[9/10]

5.9K 853 56
                                    

Lebih baik aku mundur perlahan

—————

Berjalan berdampingan dengan tangan saling bertaut. Menyelusuri jalanan setapak selepas seharian berurusan dengan pelajaran sekolah.

“Mau mampir dulu beli jajanan?” tanya Gempa kemudian.

“Umm … boleh deh,” jawab (Name) dengan anggukan kecil.

Lalu keduanya memasuki toko swalayan kecil. Memang tak selengkap toko swalayan yang biasanya, tapi isinya cukup lengkap, kok.

“A-anu (Name) bukankah satu atau dua kotak cukup, ya?”

Gempa sedikit tergagu melihat (Name) menenteng keranjang yang hampir dipenuhi berbagai varian susu dan camilan pedas.

“Tenang saja. A-a-aku bayar pakai uangku sendiri, kok!” Kepala (Name) menunduk seraya mengeratkan pegangannya pada keranjang belanjaan.

“Baiklah, terserah kamu, deh.”

‘Untung bayarnya tidak dariku, bisa-bisa bangkrut aku.’

***

Jadilah keduanya pulang dengan tentengan—yang sebagian besar adalah camilan punya (Name).

“Kamu beli banyak-banyak memangnya tidak apa-apa?”

Jujur terkadang Gempa agak risih dengan sikap royal kekasihnya itu. Sang gadis tak akan sungkan mengeluarkan uang demi apa yang dimaunya.

“Nggak apa-apa, sekalian stok buat di rumah sama buat … Kakak.”

“Kamu punya Kakak? Aku baru tahu,” ucap Gempa sedikit tak percaya. “Perempuan atau laki-laki?”

“Cwk.”

“Hm?”

Tunggu dulu, katanya ambigu. Cwk itu bisa memiliki dua arti, antara cowok dan cewek.

“Y-yaa pokoknya nanti kamu juga tahu, kok.”

(Name) memalingkan muka. Bisa-bisanya ia teringat dengan candaan yang sering ia temui di dunia maya.

“…Oke.”

***

“Kalau begitu … aku … masuk dulu!” pamit (Name) seraya dengan cepat masuk ke rumahnya.

Kekehan keluar dengan perlahan dari bibir Gempa. Sikap (Name) yang terkadang gugup seperti itu membuat hatinya tergelitik dan menghangat.

Belum sempat Gempa membalikkan badan dengan sempurn, ada seseorang yang memanggilnya, “Hoi!”

“Iya?”

Berdiri seorang lelaki muda berwajah sedikit tidak bersahabat. Berkacak pinggang.

“Kamu siapa berani-berani ajak jalan adikku?”

Oh, rupanya kakak (Name).

Dengan percaya diri Gempa menjawab, “Saya pacarnya (Name).”

“APA?! (NAME) SUDAH PUNYA PACAR?! ADIKKU YANG PALING IMUT ITU?!”

Teriakan kakak (Name) dengan nyaring menatap tak percaya ke arah Gempa.

Blam!

Lalu berlari masuk ke dalam rumahnya dan protesan sang kakak pada adiknya mengapa ia mendahului sang kakak karena sudah punya kekasih terdengar sampai keluar.

Mungkin lain kali kalau mau jemput atau antar (Name) aku harus sekalian bawa camilan agar dapat restu dari kakaknya.’

.
.

Bonus

“Kamu tega banget, Dik. Masa Abangmu didahului.”

“Ya 'kan itu nasib Abang.”

“Abang nggak mau ya kalau kamu pulang bareng cowok itu lagi.”

“Memang Anda siapa saya?”

“(Name) kejam!”

—————

kalau (Name) minta dijajanin. Soalnya dia kalau jajan dia nggak nanggung—banyak, aku 'kan harus berhemat, eits bukan pelit, ya.

My Shy Girlfriend (BoBoiBoy Gempa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang