HALLO! Maaf ya baru update ceritanya lagi, kelupaan wkwk
Yuk langsung baca kelanjutan ceritanya!! Selamat membaca~
"Akhirnya ya Nug, kamu ngga jadi kuliah di luar kota. Aku senang dengarnya," ujar Alma penuh kebahagiaan.
"Oh jadi selama ini kamu doain aku supaya ngga diterima kuliah di kampus impianku? Jahat banget kamu, Al" jawab Nugi dengan wajah yang penuh kesal.
"Bukan gitu, Nug. Aku cuma ngga mau kehilangan teman dekatku yang baiknya sebaik kamu, serius deh, ngga bohong. Tapi, kalau kamu akhirnya kuliah di luar kota pun, ngga masalah, karena kamu reseh dan nyebelin, hahahha," sahut Alma seraya bercanda.
"Oke, kalo gitu aku akan coba seleksi mandiri di kampus impianku itu, kita liat aja nanti" kata Nugi semakin kesal.
"Kok gitu sih, oke-oke aku minta maaf deh, Nug" jawab Alma dengan wajah menyesal.
"Apaan sih Alma jelek, aku juga bercanda kali, hahahha. Lagi pula tahap seleksi mandiri juga udah ditutup kok, udah selesai, aku lupa buat ikutan daftar waktu itu," kata Nugi menjelaskan.
"Kamu tuh ya, padahal itu kesempatan terakhir loh buat masuk kampus impianmu itu," kata Alma.
"Udah, ngga apa-apa kok, selagi yang dekat masih ada, kenapa harus mati-matian buat mendapatkan yang jauh. Iya kan?" jelas Nugi.
"Iya sih. Omong-omong kamu mau es krim ngga, Nug? Aku bayarin deh," tanya Alma menawarkan traktiran.
Nugi mengangguk, sedangkan Alma segera memesan es krim kesukaan Nugi, yaitu es krim cokelat. Di kedai es krim itulah biasanya mereka menghabiskan waktu bersama untuk berbagi cerita satu sama lain. Suatu tempat yang bisa dikatakan sebagai saksi perjalanan kisah mereka berdua, senang dan sedih mereka curahkan semuanya di tempat itu.
"Ini es krim buat kamu, dan ini buat aku," kata Alma dengan memberikan es krim pada Nugi.
"Tumben cepet, biasanya ngantri," sahut Nugi.
"Kamu liat aja jam di tanganmu, ini kan udah malam, hampir jam 10, semakin sepi deh tempat ini," jelas Alma.
"Nug, aku mau cerita dong," kata Alma sambil menikmati es krim kombinasi vanilla cokelat.
"Cerita aja kali, biasanya juga langsung to the point," jawab Nugi.
"Kamu tau kan kalau Radit punya penyakit kelainan jantung? Aku bingung harus bantu apa untuk dia, aku ngga mau kehilangan adikku, Nug. Dokter bilang, usia dia udah ngga akan lama lagi. Aku harus cari pendonor jantung kemana Nug? Aku bingung," kata Alma dengan menceritakan kondisi adiknya, Radit.
Nugi sempat diam, tidak tahu harus berkata apa, karena takut salah bicara hingga membuat Alma semakin sedih.
"Gini, Al. Namanya kematian ngga ada yang tahu kapan datangnya. So, kamu positive thingking aja kalau Tuhan punya seribu cara untuk menyembuhkan adik kamu, Al. Aku yakin, adik kamu juga pasti akan mendapatkan pendonor jantung yang cocok, secepatnya," jelas Nugi menenangkan Alma.
Alma meneteskan air matanya. Nugi segera memberikan pundaknya untuk tempat bersandar sahabatnya itu. Tidak lama setelah itu, mereka pun pulang bersama karena sudah larut malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN YEARS AGO ME
Cerita PendekSebuah kisah klasik dua orang sahabat, Alma dan Nugi. Benarkah persahabatan antara perempuan dan laki-laki sejatinya tak pernah berhasil?