(Bukan) Pernikahan Impian

1.2K 42 3
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya, Reana Sucipto binti Baretto Sucipto, dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."

Saat itu Reana berharap langit akan runtuh sekalian, supaya ijab kabul yang tidak pernah diharapkannya ini menjadi tidak sah. Perempuan itu menutup mata dan berdoa dengan sungguh-sungguh dalam hati, berbekalkan segala macam bacaan doa yang mampir di kepalanya.

Tapi nyatanya, ruang keluarga rumah keluarga Narendrea itu malah adem ayem saja. Saksi-saksi (yang memang jumlahnya tidak banyak karena pernikahan ini juga seyogyanya tidak diketahui khalayak ramai) hanya tampak mengangguk samar-samar. Benar-benar berbeda dengan apa yang diharapkan Renna.

"Alhamdulilah..."

Pupus sudah harapan Reana untuk tidak beristrikan pria dingin dan tak punya hati semacam Rai. Dari caranya menahan air mata yang menggenang di pelupuk agar tidak lolos dan jatuh ke pipi, Reana tahu bahwa hatinya benar-benar tidak mengharapkan pernikahan ini terjadi.

Reana bisa saja kabur. Selama beberapa minggu ini ia benar-benar hanya tinggal di motel murah dengan uang seadanya (yang dikirimkan sang ayah setelah ia menangis meraung-raung dan mengancam lelaki itu bahwa dirinya akan bunuh diri bila tidak bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak hari itu).

Di motel murah itu, sudah jelas tidak ada satu orangpun yang mengawasi Reana. Ia bisa saja memesan tiket kemanapun tanpa akal sehat dan membiarkan ayahnya masuk penjara dengan pasal penipuan dan penggelapan uang (seperti yang dikatakan Rai padanya sebelum ia pulang dari rumah lelaki itu terakhir kali mereka bertemu).

Tapi Reana tetaplah Reana.

Perempuan itu tetaplah seorang putri dengan hati yang lembut meski Reana sendiri bahkan tak pernah bangga atas hal itu.

Mana mungkin Reana tega membiarkan ayah yang menyebabkannya ada di dunia ini membusuk di penjara sementara ia bersenang-senang ke luar kota?

Ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri ketika tiba-tiba tangan besar Rai mampir beberapa senti di depan mukanya. Awalnya Reana tampak terkejut. Tapi hanya butuh sepersekian detik bagi wanita itu untuk mengerti apa yang sedang dilakukan suaminya--Reana sendiri merinding menyebutnya demikian.

Perempuan itu lalu menunduk, meraih tangan Rai yang terasa halus, lalu menciumnya dengan hati-hati. Persis seperti yang sering ia lihat di televisi.

Tapi Reana juga tahu bahwa dari cara Rai mencium puncak kepalanya, pria itu juga hampir pasti merasa muak padanya--dan pada saat itu Reana tidak bisa berhenti menerka perihal apa yang mungkin terjadi padanya malam ini.

Pernikahan yang lebih terlihat seperti aib daripada berkah itu memang hanya dilangsungkan secara tertutup tanpa satupun kerabat keluarga yang datang atau bahkan mengetahui. Saksi-saksi ijab kabulnya pun hanya para asisten rumah tangga dan tukang kebun di rumah mewah milik ayahnya Rai, yang sebagian kemudian akan dipindahkan ke rumah Rai mulai besok. Jangan tanya perihal resepsi pernikahan--sudah jelas tidak mungkin diadakan.

"Rai langsung ke rumah aja Pa." Suara bariton itu membuat semua orang yang kini sudah mulai beranjak dari ruang keluarga itu menoleh.

Yah, tidak semua sih. Hanya tuan dan nyonya Narendrea saja, lantaran pak penghulu sudah sejak beberapa saat lalu pamit undur diri dan para asisten rumah tangga mereka juga sudah beranjak dan kembali menjalankan pekerjaannya masing-masing.

Sementara Nyonya Narendrea mendelikkan bahu, Tuan Narendrea justru menatap pasangan suami istri baru itu dengan ragu. "Serius mau ke rumah sekarang? Nggak mau makan siang di rumah dulu?"

"Mama nggak masak Pa," sentak Nyonya Narendrea dengan dingin. "Biarin aja kalau mau ke rumah sendiri. Menantu Papa kan sekarang udah jadi istri. Ya, biarin aja dia masak dan melayani suaminya!"

Dari cara ibunya mengatakan 'menantu Papa' alih-alih menyebut namanya, Reana tahu bahwa perempuan itu barangkali benar-benar benci padanya.

"Nggak usah Pa. Nanti Rai sama dia makan di jalan aja. Kan dari kemarin juga udah bilang kalau kita maunya langsung pulang ke rumah," balas Rai kepada ayahnya yang terlihat khawatir.

Perdebatan singkat itu berakhir dengan Rai dan Reana yang berpamitan pada sang tuan rumah, untuk kemudian melangkah ke garasi dan mengambil mobil Rai di sana.

Kendaraan yang dipakai Rai memang tidak pernah Reana tumpangi sebelumnya. Tapi perempuan itu cukup tahu diri untuk tidak menerka-nerka berapa harganya.

Ia sempat melirik suami barunya itu dengan ragu sebelum akhirnya benar-benar duduk di sisi kemudi. Beruntung Rai tidak mengusirnya. Lelaki itu hanya mendengus dan dengan kecepatan sedang membawa mobil mereka menjauh dari rumah.

"Sebetulnya saya bisa masak, Mas Rai." Reana mencoba mengumpulkan segenap keberanian yang tersisa dalam dirinya ketika mengatakan kalimat interaksi pertama mereka hari ini. "Kalau di rumah udah ada bahan dapur, saya--"

"Lupa ya? Gue pernah bilang kan, kalau gue nggak mau makan masakan lo?" Rai mendelik dengan begitu tajam ketika mengatakan, "Nggak sudi juga gue dimasakin sama lo. Jadi nggak usah repot-repot nawarin. Udah pasti gue nggak mau."

***

Ketibaan keduanya di sebuah rumah megah bergaya Eropa dengan dua lantai lekas membuat Reana meneguk ludahnya. Rumah yang juga sama-sama berada di kawasan Menteng ini membuat perempuan itu mengelus dada ketika menerka berapa lama waktu yang akan dibutuhkan untuk mengepel seluruh lantainya hingga bersih.

Dengan ragu-ragu ia mengekori Rai yang melangkah dengan dingin sekaligus tenang ke dalam rumah.

Reana merasa darahnya berdesir setiap kali kulit telapak kakinya bersentuhan dengan lantai marmer mahal yang melapisi rumah ini.

'Sumpah... Ini rumah dia sendiri?'

"Gue nggak mau lama-lama tinggal sama lo di sini." Rai bersuara dengan sama dinginnya ketika mereka bahkan baru melalui beberapa langkah memasuki rumah. "Malam ini, gue tunggu di kamar utama lantai satu, tepat jam sembilan.

"Lo harus minum semua yang ada di nakas kamar lo dan pakai baju yang udah disiapin sebelum masuk ke kamar gue. Ngerti kan?"

Bersambung...

Mau dilanjut kapan niih?

Ada yang nebak abis ini mereka ngapain? :p Comment dan vote yang banyak yaa biar aku bisa semangat nulis bab selanjutnya. Hueheheee.

Follow Instagramku juga untuk dapetin spoiler bab berikutnya : @naralatasha yg mau followback lngsg DM ajaa :)

Istri di Atas KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang