Wheels On The Bus

639 85 6
                                    

Vote sama commentnya ya sayang :*

.

.

.

.

Jeno agak kesal. Siapa yang masih menyanyikan Wheels on The Bus di usia 28 tahun tengah malam begini? Orang tua yang sedang mengajari anaknya yang masih TK. Oke, itu masih bisa diterima. Tapi masalahnya suara laki-laki 28 tahunan ini jelas bukan suara bapak-bapak yang sedang menyanyikan Wheels on The Bus buat anaknya. Suara ini murni terngiang-ngiang dikepalanya dan itu berarti ini adalah suara si Mas Jodoh. Kenapa Mas Jodoh? Tentu saja karena sejak 15 tahun yang lalu, semua manusia tiba-tiba bisa mendengar lagu yang dinyanyikan atau bahkan didengar jodohnya. Dan Jeno yakin sekali suara bapak-bapak 28 tahunan ini adalah suara jodohnya.

Jeno menghela napas. Toh, dia juga sudah terima nasib kalau akhirnya jodohnya adalah bapak-bapak 28 tahun yang hobi mendengar dan menyanyikan Wheels on The Bus tengah malam. Mau bagaimana? Jodoh ditangan Tuhan, Jeno hanya bisa mengucap Aamiin untuk khayalan-khayalan yang dia sebut doa.

Misalnya, 'Semoga jodohku adalah Huang Renjun dari kelas XII A' lalu disertai Aamiin yang panjang dan lama sekali. Entah benar atau salah, setidaknya berdoa sempat meredakan kegilaannya dari suara-suara di otaknya.

Wheels on the bus go round and round, round and round~

Dia, Jeno, sudah terima bagaimanapun bentukan si Mas Jodoh. Mau benar sudah tua 28 tahunan atau cuma suara jeleknya saja yang bikin tua, Jeno tidak peduli. Dia sudah pasrah sumarah. Terutama juga karena Renjun sudah punya jodohnya sendiri. Jeno hanya tidak siap jadi jomblo abadi, jadi dia berusaha terima-terima saja dengan keadaan. Hanya saja, Jeno belum sanggup membalas nyanyian si Mas Jodoh. Selain karena tidak hafal liriknya, Jeno belum mau 'ditemukan'.

Jeno menggosok kedua tangannya yang membeku karena dingin. Suara Wheels on The Bus tidak berdering di kepalanya dua hari terakhir. Bagus. Mungkin Mas Jodoh akhirnya sadar juga kalau suaranya yang mirip bapak-bapak itu jelek sekali. Setidaknya Jeno mengira begitu.

Setidaknya, sudah dua tahun terakhir sejak usianya menembus angka 17, dia bisa mendengar Wheels on The Bus berdering di kepalanya seperti alarm tengah malam. Seperti kebanyakan remaja, Sindroma Jodoh Berdering ini memang wajar dan mengganggu. Andaikan, yang terdengar itu adalah suara merdu Charlie Puth atau Zayn Malik, Jeno sungguh tidak akan keberatan. Apalagi kalau suara Huang Renjun yang sedang menyanyikan 'Fools' milik Troye Sivan berdengung di kepalanya, Jeno pasti sudah sujud syukur dan langsung membuat hajatan 40 hari 40 malam.

Sayangnya kepalanya selalu dipenuhi suara bapak-bapak 28 tahunan yang hobi menyanyi Wheels on The bus tengah malam. Sudah apes Jeno berjodoh dengan bapak-bapak 28 tahunan--walau itu hanya analisa Jeno karena suara parau-jelek milik si Mas Jodoh mirip bapak-bapak satpam depan apartemennya yang berumur 28 tahun--sekarang Jeno harus terima nasib kalau si Mas Jodoh juga suka lagu Wheels on The Bus, mana nyanyinya tengah malam lagi! Duh, Jeno kan harus fokus sekolah!

"Sabar Jeno! Ganteng! Nggak papa suaranya jelek, nyanyi lagu bocil, nggak sadar waktu--karena kamu ganteng, percaya deh, Tuhan nggak akan kasih kamu jodoh yang jelek!" Jeno menepuk pipinya dengan tangan yang hampir membeku. Udara Seoul tengah malam memang lumayan ekstrim, belum lagi usahanya kabur dari rumah memang tanpa persiapan macam-macam. Alhasil, hanya piyama kumamon, cardigan cokelat dan sandal bulu berboneka beruanglah yang sudi menemaninya menembus dingin.

Jeno sebenarnya tidak dalam masalah besar. Selain karena Mas Jodoh berhenti bernyanyi, Jeno sama sekali tidak punya agenda yang menyusahkan. Toh, harusnya jadwal tidurnya membaik. Tidak ada suara Wheels on The Bus tengah malam, atau gumaman berisik senandung yang sama saat dia sedang tertidur. Tapi entah kenapa hilangnya suara Mas Jodoh yang biasa didengar Jeno dua tahun terakhir membuatnya tidak nyaman. Jeno tidak bisa tidur. Jeno khawatir.

My Playlist: Coz JaemJen Is My JamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang