🍁-19 | Hujan

36 10 1
                                    

"Dek, tapi lo beneran gapapa?" Jina mengangguk.

Setelah bertemu Jeno dan yang lainnya di jalan, Mereka langsung pulang ke villa.

Jangan tanyakan pada Jeno bahwa ia khawatir atau tidak. Jelas dia khawatir pada Jina karena melihat Jina diguyur hujan tadi.

"Kok bisa?"

Jeno masih tidak percaya dengan Jina yang sedang tersenyum sekarang meski ia terkena demam.

"Renjun" Ujar Jina sambil menunjuk sang pemilik nama yang sedang meminum susu hangat di meja makan.

Jeno hanya mengangguk, pura-pura mengerti saja. Nanti setelah ini akan ia tanyakan pada Renjun.

Sepertinya Jina dan Renjun tadi terlalu lama bermain dibawah derasnya hujan sehingga membuat Jina terkena demam, sementara Renjun jadi flu.

"Lo istirahat aja disini ya, dek. Gue ambilin lo minuman ya?" Jina mengangguk.

___

"Sorry ya Ji, gara-gara gue deh lo jadi sakit kemarin."

Jina tersenyum kemudian menggeleng, "Engga kok, bukan salah lo. Gue juga yang mau. Lagipula gue udah sembuh juga!"

"APANIH APANIH JINA NEMPEL TERUS OY SAMA RENJUN SEJAK KEMARIN HUUUUU"

Bukk....

"Sembarangan kalo ngomong lo ya!!" Jina melempar Haechan dengan bantal sofa di sebelahnya.

"Aduh sakit anjing!" Haechan mengusap kepalanya yang terkena lemparan bantal.

"Tapi emang iya tau, Na. Elo sama Renjun mulu berduaan dari kemaren. Ngaku gak lo ada ap--AADUH! WOI!"

Jaemin langsung mengaduh begitu Jina memukulinya.

"Berisik Jaemin!! Gak usah ngomong bisa gak lo?!"

"Cie Jina sama Renjun ya?" Karina ikut nimbrung bikin wajah Jina jadi terlihat murung lagi.

Jina hanya menggeleng, "Nggak lah Kar! Ih gila! kenapa pada gitu sih sama gue?! Jahat!"

"Berantem terus sih. Ini gamau pada jalan?" Ujar Jeno yang sudah menenteng kunci mobil.

"Jina berantem sendiri, Jen. Gada yang berantem sama dia tuh." Setelah perkataan Haechan itu, ia mendapat gebukan dari Jina.

"ADUH JINA MAAP ATUH!!"

___

Jina memerhatikan Jeno dan Karina yang sedang saling menjahili satu sama lain.

"Dor!"

"Eh monyet!" Jina otomatis kaget. Saat ditengok, ternyata Chenle yang bikin Jina kaget. "Sialan lo le! Gue kaget anjing!"

Chenle terkekeh, "Maap maap sih!" Chenle akhirnya mengikuti arah pandang mata Jina.

"Jeno kenapa, Na? Lo serius amat liatinnya. Kayak mau nangkep setan!" Jina menoleh lalu memukul Chenle pelan.

"Apasih le! Ih lu mah bener bener deh! Gue cuman iri aja sama Kak Jeno. Dia enak, cuma ditinggal ke benua lain. Lah gue? Ditinggal ke dunia lain anjir" Jina terkekeh miris dengan keadaannya sendiri.

Ombrophobia | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang