Rumpang - Nadin Amizah

275 38 6
                                    

Netranya mengerjap berkali-kali sambil berusaha mengusap air mata yang masih mengalir. Bibir bagian bawahnya digigit dan sesekali suara sesenggukan terdengar lolos walau sudah mereda dibandingkan sebelumnya. Sayangnya, ketika Jeno menyentuh kepala anak itu, dia justru kembali menangis dan menjerit-jerit--lagi. Sontak laki-laki berusia awal duapuluhan itu menjadi panik dan melakukan berbagai hal konyol supaya si anak berhenti menangis. Duh, dia takut nanti dikira penculik atau pedofilia. Padahal dia cuma tanpa sengaja menabrak dan menjatuhkan kue berbentuk ikan anak itu jatuh berserakan.

"Eh-eh! Yuk kakak beliin kue lagi! Tapi udah dulu nangisnya, ya?" rayu Jeno sambil menarik-narik lengan jaket tebal si bocah. Anak itu bukannya berhenti atau mengurangi volume tangisan, dia justru semakin menjadi-jadi. Kali ini kakinya dijejak-jejakkan brutal. Tangannya memukul tanah yang bersalju dan udara secara bergantian. Membuat Jeno semakin pusing.

Sudah setengah jam sejak pertemuan pertama mereka. Anak itu terus menerus menangis dan tidak mau beranjak dari tempatnya. Setiap kali Jeno menanyakan satu hal, dia malah akan menangis semakin keras. Mau ditawari, ditanyai apapun juga, jawabannya hanya teriak dan isakan yang semakin menggelegar, serta tendangan-tendangan brutal. Jeno sudah lelah. Dia menyerah. Dia memilih untuk berdiri dan melihat sekitar. Siapa tahu ada orang tua dari bocah ini tapi tidak sadar kalau anaknya hilang.

Tiba-tiba Jeno mendengar ada suara teriakan yang memanggil nama seseorang. Dia secara spontan menemukan ide dalam kepalanya dan kembali berjongkok. "Nama kamu Jisung, ya?"

Ajaib (menurut Jeno)! Anak itu memberi respon kepadanya. Dia mengangguk dan bahkan berhenti menangis. Beberapa saat Jisung gunakan untuk mengusap air mata baru melihat wajah Jeno. Entah apa yang ada dalam pikiran anak itu, tetapi kata yang keluar pertama kali adalah, "Mama!" lengkap dengan pelukan erat darinya.

Jeno mendadak kebingungan dan berusaha melepaskan pelukan anak kecil asing--Jisung, tapi terlalu erat. "Mama kok suaranya berubah sih?! Mama sakit ya?"

"Jisung-ah!" teriak seorang pria--yang kelihatannya bule--dari atas tangga. Setelah si anak menoleh dan melambaikan tangan, pria mirip bule itu berlari kecil menuruni tangga taman. Segera dia mengambil dan menggendong anaknya. Jeno hanya dapat melongo seperti orang bodoh melihat wajah cerah anak itu. Sungguh, kenapa pula dia dipanggil Mama?!

"John, Johnny! Ini Mama! Jie berhasil ketemu Mama!" wajah pria mirip bule itu berubah seketika. Bukan sekedar terkejut, tapi ada raut sedih, bingung dan juga sedikit masam, kelabu di sana. Membuat Jeno semakin kelabakan karena terjebak dalam situasi aneh nan tidak mengenakkan seperti ini.

"A-ah, aku minta maaf. Tadi aku sedang berjalan dan tidak sengaja menabrak anakmu. Aku minta maaf," ucap Jeno sambil membungkuk berkali-kali karena merasa tidak enak hati telah membuat anak orang menangis. Pria mirip bule itu hanya tersenyum dan menepuk bahunya. Berkata dia tidak marah karena itu dan malah berbalik meminta maaf karena anaknya sudah memanggil dia dengan sebutan yang tidak-tidak. Sementara Jisung digendongan pria bule itu masih ribut tidak percaya. Dia terus-terusan memanggil Jeno dengan sebutan "Mama" dan memberontak ingin berpindah ke gendongannya.

"Maaf Jie, tapi kakak ini bukan Mama. Nanti kita ketemu Mama, oke?" pria mirip bule itu tampak meyakinkan Jisung.

"Oh, sepertinya aku harus segera pergi atau Jisung akan semakin rewel. Permisi," sambungnyasambil membungkuk sedikit dan langsung berbalik pergi. Meniti anak tangga dan menghilang dari pandangan Jeno.

Jeno melihat jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Dia terkejut dan melakukan ancang-ancang untuk berlari. Tapi sial dia justru menabrak anak kecil sampai jatuh dan hampir menangis. Spontan Jeno segera berjongkok dan berusaha untuk menenangkan anak itu. Tapi dia benar-benar terkejut dengan apa yang dia lihat. "Lho, Jisung?"

My Playlist: Coz JaemJen Is My JamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang