Part 6

136 76 30
                                    

Hallo! Akhirnya ya update cerita lagi hehe

Terimakasih yang sudah baca ceritaku sampai part ini, jangan lupa untuk selalu vote dan komentar yaa! Dibaca yaaa supaya tau alurnya gimana dan keseruan kisah Alma dan Nugi gimana! Hehehe 

Selamat membaca!~~  

                                                                                                                          ***

"Hai! Maaf, pasti udah nunggu lama kan?" kata Nugi pada seseorang yang telah duduk di sebuah kursi resto, masih dalam Mall tersebut.

"Engga masalah, omong-omong ada apa ajak aku ke sini?" tanyanya yang ternyata adalah Sania, teman kampus Nugi.

"Hari ini ulang tahunmu, kan?" tanya Nugi memastikan. Sania mengangguk dan tersenyum.

"Dan ini untukmu," tuturnya lagi sambil memberikan bingkisan kado yang sudah terbungkus rapi.

"Ya ampun, Nugi. Repot-repot segala. Thanks, ya" tutur Sania. Nugi mengangguk.

"Kamu ke sini sendiri?" tanya Sania.

"Tadi aku sama Alma, tapi dia udah kusuruh pulang" kata Nugi.

"Kenapa ngga kamu ajak ke sini aja?"

"Kalau dia tau kamu ulang tahun, dia pasti minta traktiran makan seenaknya dan sebanyak mungkin, karena dia emang doyan makan banyak hahahha"

"Jadi, kamu mau aku traktir makan nih?"

"Hahahhahaha, engga kok, kita makan bersama, bayar masing-masing hahahha"

"Udah, aku bayarin deh, Nug. Santai aja kali," kata Sania.

Merekapun memesan makanan. Ketika sedang menunggu makanan datang, tiba-tiba terdengar bunyi panggilan telepon dari Handphone milik Nugi.

"Ada apa, Alma? Uangnya kurang ya untuk bayar taksi? Oke kamu tambahin pakai uangmu, besok akan kuganti kurangnya," bisik Nugi dengan seenaknya menebak apa yang akan dikatakan Alma melalui telfonnya.

"Siapa, Nug?" tanya Sania.

Tiba-tiba saja telfon dari Alma terputus, entah karena gangguan sinyal atau sengaja dimatikan olehnya.

"Siapa yang telfon, Nug?" tanya Sania lagi.

"Emm, Alma. Ngga jelas dia, telfon sendiri tiba-tiba dimatiin" kata Nugi sembari menaruh Handphone miliknya di meja.

"Permisi, ini pesanannya. 2 mangkuk ramen pedas, 1 porsi dimsum mix, 1 es jeruk, dan 1 ice tea. Selamat menikmati, terimakasih" kata pelayan resto.

"Wahh, terimakasih ya mbak" sahut Nugi.

"Pasti laper kan?" tanya Sania. Nugi mengangguk.

Mereka pun menikmati hidangan yang dipesan bersama.  

                                                                                                                       ***

Alma yang menuju pulang ke rumah dengan taksi, tiba-tiba saja meminta sopirnya berhenti di sebuah persimpangan jalan kota. Ia berjalan menuju kedai kebab langganannya juga adiknya. Dipesannyalah 2 kebab beef special, 1 pedas dan 1 lagi tidak pedas, karena Radit tidak diperbolehkan untuk makan makanan pedas. Setelah mendapatkan pesanan adiknya itu, ia kembali pulang dengan berjalan kaki untuk menuju rumahnya. Entah mengapa Alma lebih memilih untuk tidak pulang dengan taksi atau ojek online sejenisnya.

Sepanjang ia berjalan, wajahnya tampak agak murung dan kesal akan sesuatu. Matahari semakin meninggi dan memancarkan sinarnya lebih terang lagi. Membuat gadis berusia 20 tahun itu berkeringat dan nampak kelelahan. Ia pun berhenti sejenak di sebuah bangku taman dekat rumahnya. Gadis itu pun melahap kebab pedas sembari menatap langit biru yang begitu indahnya. Seketika terdengar nada dering Handphonenya dari dalam tas berwarna army yang dipakainya.

"Halo?"

"Masih lama kak? Ditunggu ya kebabnya, aku lapar" ujar adik Alma melalui percakapan telfon.

"Iya, oke" singkat gadis itu.

Setengah dari kebabnya telah dimakan, sisanya ia bungkus kembali dan beranjak pergi untuk pulang ke rumah. Ketika ia sampai di depan gerbang rumahnya, kembali terdengar nada dering telfon dari seseorang. Alma mengambil Handphonenya, ternyata telfon dari Nugi. Ia mengabaikan panggilan suara dari sahabatnya itu dan membisukan telepon genggamnya. Dengan segera ia masuk ke rumah, lagi-lagi masih dengan wajah yang agak kesal. 

To be continue~  

Jangan lupa vote dan komentar terus ya!!:)

SEVEN YEARS AGO METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang