Part 8

105 43 30
                                        

HALO! 

Jangan lupa sebelum atau setelah membaca cerita ini, vote dan komentar dulu yaa! 

SELAMAT MEMBACA!!:) 

Setelah kejadian itu, Alma berusaha untuk menenangkan dirinya dan menjauh dari Nugi. Ia harus menahan perasaannya untuk Nugi. Jika mungkin Nugi telah berpaling darinya, Alma harus merelakan sahabat yang disukainya secara diam-diam itu. Dan mulai sekarang, ia harus fokus dengan kuliahnya. Ia juga harus terus membantu orang tuanya untuk mencarikan pendonor jantung untuk adik tersayangnya, Radit. Segala cara telah dicoba oleh Alma, namun sampai sekarang belum juga ditemukan sosok pendonor itu.

Di samping itu, Nugi juga diam-diam mencari tahu bagaimana kondisi adik sahabatnya itu. Yang ia tahu dari orang tua Alma, keadaan adiknya semakin parah, sudah stadium akhir, dan harus segera menemukan pendonor jantung tersebut. Nugi berusaha untuk menemui Alma dan mencari pendonor jantung tersebut bersama-sama. Namun, sepertinya Alma masih salah paham pada Nugi. Bahkan pesan yang dikirim melalui chat Whatsapp juga tidak dibalas sama sekali oleh Alma. Setiap Nugi mengunjungi rumahnya pun, Alma selalu menolak untuk bertemu dengannya.

Hingga suatu ketika, keluarga Alma mendapat kabar baik bahwa pihak rumah sakit telah mendapatkan pendonor jantung untuk adiknya. Sehari setelah itu, Radit pun segera melakukan transplantasi jantung. Seluruh keluarga Alma berharap agar jantung yang diberikan si pendonor itu cocok untuk adiknya. Ketika itu, Alma merasa membutuhkan sosok Nugi yang selalu ada untuknya, yang selalu menguatkannya. Namun, setelah ia berkali-kali menghubungi Nugi, tidak ada balasan kabar sedikit pun darinya. Alma berusaha untuk tetap tenang. Ia ingat kata-kata sahabatnya dulu, Tuhan selalu punya seribu cara untuk menyembuhkan adikmu, jadi tetap positive thinking.

Selagi menunggu proses operasi transplantasi jantung adiknya, Alma berusaha untuk mencari tahu identitas pendonor jantung tersebut. Ia pergi menemui pihak administrasi. Namun sayang, nihil. Alma tidak mendapatkan informasi sedikit pun mengenai pendonor itu. Ia kembali pada kedua orang tuanya yang sedang menunggu kabar baik adiknya.

"Ma, Pa.. apa Radit akan sembuh?"

"Kita doakan saja ya, minta yang terbaik sama Tuhan ya sayang," sahut Papa dengan memeluk pundak Alma yang duduk di samping kanannya.

"Iya, Kak. Mama harap juga adik kamu bisa kembali sehat. Mama ngga mau kehilangan dia," kata Mama.

"Ma, Pa.. aku minta maaf ya karena belum bisa menjaga Radit dengan baik waktu itu. Sampai-sampai tanpa aku tahu, dia pergi ke perpustakaan umum dan pingsan di sana," ujar Alma dengan nada yang tulus sembari menggenggam kedua tangan orang tuanya.

"Sudah, itu kan sudah berlalu. Mama juga minta maaf karena harus membebani kamu sendirian dengan kondisi Radit yang lemah ketika itu. Yang terpenting adalah sekarang kita harus bersyukur karena Tuhan telah memberikan pendonor jantung untuk adikmu," jelas Mama dengan memeluk Alma.

"Aku ngga pernah merasa terbebani kok, Ma. Aku sayang banget sama Radit, jadi, apapun akan kulakukan untuknya selama aku bisa membantu," kata Alma.

"Iya, terimakasih ya sayang, karena kamu sudah menjaga Radit selama kami dinas di luar kota," sahut Papa.

Setelah berjam-jam menunggu, akhirnya salah seorang dokter keluar ruangan dan menemui keluarga Alma. Dokter tersebut memasang wajah penyesalan di hadapan Alma dan keluarganya.

"Keluarga Radit," kata dokter itu yang masih berpakaian hijau setelah melakukan operasi.

"Iya, Dok, kami dari pihak keluarganya. Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" jawab Ayah Radit menanyakan kondisi anaknya.

"Dengan penuh penyesalan, dan permohonan maaf sebesar-besarnya, saya harus mengatakan bahwa saudara Radit tidak dapat diselamatkan, oleh karena jantung pendonor untuk Radit mengalami ketidakcocokan, dan kondisi Radit sebelumnya sudah melemah duluan, sehingga Radit tidak dapat diselamatkan, sekali lagi saya mohon maaf dan turut berduka atas kepergiannya," jelas Dokter.

Mendengar penjelasan dokter tersebut, Alma dan keluarganya sontak menjerit dan menangis histeris. Alma berusaha lari dan masuk ke ruang operasi adiknya tersebut. Dengan air mata bercucuran, ia memeluk adiknya penuh erat. Rasanya begitu sedih kehilangan sosok adik satu-satunya yang tersayang. Kedua orang tua Radit pun juga tidak menyangka bahwa anak laki-lakinya akan pergi secepat itu. Mereka begitu kehilangan Radit yang disayangnya.

"RADIIIIT!!!" seru Alma dengan tangis yang penuh kesedihan.

"Sayang, kenapa kamu harus begini?!!" Mama menangis sambil mencium kening anak laki-lakinya itu.

"Sudah kak, ma. Kita ikhlaskan Radit ya. Dia sudah tenang di sana, sudah tidak lagi merasakan sakit" kata Papa dengan memeluk keluarganya dan meneteskan air mata.

"RADIIITTT!! Kakak sayang sama kamu!! Ambil jantung kakak, Dit! Ambil!!! Radiiiittttt!!" seru Alma dengan tangis yang semakin pecah.

"Sudah sayang. Kamu ngga boleh seperti itu, ikhlaskan ya" sahut Papa yang memeluk Alma begitu eratnya. 

To be continue~ 

Jangan lupa vote dan komentar yaa!~

SEVEN YEARS AGO METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang