StO®y-05

138 22 5
                                    

Hai hai hai🐣
Aku udah Up nih.
Seneng gak? Seneng gak?

Jangan lupa absen ya kakak!

Bismillah...
Happy Reading!✨

• • • •

"Gimana sekolahnya tadi? Asik gak?" Tanya Sang Ayah.

"Beuhhhh... Gak usah di tanya lagi. Asekk bener!" Seru Lala bersemangat 45.

"Palingan, asik gegara lu dapat temen kelas yang bobrok juga dek," Lirih Satria yang masih dapat didengar oleh Lala yang duduk di sofa sebelahnya.

Mereka sedang duduk-duduk santai di ruang keluarga setelah menikmati makan malam. Memang begini lah kebiasaan keluarga Exelyo setiap malamnya, bercengkrama saling menanyakan kegiatan hari-hari satu sama lain. Kehangatan keluarga ini dapat dirasakan dan di lihat oleh para pelayan yang sedang berjejer di setiap sudut ruangan. Tak lupa pula Pak Han sebagai kepala pelayan terpercaya juga berdiri di dekat sang Tuan Besarnya yang sedang duduk dan bercengkrama dengan keluarga.

"Abang pelamar yah?"

"Ramal bego!" Gas Satria.

Sedangkan disampingnya ada seorang wanita yang sedang menatap Satria sinis, "Satria..." Panggilnya dengan melayangkan tatapan membunuh.

Satria yang mendapat tatapan membunuh dari Sang Ratu pun, kembali bersuara meralat omongannya tadi.

"Eh, eh.. Gak bego kok. Kan Lala pinter, manis, cantik lagi." Pujinya sok manis, sembari menatap kesal kepada adeknya yang cengar-cengir karena mendapat pujian, walaupun ia tau pujian abangnya itu tak tulus.

Untuk mencegah permulaan gempa bumi akibat akan adanya perdebatan antara Satria dan Lala, Ayah pun menengahi "Okay, sekarang yuk main sambung kata." Ajak Bramantyo--Sang Ayah.

"Gini-gini, Ayah punya peribahasa. Ayah akan sebutin peribahasanya sebagian terus kalian semua yang lanjut atau sambung yah. Oke?!"

"Oke!" Ucap Istri dan anak-anaknya.

"Ekhm.. Ekhmm.." Berdehem sebentar sebelum mulai berucap, saat ia ingin berucap Lala menyelanya. "Ayah kenapa? Keselek? Keselek tulang ayam? Mo minum, Yah?" Menyerbu Sang Ayah dengan banyak pertanyaan.

Kedua orang lainnya pun menatap malas kearah Lala, yang sudah membuat mereka berdua semakin kepo dengan peribahasa Sang Ayah. Ia adalah Sang Bunda dan Satria.

Tanpa mereka sadari ada satu orang yang juga sedang penasaran. Orang itu adalah Pak Han. Yang sedari tadi berdiri disamping Tuan Besar--Bramantyo.

"Lala, sayang... Ayah tuh gk keselek. Ayah cuman dehem aja tadi." Tutur Sang Ayah lembut memberi pengertian kepada Sang Anak yang memang setiap hari dan setiap waktu menguji kesabarannya.

"Yah kali Ayah keselek tulang ayam dek, keselek tulang ikan paus aja, ayah tuh masih oke oke aja." Celetuk Satria, sedangkan Ayah mendengar celetukan nyeleneh Sang Anak tetap membusungkan dadanya bangga. Padahal gak masuk akal keselek tulang ikan paus. Mana ada orang pernah keselek tulang ikan paus.

Hadeh... Ada-ada aja memang kenyelenehan keluarga satu ini.

"Udah, udah.. Kenapa malah bahas lain sih. Lanjut yang tadi dong, Yah!" Tutur Sang Bunda yang sedari tadi menyimak.

"Oke-oke, denger baik-baik ya...." Ucapnya sembari menatap ketiga orang yang sedang menatapnya.

"Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ke?" Memotong ucapannya dengan tanda tanya. Yang mengisyaratkan ketiga orang yang memerhatikannya sedari tadi untuk menjawabnya atau melanjutkan peribahasa yang ia sebut.

G£βl3K St⊙®y [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang