Wish Tree - Red Velvet

435 46 0
                                    

VOMMENTNYA YA MA BAOBEI :*

.

.

.

Ting ting ting

Suara lonceng menggema pada seluruh kota. Terletak di tengah-tengah keributan kota, nyatanya tak menghilangkan atensi maupun hormat pada denting yang menggema pada langit. Gema lonceng mendapatkan perhatian dari sebagian besar makhluk hidup di sana. Bak menghangatkan di tengah dingin bertabur salju. Menambah kesan syahdu dari kerlap-kerlip lampu hias di sepanjang jalan dan gedung bangunan.

ckrek

Suara jepretan kamera bak memecahkan keheningan yang Jeno nikmati. Ia menoleh dan mendapati satu sosok dengan sebuah kamera besar di tangannya. Berjarak empat langkah dari tempatnya saat ini.

Ia memberikan senyuman paling apik pada malam itu. Membiarkan kilatan cahaya dan suara jepretan kamera mengabadikan keberadaannya dalam kota ini.

Mata Jaemin bertemu dengan bulan sabit milik Jeno-nya. Dalam refleksi kamera, ia dapat melihat bagaimana pahatan Tuhan begitu sempurna dan tak ada tandingannya. Ia tekan satu tombol yang merekam satu bukti mereka pernah bersama pada malam itu. Walau dalam tangkapan lensa tersebut, hanya ada sosok Jeno-nya yang berdiri di hadapan pohon Natal raksasa.

Indah.

Jaemin tersenyum lebar saat menyingkirkan kamera besar itu dari wajahnya. Sehingga Jeno dapat melihat wajah berbinar dari pemuda tan itu, tampak menyatu dengan kerlap-kerlip bahagia suasana malam ini.

Mata mereka bertemu pandang. Empat langkah tadi terkikis menjadi dua. Dua menjadi satu. Jemari mereka saling mengisi ruang satu sama lain. Masih sama-sama setia memberikan senyum yang terbit pada wajah. Dan mereka berpelukan erat.

Jaemin memeluk Jeno-nya dengan erat, tanpa melunturkan senyum lebarnya sedikitpun.

Jeno menenggelamkan wajah dalam perpotongan leher si pemuda tan. Menghirup dalam-dalam aroma yang begitu ia rindukan.

Begitu lama detik yang berlalu untuk membagi kehangatan satu sama lain di tengah dingin malam ini. Namun, apa yang mereka yakini bila waktu berhenti dikala dua hati berpasangan telah bertemu. Kini detik jam berhenti dari arloji milik mereka.

Pelukan itu terlepas dan senyum lebar Jaemin masih mengembang. Begitu cerah dan hangat, layaknya matahari yang memberikan sinar pada dunia. Pemuda ini merupakan mataharinya.

Jeno sudah tak memperlihatkan senyum bulan sabitnya. Namun ia tetap melihat ke wajah cintanya dengan lembut nan halus. Hanya dengan tatapan penuh arti dari Jeno-nya, ia merasa begitu hangat bak mendapat dekapan erat kembali. Ia merasa dingin yang membekukan malam ini tak berarti. Rasa-rasanya, ia seperti pulang. Ke tempat di mana ia berada dan diterima.

"Kau yakin tidak mau mengatakan apapun padaku?" goda Jeno sambil mencubit hidung Jaemin yang tak begitu mancung. Lalu mereka terkekeh kecil dan saling mencubiti satu sama lain.

Satu tangan mereka masih berada dalam posisi sama. Bertautan mengisi rongga-rongga yang kosong. Menempel erat seperti terhubung.

Pada jarak yang begitu intim, dan pada detik arloji yang masih berhenti, kedua insan itu asyik dengan dunia merah jambu kepunyaan mereka sendiri.

My Playlist: Coz JaemJen Is My JamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang