Hai hai hai
Aku kombek, mwehehe...Apa kabar semua? Baik?
Oh iya, baca part ini jam berapa?Jangan lupa absennya yak!
Semoga menghibur dan semoga suka dengan part ini:)
Happy Reading!✨
• • • •
Brukkk
Brak
BuggggSuara yang sangat mengganggu bagi Satria. Ia merasa terganggu saat ini dia sedang melukis diruang keluarga. Tapi terganggu karena terdengar suara berisik dari kamar sang adek yang berada dilantai dua.
Tap.. Tap.. Tap..
Suara seseorang menuruni tangga. Bisa kalian tebak seseorang itu siapa??
"ABANGGGG!"
"YUHUYYYY!"
"Hmm... Napa Dek?" Satria menarik napas dengan berat, berusaha meredam kekesalannya. Jika ia kesal bisa ia patahkan satu-satu kuas lukisnya saking kesalnya sekarang gara-gara sang adek.. Entah cerocosan apa lagi yang sedang otw kepada Satria.
Lala ikut duduk di sofa ruang keluarga, sembari memperhatikan Satria melukis, dan tanpa menjawab pertanyaan Satria tadi, Ia anggap hanya angin lalu.
"Bang!"
"Apa Dek?!"
"Abang tahu gk? Lala be--"
"Gak tempe." Ucap Satria memotong omongan sang Adek lucknut.
"Hishhh... Orang Lala belum selesai ngomong juga." Dumel Lala.
"Hmm... Terus mau ngomong apa? Langsung cerita aja, gak usah nanya-nanya!" Kesal Satria meladeni Adeknya ini.
"Iya, iya.. Tapi dengerin baek-baek yah. Jan dipotong-potong! Entar anu nya Bang Satria yang Lala potong." Ancamnya.
Satria pun tak sanggup membayangkannya, sembari bergidik ngeri, dan melanjutkan kegiatan melukisnya yang tertunda.
"Hmm" Dehemnya, pertanda mengiyakan ucapan Lala.
"Kan gini Bang, besok kan Lala udah mo masuk sekolah nih, jad--"
"Wait-wait!!!!" Satria menyela omongan Lala lagi-lagi dan lagi, yang membuat Lala mendumel kesal. Andaikan Lala tokoh kartun, pasti saat ini sudah keliatan bahwa asap keluar dari kedua telinga dan lobang hidungnya.
"Apa lagi sih Bang? Lala belum selesai ngomong ni loh!"
"Kenapa bisa lu masuk sekolah besok? Emang udah di daftarin?" Tanya Satria heran, sembari memberikan tatapan menyelidik kepada sang adek.
"Yah bisa lah... Kan Lala waktu itu udah daftar ditemenin sama Ayah Bang!!"
"Aelahh.. Gak usah ngegas napa Dek, bukan motor juga."
"Lagian kan Abang cuman nanya baek-baek, ngapa dijawabnya ngegas." Tutur Satria lagi dengan santai tak merasa bersalah sudah memotong beberapa kali omongan Lala.
"Yah kan Abang tuh, NGISILINN.... Dari tadi Lala ngomong mau jelasin, selalu dipotong ae!"
"Okey, okey.. Lanjut,"
"Hmm.. Jadi gini Bang, 'kan besok Lala dah mau masuk sekolah tuh kan? Jadi Lala mau maskeran--" Lala menjeda ucapannya sebentar, dan kembali melanjutkannya.
"Tapi... Kuas masker kesayangan Lala ilang Bang!""Hoohhh.. Terus? Ngapain cerita ke Abang kalau kuas lu ilang?" Satria masih dengan santainya melukis sembari meladeni Adeknya berbicara.
"Yah kan, kuas Limited Edition Lala ilang. Udah Lala cari gak ketemu-ketemu. Jadi.... Lala mau minjem kuas Abang." Ucap Lala menjelaskan, sembari menunjukkan muka sok imutnya.
"Lah? Emang kapan Abang punya kuas masker? Kok mau minjem ke Abang?" Tanya Satria berturut-turut.
Sembari menunjuk Semua kuas yang berjejer disamping Abangnya, dari yang besar sampe ke anak cucunya. Lala pun berkata "Tuh, kan kuas namanya Bang. Boleh pinjem?" Tanya Lala sembari masih menampilkan muka sok imutnya.
ILIHHH.. DILIAT DARI UJUNG SEDOTAN PUN LU GAK ADA IMUT-IMUTNYA, MUAL IYA.
"Yah tapi 'kan Dek, itu kuas bukan untuk dipake maskeran tapi dipake untuk lukis."
"Ihh tapikan gapapa.. Kan sama-sama kuas." Lala tetep kekeh dengan pendiriannya.
"Serah lu lah Dek.. Capek Abang ngomong!"
"Lagian kenapa gak beli yang baru aja sih, langsung pesan ae gampang!" Tuturnya lagi.
Lala cengengesan gak jelas ditempatnya, dalam hati menyetujui usulan sang abang. Kenapa ia tak kepikiran beli baru aja yah? Tapi entar nunggu lama lagi, nanti kemalaman.
"Gak mau ah Bang! Entar lama datangnya, lagian Lala juga harus cepet tidur supaya bisa bangun cepat besok pagi, 'kan Lala dah sekolah."
"Terus kalau mesan kuas masker aelahh ribet banget. Mana ada kuas langsung depan muka, ngapa gak itu aja?" Tutur Lala. Sebenarnya bisa saja ia memesan Kuas Masker dan bisa secepatnya datang. Tapi ia malas untuk memesan sesuatu. Toh ia juga gak mau merepotkan Pak Han lagi dan lagi untuk mengurusi itu semua.
SKAK MATT
"Lagian yah Bang, kalau ada yang gampang kenapa pilih yang ribet, lama pula. Mending pake kuas lukis Bang Satria aja! Hehehe..." Tutur Lala panjang sembari memberi ceramah kepada sang Abang.
Satria mendengus kesal. "Ngeles ae lu Dek!" Ia mengambil salah satu kuas lukisnya dan memberikannya. "Nih, pake aja lah semau lu, capek gue debat ama lu Dek!"
"Mwehehehe... Utututu baek banget ciii Bang-Sat ku."
MUJI GEGARA DAH KECAPAI MAUNYA!
"Kalau gitu Lala mau maskeran dulu, biar kalau pagi bisa cantikk membahanaaa... Uhhh Seperti Itu...." Sifat gesreknya mulai kambuh.
"Udah-udah sana! Bisa-bisa gue gak selesai-selesai lukis gara-gara lu. Lagian yah... Gak usah ngayal Cintik mimbihini lu dek! Orang lu keliatannya udah kayak tikus kecebur di got!"
"HIHHHH SIRIK AE LU BANG!!"
Lala pun pergi meninggalkan ruang keluarga sembari bersenandung ria.
"Anak ayam turun sembilan... Mati satu tinggal sebelas, Bunda ayam mencari-cari. Oh-Kasihan! Oh-Kasihan... Sungguh kasihan." Ia berlari-lari kecil bernyanyi menaiki tangga dengan lagu nyawurnya.Satria hanya dapat mendengarkan nyanyian ngawur adeknya yang tiada tanding itu sembari menggelengkan kepala.
'Lah masa... Ada anak ayam sembilan, mati satu tinggal sebelas? Emang rada-rada tuh anak. Syaalooh gini amat yah punya adek satu, udah ngeselin gesrek pula.'
Lala pun berseru dengan suara membahananya setelah bersenandung ria. "Papaii Bang-Sat... Tunggu perubahan sang tikus kecebur got menjadi Cinderella. Huh, liat aja!" Ucapnya sembari menaiki tangga.
• • • •
Jangan lupa komen sebanyak-banyaknya yah:)
Okelah gitu aja:)
Papaii.. See you next part guys!
Papaiii Luv luv🧡💙
KAMU SEDANG MEMBACA
G£βl3K St⊙®y [REVISI]
Humor[FOLLOW AKUN AUTHOR DULU BIAR ENAK EHEHE, MAKASIH🧡] Cover By : Pinterest ---------------------------------- Keluarga bahagia? Semua orang selalu memimpikan hal itu, dan menginginkan hal itu. Tapi, tidak semua orang dapat merasakan kehangatan, keba...