ayah tidak melarangmu. Ayah hanya ingin kau tau waktu. Kapan harus menjenguk Alvin dan kapan kau harus memperdulikan kesehatanmu!" jawab Adnan yang sangat tegas dan penuh penekanan.

"Bukankah aku menjadi anak kebanggaan ayah dan selalu sempurna itu sudah sangat cukup untuk ayah? Kenapa aku baru sadar sekarang kalau ayahku yang sangat pilih kasih ini ternyata masih sama seperti dulu" ujar Kenan yang tidak kalah keras dengan nada yang lebih tegas.

"Kenan! Apa dengan kau seperti ini bisa mengembalikan keadaan menjadi lebih baik?"

"Oh! Jadi, ayah menganggap semua usahaku tidak ada gunanya untuk membuat Alvin sehat kembali?"

"KENAN!!"

"JANGAN HENTIKAN AKU, AYAH!!"

Adnan berjalan cepat menghampiri Kenan. Ia meremat dan sedikit mengguncangkan tubuh lemas Kenan sambil berkata, "Apapun yang ada difikiranmu saat ini, jangan sampai dia membuatmu menbahayakan nyawamu sendiri, Ken!"

Kenan mulai tersadar. Untuk apa dia berteriak didepan ayahnya tanpa sebab seperti sekarang. Tapi sungguh, dia sangat ingin melihat Alvin. Seperti ada perasaan kuat yang meminta Kenan untuk pergi kesana.

"Aku, Aku rasa... Aku hanya merindukan Alvin, Yah" ucap Kenan dengan suara yang lemah dan tatapan yang sendu.

Adnan hanya menarik kedua bibirnya dan berucap, "Kita semua merindukannya, Nak". Lalu Adnan membawa Kenan ke dalam rengkuhannya.


















To Be Continued...


BE || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang