the truth

3.2K 341 7
                                    

Kenan dengan setelan jas dan wibawanya memimpin rapat direksi dan juga memantau perkembangan dari perusahaan investasi yang ia pimpin. Tidak ada yang mengerti tentang bidang ini kecuali Kenan yang memang ahli dalam melakukan segala hal.

Dilain tempat, diwaktu yang sama, Alvin juga sedang memantau perkembangan semua cabang restoran dan cafe melalui satu kantor yang menjadi pusat dari semua pergerakan itu. Alvin mendengarkan dengan serius penjelasan dari para pemimpin restoran yang ia percaya.

Si kembar ini selalu saja bisa menemukan solusi dari naik turunnya bisnis mereka. Kenan dan Alvin yang tanggap dan selalu menjadi pemimpin yang baik ini membuat semua orang ingin menjadi mereka.

Kehidupan Kenan dan Alvin sebenarnya sangat identik dengan kata sibuk dan juga pekerjaan. Mereka berdua adalah pemuda yang sukses yang terkadang lupa bahwa mereka masih terlalu muda. Bekerja terus menerus tanpa sadar sekarang adalah waktunya istirahat makan siang.

"Hallo, Vin. Kak Kenan ke restoran kamu, ya? Kamu tidak sibuk, kan? Makan dulu, Vin" ini adalah kebiasaan Kenan. Dia yang selalu mengingatkan Alvin untuk makan. Sejak kejadian mengerikan itu Kenan lebih meningkatkan kewaspadaan dan lebih memperhatikan kebutuhan Alvin.

"Tidak, Kak. Sampai ketemu disana. Aku akan menyusul. Aku harus mengerjakan satu hal lagi"

"Baiklah" kata Kenan lalu panggilan itu berakhir.

Pandangan Kenan menyendu. Adiknya itu masih saja bersikap seperti biasa meski ada kanker didalam tubuhnya. Benak Kenan bertanya pada Tuhan, mengapa harus Alvin? Mengapa bukan orang-orang diluar sana yang memang ingin mati? 

Tidak ada yang berarti bagiku kecuali kakak dan ayah, aku janji akan membahagiakan kalian berdua. Ini adalah satu dari sekian banyak kata manis yang diucapkan adiknya. Alvin masih memiliki banyak hal yang ingin dia capa tapi mengapa Tuhan tidak berniat untuk membantu adiknya? 

Kenan tidak tau bahwa Alvin yang sudah selesai rapat dan bekerja tengah menyempatkan waktunya untuk menemui bunda mereka. Saat ini Alvin sedang berdiri menatap foto dan abu dari wanita yang sangat-sangat ia rindukan itu.

"Jangan terlalu cepat ya, Bun. Kak Kenan masih membutuhkanku" kata Alvin sebagai monolog untuk memulau kalimatnya yang lain.

"Alvin masih belum ingin berpisah dengan Kak Kenan. Alvin takut Kak Kenan akan terjebak dalam traumanya lagi. Alvin mohon untuk mengijinkan Alvin sedikit lebih lama menghabiskan waktu bersama Kak Kenan dan memastikan dia akan baik-baik saja saat Alvin pergi"

Alvin juga menyampaikan ini dalam doanya.

"Alvin juga sangat ingin bertemu Bunda. Alvin janji Bunda tidak akan menunggu terlalu lama"

***

Alvin dan Kenan saling bercanda, berbagi makanan, menikmati waktu persaudaraan mereka dijam makan siang disebuah restoran milik mereka, lebih tepatnya milik Alvin. Dari segi makanan yang mereka pesan, ada perbedaan. Alvin memilih untuk memesan makanan yang lebih pedas sementara Kenan lebih memilih makanan yang berkelas dan sedikit manis dan asin. Kenan tidak suka makanan pedas, dia tidak tahan.

"Vin, nanti sore mau tidak main basket disamping rumah saja"

"Boleh, Kak. Kak Kenan bisa memintaku melakukan apapun yang kakak mau"

Kenan mengerutkan kedua alisnya, "Maksudmu?" tanyanya yang penasaran. Berbeda dengan Alvin yang memberikan senyuman manis padanya.

Alvin mengeluarkan satu kertas note yang dan juga pulpen yang ia simpan dibalik saku celananya sedari tadi.

"Kak Kenan tulis lima hal yang sangat ingin Kak Kenan lakukan bersamaku dikertas ini dan kita akan melakukannya bersama. Hanya lima ya, Kak. Jangan ditambah lagi"

BE || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang