The Hunter

3 0 0
                                    

Hari ke - 2, The Survival Game.

Sinar mentari pagi menyinari seluruh dataran pulau 'Survival' (nama pulau dalam The Survival Game), kabut tipis masih menyelimuti sudut - sudut hutan yang rimbun, angin lembut yang bertiup diantara bukit - bukit dan pegunungan memberikan hawa sejuk di pagi hari yang membuat setiap orang enggan untuk bangun dari tidurnya. Namun tidak bagi Reza dan Lea, mereka terjebak dalam permainan hidup mati, dimana setiap detiknya sangatlah berharga, karena jika mereka lengah sedikit saja maka nyawalah yang menjadi taruhannya.

"Hei... Bangunlah, sampai kapan kau mau tidur...?" terlihat Lea sedang berusaha membangunkan Reza yang masih tertidur dengan pulasnya,

"Hei, apa kau tidak ingin bangun?"

"5 menit lagi..." Reza mengigau.

"Tidak, tidak ada 5 menit lagi, kau harus bangun sekarang!" ucap Lea dengan nada tegas dan sembari menepuk bahu kiri Reza yang terluka,

"AAAKKHH!! SAKIT!!" dengan kesakitan yang tergambar di matanya ketika terbangun, meski terlihat sedikit kejam tapi cara ini memang berhasil.

"Akhirnya kau bangun juga."

"Kau tidak perlu menyentuh lukaku jika hanya ingin membangunkanku! Kau tahu ini sakit sekali!"

"Tapi setidaknya cara ini berhasil." senyuman penuh kebanggaan terlihat jelas di wajahnya,

"Kenapa kau terlihat sangat bangga akan hal itu?" tanya Reza dengan masih menahan rasa sakit pada bahunya yang terluka.

"Tentu saja aku bangga, karena aku berhasil menyelamatkan nyawamu itu."

"Menyelamatkan? Asal kau tahu, yang diselamatkan adalah kau bukan aku."

"Heeh... Kau masih belum menyadarinya, jika saja aku tidak mengobati luka tembakmu itu, kau pasti tidak akan bisa melihat hari ini."

"Mengobati? A – ah benar, aku baru menyadarinya," Reza menyadari bahwa luka tembaknya kemarin sudah diobati dan kini sebuah perban menutupi luka tembak di bahunya tersebut,

"Terima kasih."

"Yaa, baguslah kalau kau sudah sadar, kalau begitu ayo kita sarapan, tapi sebelum itu..."
Lea mengambil sebuah pedang katana hitam dari sebuah kotak hitam yang ada di belakangnya.

"Apa kau bisa menggunakan ini?" tanyanya kepada Reza sembari memberikan pedang itu,

"Entahlah? Tapi kurasa bisa, karena untungnya saja, aku tidak kidal, jadi itu tidak masalah. Tapi... Darimana kau mendapatkan ini?" tanya Reza pada Lea sembari mengambil pedang katana tersebut dari tangan Lea.

"Aku mendapatkannya ketika menelusuri gedung sekolah ini, dan kebetulan saja aku menemukan benda itu bersama dengan beberapa anak panah untuk busur kemarin dan juga sebuah tas ransel kecil."

"Lalu, darimana kau mendapat peralatan untuk mengobati lukaku?"

"Tepat setelah kau pingsan, sebuah drone datang dengan membawa kotak medis yang cukup untuk mengobati lukamu itu."

"Drone... Sepertinya itu dikirim oleh orang yang membawa kita kemari, tapi jika dia membuat permainan ini agar para pemain saling bunuh, lalu kenapa dia repot - repot memberikan peralatan medis untuk seorang pemain yang terluka?" pertanyaan demi pertanyaan mulai memenuhi kepala Reza,

"Sudahlah, lupakan saja itu dahulu, mari kita sarapan, makanannya sudah siap." Lea memecah konsentrasi Reza yang saat itu sedang berpikir keras.

"Darimana kau mendapat makanan itu?" tanya Reza,

"Ini datang bersama dengan peralatan medis tadi malam, yah walau hanya sekedar makanan kaleng tapi tetap saja ini adalah makanan, jadi ayo cepat makan."

The Survival GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang