Selamat Tinggal
(Fiksi mini)
Oleh mariautami2
______________________________Melepas lelah setelah seharian berkutat dengan pelajaran di sekolah adalah hal yang paling kunantikan. Angan-angan bisa merebahkan diri di kasur empuk dalam ruangan berukuran tiga kali lima meter, dinding berwarna biru laut berhiaskan stiker lumba-lumba, membuatku ingin cepat-cepat sampai di rumah.
Dua tahun lalu, itulah kebahagiaanku. Saat ini aku enggan untuk cepat pulang selesai sekolah. Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman dan aman, berubah menjadi medan perang, sabana yang dipenuhi binatang buas.
"Sampai kapan kau akan terus merongrongku? Belum puaskah kau bermain di belakangku?"
"Puas? Sebelum kehancuranmu sampai pada titik nadir, takkan kubiarkan kau menikmati hidupmu."
Kata-kata manis, ungkapan sayang telah menguap. Entah ke mana perginya itu semua, tergantikan dengan caci-maki, percekcokan yang tiada habisnya. Aku yang mendengar saja lelah, tapi pelakunya seakan tak pernah kehabisan topik untuk diperdebatkan.
"Pah, Mah ... kapan kalian akan berdamai? Tidakkah kalian peduli padaku?"
Mereka berdua hanya menoleh, lalu kembali adu mulut. Tak seorang pun berniat mengakhiri debat kusir yang tampak tak berujung. Sungguh heran, bagaimana bisa mereka bertahan dengan ego masing-masing. Aku dianggap apa di rumah ini?
Aku tak tahan lagi, sebaiknya aku pergi dari tempat terkutuk ini, batinku terus menerus membujuk.
Aku tinggalkan sepucuk surat di atas ranjang, isinya segala luapan hati tentang kondisi di rumah akhir-akhir ini. Aku tak ingin menyalahkan mereka, tapi aku ingin mereka sadar bahwa ada tiga nyawa di rumah ini. Aku bukan boneka pajangan dalam bingkai kaca yang memiliki mata, telinga, tapi tak satu pun berguna.
🌻🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
STF 30 Day Writing Challenge
Short StoryTantangan menulis pertama oleh grup Story Teller Family untuk melatih konsisten dan kemampuan menulis para anggota. Setiap hari mengusung tema berbeda dengan bermacam genre dan jenis cerita berbeda pula. Bukan hanya cerpen yang menjadi ciri khas Sto...