Hujan

32 3 0
                                    

Bel pulang berdering nyaring. Semua siswa berhambur meninggalkan kelas dengan sukacita. Gerry yang juga hendak pulang berjalan dengan santai menuju tempat parkir mobilnya. Dia berjalan sambil merogoh benda kotak di sakunya.

Raya
Ger aku udah pulang nih. Aku tunggu di gerbang.

Gerry menatap pesan WhatsApp itu tanpa berniat untuk membalasnya. Namun tepat sebelum ia kembali mengantongi ponselnya, nampak sebuah pesan masuk dari pengirim yang sama.

Raya
Aku bakal nungguin kamu. Aku enggak bakal pulang sebelum kamu datang.

"Shit!" Gerry mengumpat dan segera mempercepat langkahnya.

Dugh

Gerry memukul setirnya kuat. Dia meraih ponsel dan bersiap menghubungi gadis yang tadi bilang akan menunggunya.

"Hal_loo..." Suara Gerry memelan saat bukan suara Raya yang didengarnya, melainkan suara dari operator seluler yang menandakan bahwa ponsel gadis itu sekarang dalam kondisi nonaktif.

Gerry mendongak menatap langit yang menghitam dengan gerimis yang mulai berjatuhan. Semoga kamu nggak bodoh dengan bener- bener nungguin aku Ray. Aku nggak pengen kamu sakit karena kehujanan. Batin Gerry yang mencemaskan kondisi Raya.

Namun sepertinya alam tak mengindahkan harapan Gerry. Terbukti saat ini hujan turun dengan begitu derasnya. Namun sayang mobil pun tak dapat di pacu dengan cepat karena pada jam-jam seperti ini jalanan akan ramai oleh kendaraan.

30 menit berlalu, akhirnya Gerry benar-benar tiba di depan sekolah Raya. Pandangannya menyapu ke seluruh area sekitar gerbang. Tubuhnya menegang menatap sosok gadis yang masih menghuni sebagian besar ruang di hatinya itu kini tengah duduk meringkuk diterpa derasnya hujan.

"Kamu kenapa jadi bego gini sih!" Ucap Gerry sambil mendongakkan wajah Raya yang semula menunduk. Wajah itu begitu pucat dengan bibir bergetar hebat. Gerry segera mengangkat tubuh itu dan membawanya masuk ke dalam mobil. Kemudian mulai berjalan meninggalkan area sekolah Raya.

"Ray, kamu jangan gini dong," ucap Gerry sambil menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah ayu gadis di sampingnya.

Raya hanya tersenyum dengan bibir pucatnya.

Gerry hanya menatap Raya dengan pandangan miris. Aku juga nggak mau kehilangan kamu Ray, tapi aku nggak mungkin ngelakuin hal bodoh kayak kamu. "Ke tempatku dulu ya?" ajak Gerry.

Raya hanya mengangguk pasrah sambil menggigil kedinginan.

Sekali lagi Gerry melayangkan pandangan pada mantan kekasihnya ini. Kalau dibiarin gitu aja kamu bisa bisa demam, kalau bajunya dilepas? Aku cuma bawa hoodie doang. Gerry segera meraih hoodie di jok belakang. Menimbang-nimbang apakah mungkin dia menawarkan ini kepada Raya. Tapi ini kayaknya kalau Raya yang pakai bisa nutupin bawah paha deh.

"Ray..." Gerry menatap wajah dengan mata sayu yang sesekali terpejam itu. "Baju kamu lepas ya, terus pakai ini," ucapnya hati-hati dengan mengangkat hoodie di tangannya.

"Biar gini aja."

"Kamu bisa demam Ray..." bujuk Gerry.

"Demamnya nggak bakal berani dateng kalau ada kamu."

"Ck..." Gerry berdecak dan segera menepikan mobilnya. "Kalau kamu nggak mau ganti sendiri, aku juga bisa gantiin sih. Tapiii....," Gerry sengaja menggantung ucapannya.

Mata Raya terbuka lebar dan secepat kilat disambarnya hoodie itu segera. "Kamu merem! Awas kalau ngintip!"

Gerry tersenyum geli melihat Raya sudah kembali seperti sedia kala, Raya yang bawel dan cerewet tingkat dewa.

Susah Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang