Police and Passion

2 1 0
                                    

Hidupku ini, sungguh sangat tidak berguna, apa gunanya aku menjadi polisi jika setiap ushaku tidak pernah dihargai, tidak ada yang berubah sedikit pun, bahkan sejak aku kecil, aku tidak pernah dihargai oleh siapapun, bahkan oleh keluargaku sendiri, satu - satunya orang yang menghargai setiap jerih payahku bahkan setelah aku menjadi polisi Dia terus mendukungku. Hanya Dia saja yang menghargaiku, tapi, sejak saat itu, aku kehilangan tujuanku, karena satu - satunya alasan yang membuatku masih bertahan menjadi seorang polisi, kini sudah tiada. Semua karena si sialan itu! Aku bersumpah akan membalaskan dendamnya pasti! Aku berjanji!

Berbulan - bulan lamanya menunggu dan menyusun rencana untuk membalas dendam, akhirnya aku mendapat momentum yang tepat, tapi, orang itu malah pergi untuk cuti. Sepertinya aku harus menunggu lebih lama lagi untuk membalas kematian Lily. Tapi siapa sangka, karena pesan aneh yang ku terima, kembali membawaku bertemu dengan orang itu, orang yang telah membunuh Lily, si kepala polisi itu, akhirnya aku bertemu dengannya,

"Halo pak kepala, apa liburanmu menyenangkan?"

"Ternyata kau, ada apa ini? Apa kau tau sesuatu?"

Dengan senyuman penuh dengan kebahagiaan, aku membalasnya,

"Oh, tentu saja aku tau sesuatu pak kepala."

"Kalau begitu cepat katakan."

Sesaat sebelum aku menjawabnya, sebuah suara tiba - tiba terdengar, dan mengatakan bahwa kami harus bertahan hidup dalam sebuah permainan, yang bernama The Survival Game. Aku tahu, ini pasti karena takdir, haha, aku sudah tidak bisa lagi menahan tawa bahagiaku, dilihat dari nama permainan ini saja sudah pasti kami diizinkan untuk saling membunuh, dan ketika aku meraba pinggangku, hoki, sebuah pistol ada disana.

"Apa - apaan itu tadi. Bertahan hidup? Omong kosong! Ayo, kita cepat pergi dari sini."

"Hei, pak kepala. Apa kau masih mengingat seorang perempuan bernama Lily?"

"Hah? Apa yang kau katakan itu! Sudah cepatlah! Kita harus segera pergi dari sini!"

"Haha, tentu saja kau bisa pergi, tidak hanya pergi dari tempat ini, kau juga akan pergi, dari DUNIA INI!! MATI!!"

Dan seketika itu, aku langsung menarik pelatuk pistol itu dengan membidik ke arah dadanya, tapi sayang, tembakan pertama meleset dan hanya mengenai bahu kirinya. Kembali ku tarik pelatuk untuk kedua kalinya dan itu berhasil mengenai dadanya, tepat di arah letak jantungnya. Tembakan ketiga, dan sekali lagi berhasil mengenai jantungnya. Lalu, tembakan keempat dan kelima ku arahkan ke arah kepalanya ketika ia terjatuh akibat tembakan ketiga dan seketika itu ia langsung mati di tempat. Aku tertawa sejadi - jadinya,

"Hah, benar benar memuaskan. Tapi sayang sekali hanya ada lima peluru saja di dalam pistolku, aku akan mencari amunisi lagi."

Setelah berputar - putar di dalam hutan, aku menemukan sebuah sekolah terbengkalai dan ada dua orang di dalamnya, salah satu diantaranya adalah seorang gadis, dan Dia mirip sekali dengan Lily. Tapi, ada sesuatu di dalam diriku yang meminta untuk di bebaskan, itu adalah hasrat untuk membunuh. Sepertinya aku mulai kecanduan untuk membunuh, hahaha.

***

"Kenapa? Kenapa kau ingin membunuh kami?" tanyaku pada si pria berpakaian polisi tersebut.

"Kenapa? Mungkin, hanya untuk bersenang - senang saja, tidak lebih"

Ketakutan mulai menyebar ke seluruh tubuhku, saat ini di depanku ada seseorang yang ingin membunuhku, apa? Apa yang harus kulakukan? Ah, benar! Busur itu! Akan kugunakan busur itu untuk mengulur waktu agar kami bisa lari ke dalam gedung. Dengan berhati - hati, aku berusaha menggapai busur yang ada di belakangku itu selagi pria ini mengisi ulang senjatanya, dan setelah kudapatkan, segera kulemparkan busur itu ke arah pria tadi dan, 'bruk!' tepat di wajahnya, juga senjatanya terlempar cukup jauh, 'ini kesempatan kami' ucapku dalam hati, segera aku membopong Reza dan berusaha berlari secepat mungkin. Tapi tiba - tiba,

"AHH!!" aku terjatuh karena ternyata pria itu juga memiliki pisau kecil yang ia lemparkan dan tepat mengenai kaki ku.

"Haha, tidak secepat itu. Kau pasti tidak menyangkanya kan?!"

Aku sudah pasrah ketika ia menodongkan sebuah pistol ke arahku,

Letusan senjata terdengar, tapi bukan milik pria itu, tapi milik Reza! Dia berhasil menembak pria itu tepat di kakinya dan membuat pria itu terjatuh ke tanah!

"Ya, ini memang akhir, tapi bukan untuk kami, tapi untuk mu."

Sekali lagi letusan pistol Reza menembakan peluru dan kali ini mengenai tepat di bagian kepalanya, dan pria itupun mati seketika, begitupun dengan Reza, Dia terjatuh ke tanah setelah menembakkan peluru ke arah kepala pria tadi.

Walau sakit, tapi aku mencoba untuk mencabut pisau yang ada di kakiku dan langsung mendekati Reza. Kulitnya mulai terlihat pucat akibat darah yang terus keluar karena luka tembakan sebelumnya. Dengan segera aku mencari peralatan medis di dalam kotak hitam, namun nihil, tidak ada alat medis apapun di dalamnya. Hingga sebuah drone datang dengan membawa seperangkat perlengkapan medis dan sebuah alat perekam. Segera aku bersiap untuk mengobati lukanya, dengan bermodalkan pengetahuan medis selama SMP ku, semaksimal mungkin aku berusaha untuk mengeluarkan peluru yang mengenainnya.

Akhirnya, setelah proses yang sangat lama, aku berhasil mengeluarkan setidaknya tujuh peluru yang mengenai Reza, dan lukanya sudah kuobati dengan perban. Terlihat, matahari sudah mulai tenggelam, langit senja terlihat sangat indah sampai - sampai untuk sesaat aku lupa kalau aku hampir saja mati.

"Haah... Aku ingin beristirahat sebentar..."

Bersamaan dengan matahari yang tenggelam, aku pun tertidur. Sungguh hari yang melelahkan.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Survival GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang