"Dah balik Ger...?" Tanya Eka yang baru saja membuang sampah di depan basecamp.
Gerry hanya mengangguk dan meneruskan langkahnya.
"Kak Han pesan kalau kamu balik suruh langsung ke ruangannya."
"Thanks ya." Gerry kemudian berjalan menuju lantai 2 dimana ruangan Han berada.
Tok tok tok
Gerry segera mengetuk pintu begitu tiba di depan ruangan Omnya. "Om nyari Gerry?"
"Masuk dan tutup pintunya." Bukannya menjawab, Han justru melayangakan interupsi tanpa mengalihkan pandangan dari iPad di tangannya.
Gerry segera masuk dan menutup pintu sesuai instruksi Han. "Ada apa Om?" Tanya Gerry sambil berjalan mendekat.
Han meletakkan iPad yang semula dipegangnya. Dia bangkit dan segera menghampiri Garry yang kini berjalan mendekat padanya.
Gerry nampak mengantongi ponsel yang semula digenggamnya.
Bugh!
Gerry terhuyung mendapat serangan yang begitu tiba-tiba. Dia memegangi rahangnya yang terasa ngilu. "Om..." Dia menatap nanar Omnya.
Bugh!
Sebuah pukulan kembali mendarat di wajah tampannya. Kini Gerry benar-benar tersungkur. Dia yang masih syok sehingga belum mampu menghindar dengan baik. Sebenarnya bisa saja Gerry balik menyerang, namun itu semua tak akan dia lakukan. Meskipun serangan ini dirasa begitu tiba-tiba, namun Gerry tahu benar apa yang menjadi alasan Omnya ini menyerangnya.
Melihat Gerry sama sekali tak melakukan perlawanan, Han mengurungkan serangan ketiga yang hendak ia lancarkan.
"Kamu masih ingin lanjut atau berhenti di sini?" Tanya Han dingin.
"Maksud Om?" Gerry balik bertanya sambil berusaha bangkit dengan susah payah.
"Kamu tahu benar apa maksud saya." Han kemudian berjalan menuju kursi kebesarannya dan kembali menjatuhkan tubuhnya di sana.
Gerry menghela nafas. "Ini sudah menjadi pilihan Gerry Om, dan Gerry nggak akan mundur." Gerry mendekat dan berdiri tegap di dihadapan Han.
"Duduk."
Gerry segera menarik kursi dan duduk di sana.
"Jadi langkah kamu gimana?"
Gerry menghela nafas. "Gerry akan tetap maju Om."
"Kamu yakin?"
Gerry mengangguk mantap. "Papa nggak cuma ngedonasiin uangnya di sini Om, tapi masa depannya."
Han menghela nafas. "Suruh semua siap-siap untuk setengah jam lagi." Han bangkit begitu saja dan melangkah meninggalkan Gerry yang masih dalam mode tak mengerti.
"Setengah jam?"
Han tersenyum miring. "Tanding satu lawan satu dengan saya untuk menguji kelayakan kalian dan untuk menentukan porsi dan pola latihan dalam menghadapi turnamen." Han melanjutkan langkahnya tanpa membiarkan Gerry bertanya.
"Shit! Gerry buru-buru bangkit dan berlari menuju tempat di mana semua rekan-rekannya berkumpul. "Dasar bujang lapuk. Kenapa dadakan. Jelas semua bakal kelabakan ngadepin dia," gerutunya dengan lari terburu-buru.
Di ruang komputer hampir semua berada di sana. Semua asik bermain dengan komputer di hadapannya. Suasana begitu ramai.
"Kamu kenapa Ger?" Tanya Dwiki yang baru saja dari kamar untuk video call dengan pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Susah Move On
Teen FictionRaya Anggita, seorang anak SMA yang ceria dan pandai bergaul. Sifatnya yang manja membuatnya selalu bergantung pada orang lain. Tak terlalu peduli dengan cinta, membuatnya sulit bertahan pada satu pria. Apakah Raya punya banyak pacar? Jawabannya tid...