🍁-20 | Mingyu

39 8 1
                                    

"Bukan salah elo, Lee Jina. Stop nyalahin diri lo sendiri, oke? I'm fine."

Jina memonyongkan bibirnya. Ia merasa sangat bersalah.

Renjun masuk angin. Kemungkinan besar ya pasti karena kemarin ia naik motor dengan Jina di malam hari yang dingin.

"Eh tapi tadi lo gapapa?"

Jina mengerutkan keningnya, "Gapapa apanya Njun? Emang gue kenapa?"

"Idih sok gatau. Tadi hujan, Ji. Masih trauma ya?"

Jina terdiam sebentar lalu mengangguk. "Gue beneran masih gak bisa. Sesek banget."

Renjun memegang tangan Jina dan mengusapnya lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun memegang tangan Jina dan mengusapnya lembut.

"Yaudah gapapa, pelan-pelan dicoba. Nanti lama-lama pasti kebiasa"

Jina tersenyum lebar dan mengangguk. "Lo itu sok tangguh banget deh, Njun. Padahal juga lo masuk angin gara-gara gue. Gausah sok kuat deh lo lain kali. Gak lagi-lagi gue minjem jaket lo."

"Kenapa? Takut gue sakit gitu? Astaga Jiii, masuk angin mah ga seberapa atuh. Mending masuk angin daripada sakit hati."

"Ih random banget si lo, njun! Sakit gini bukannya sembuh tapi malah sarap lo ya?" Jina ngecek dahi Renjun, disana ada kewarasan atau tidak? Oh ternyata tidak.

"Kewarasan lo udah hilang ya? Njun?" Jina menaikkan salah satu alisnya tanda bertanya pada cowok di depannya.

Renjun tertawa membuat Jina mendelik. "Galucu ih Renjun! Gue panggil Kak Jeno nih ya! Biar lo d--"

"HUA!"

Saat Jina ingin berdiri, Renjun menarik lengan Jina sehingga Jina terjatuh tepat di depan Renjun.

Posisi Jina terlihat bahwa ia seperti hendak menimpa Renjun dari atas. Wajah mereka bahkan tidak lebih dari sepuluh senti jaraknya.

Krek...

"Na? Lo kena-- ANJING!! JINA LO NGAPAIN BANGSAT?! JENOO ADEK LU NIH JING!"

Haechan yang tadinya ingin masuk langsung putar arah. Sepertinya ia memanggil yang lainnya.

Jina yang melihat Haechan tiba-tiba masuk tadi langsung menghempas genggaman Renjun pada tangannya dan menjauh.

"Jantung gue udah ga sehat" batin Jina sembari memegangi dadanya. Jantungnya berdebar begitu cepat. Sangat cepat.

"Dek, lo kenapa?!"

Jeno bahkan sampai berlari ke kamar Renjun hanya untuk melihat Jina. Tapi ternyata Jina tidak apa-apa.

Jeno memiringkan kepalanya. Memikirkan apa yang sebenarnya terjadi disini.

"Jen, adek lo anjing!"

Nah, pas sekali. Haechan sudah berdiri di samping Jeno. "Jina kenapa sih, chan?! Gapapa tuh anaknya. Bego lo ya?!"

"Ah lo ga liat sih tadi! Mereka mau melakukan hal yang tidak senonoh!"

Ombrophobia | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang