Part 4

185 94 39
                                    

HALO! Terimakasih sudah membaca ceritaku sampai part ini! ヾ(^-^)ノ
Yuk lanjut lagi bacanya!

Selamat membaca!ヽ( 'ω' )ノ

Tiga hari kemudian, kondisi Radit semakin membaik. Adik Alma pun sudah diizinkan untuk pulang ke rumahnya. Hanya saja, dokter menyarankan agar adiknya itu tidak terlalu kecapekan dan tidak diperbolehkan pergi jauh, apalagi sendirian. Mengingat saran dari dokter, Alma kepikiran selama adiknya dirawat di rumah sakit. Ketika itu kedua orang tuanya masih saja sibuk mengurusi pekerjaan di luar kota, sehingga mengharuskan Alma untuk menjaga adiknya selama tiga hari itu di rumah sakit. Beruntungnya, ia mempunyai sahabat seperti Nugi yang selalu ada untuknya. Tidak heran jika Alma bisa menaruh rasa pada sahabatnya yang perhatian dan baik padanya.

Keesokan harinya, ini adalah hari pertama bagi Alma dan Nugi menyapa bangku perkuliahan. Keduanya sama-sama kuliah di sebuah universitas negeri yang sama di Yogyakarta. Hanya saja mereka berbeda jurusan, Alma ingin memperdalam ilmu Matematika, sedangkan Nugi mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Meskipun begitu, Alma dan Nugi tetap berteman dekat seperti sejak SMP dulu. Mereka saling mengisi hari-harinya satu sama lain, juga masih sering berkunjung ke kedai es krim favoritnya. 

Suatu ketika Nugi yang masih berada di kampus, mengajak Alma untuk pergi ke tempat yang biasa dikunjunginya. Ketika Alma tiba di kedai tersebut, dia melihat Nugi sudah berada di sana dengan seseorang.

"Hai, Nug!" sapa Alma.

"Hai. Kok lama datangnya?," kata Nugi.

"Namanya juga naik busway, jadi muter-muter deh," sahut Alma sembari duduk di kursi depan Nugi dan temannya itu.

"Kenapa ngga naik motor?" tanya Nugi.

"Eh, omong-omong, kenalin dia Sania, teman kampusku,"

"San, dia Alma, temanku sejak SMP dulu," kata Nugi memperkenalkan keduanya.

Alma dan Sania pun saling berjabat tangan dan saling melempar senyum sapa. Mereka bertiga pun saling mengobrol satu sama lain. Canda tawanya nampak begitu jelas. Hingga tiba-tiba obrolan mereka menjadi sedikit tenang dan menegangkan.

"Kalian ini benar hanya berteman?" tanya Sania pada Nugi dan Alma.

"Iya dong kami berteman. Bukan begitu Alma jelek?" kata Nudi meledek Alma.

"Em, apaan deh kamu Nug. Iya, kami hanya berteman," jawab Alma dengan sedikit gugup.

"Kenapa memang, San?" tanya Nugi.

"Ya engga apa-apa sih, aneh aja kelihatannya," singkat Sania.

"Aneh gimana?," tanya Alma.

"Ya menurutku dan sepengetahuanku, biasanya persahabatan antara cewek dan cowok itu pasti ngga akan berlangsung lama. Paling tidak salah satu di antara keduanya ada yang menyimpan rasa ke sahabatnya itu. Tapi sepertinya kalau kalian ini, benar-benar hanya berteman kan, hahahha" jelas Sania.

"Hahahaha, apaan deh kamu, San. Ada-ada aja. Lagi pula kami ini tetangga dekat juga, Alma juga jelek, ya kali aku suka, hahahha" seru Nugi dengan tertawa keras.

"Iya Nug, gimana kamu aja deh," kata Alma, sedikit kesal.

"Eh, udah sore nih, pulang yuk!" seru Sania.

"Kamu pulang sendiri kan jelek?" tanya Nugi pada Alma sambil meledeknya.

Alma hanya menjawabnyadengan anggukkan kepalanya. Sementara itu, Nugi dan Sania pulang bersama.Nampak jelas sekali dari raut wajah Alma yang cukup kesal dan cemburu padateman kampusnya Nug itu. 

Sesampainya di rumah, Alma berjalan menuju kamar Radit untuk mengecek bagaimana kondisi adiknya itu. Dibukalah pintu kamar adiknya. Alma melihat Radit sedang terbaring tidur di kasurnya. Sepertinya adik Alma telah tertidur pulas sedari tadi. Ia tidak tega membangukannya hanya untuk sekadar bertanya keadaannya. Alma pun mendekati Radit dan duduk di sebuah kursi hitam di samping kasur milik adiknya. Tatapan matanya tertuju pada Radit, melihatnya dari ujung kaki hingga ujung kepalanya dengan penuh senang bercampur sedih. Senangnya adalah bahwa Radit telah kembali ke rumah, dan sedihnya adalah Alma tidak tega melihat adiknya terbaring lemah karena penyakit jantungnya seperti ini.

Perlahan ia mengusap kepala Radit dengan tangan halusnya sembari tersenyum tulus.

"Kakak sangat sayang sama kamu, Radit. Andai Tuhan bisa melempar penyakitmu pada kakak, pasti kamu sekarang akan bebas bermain ke sana kemari, kamu bisa setiap saat mengunjungi perpustakaan umum itu," Alma menggumam di hadapan Radit.

Diambilnyalah tangan Radit, kemudian ia menggenggamnya penuh erat.

"Kamu harus kuat, Radit. Kakak yakin kamu akan sembuh suatu saat nanti. Kakak akan terus berusaha mencarikanmu pendonor jantung, secepatnya. Supaya kamu bisa kembali pulih," tuturnya lagi dalam hati. 

                                  ***

Penasaran kan sama kelanjutan ceritanya? Pantau terus yaa~ 

Jangan lupa beri komentarmu dan voting! Thankyou:)

SEVEN YEARS AGO METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang