Investigate 1

8 0 0
                                    

4 September 2022, di sekolah

"Bagaimana mungkin anda tidak mengetahui apapun!? Anda adalah kepala sekolah bukan!? Kalau begitu mengapa anda tidak mengetahui kemana putraku itu menghilang!!"

Di sebuah ruangan yang dipenuhi oleh beberapa rak buku dari kayu dan sebuah lemari kaca berisi piagam dan piala penghargaan terpajang di sana, seorang wanita berumur 30 tahunan tengah menumpahkan kekesalannya dan amarahnya kepada seorang pria kisaran umur 43 tahun yang tengah duduk di kursinya, pria itu adalah sang kepala sekolah dimana Reza dan Lea bersekolah, dan si wanita adalah ibu dari Reza, di dekat pintu ada, sepasang suami istri yang memperhatikan, dengan mata yang berkaca - kaca, si istri yang merupakan ibu dari Lea berusaha untuk menahan emosinya,

Sang suami pun terlihat berusaha menenangkan istrinya, terlihat dari wajah si suami berusaha untuk tetap terlihat tegar meski hatinya tersayat setelah mengetahui bahwa putri tercintanya, Lea, menghilang secara misterius. Dari belakang orangtua Lea pintu dibuka dan masuklah 2 orang polisi dan seorang detektif yang diminta untuk menyelidiki kasus hilangnya Reza dan Lea.

"Kami sudah melakukan pemeriksaan di tempat perkara, namun hasilnya tetap nihil," ujar sang polisi berkulit hitam,

"Dan kami juga sudah memeriksa cctv di sekitar tempat perkara, dan kelihatannya kamera cctv tersebut ada yang meretasnya sehingga ketika kejadian tersebut terjadi kamera cctv tersebut dibuat tidak berfungsi." polisi yang lain menyelesaikan laporan penyelidikan.

Seketika tangisan pun pecah di ruangan tersebut, tangisan dari ibu Lea pun tak tertahankan lagi, ayah dari Lea pun terlihat mulai kehilangan ketegarannya dan matanya mulai berkaca - kaca dan sedikit menitikkan air mata. Tak terkecuali ibu dari Reza, kakinya mulai kehilangan tenaga dan mulai jatuh ke lantai ruangan, dan sang kepala sekolah pun hanya bisa tertunduk menghadap ke mejanya, tak tahu harus berbuat apa.

"Tapi...", ucap sang detektif menarik perhatian setiap orang diruangan,

"Saya menemukan sebuah benda yang menurut saya merupakan peluru bius. Meski masih dugaan saja, tapi saya sangat yakin bahwa benda ini merupakan peluru bius." lanjut sang detektif.

"Darimana anda menemukannya?" tanya sang polisi berkulit hitam kepada sang detektif,

"Saya menemukan ini, memang sedikit jauh dari lokasi kejadian, tapi dari lokasi tersebut bisa saya pastikan bahwa jaraknya cukup untuk menembakkan peluru bius tersebut tanpa diketahui siapapun." jelas sang detektif.

"Lalu, jika benar korban ditembak dengan peluru bius, maka untuk apa itu dilakukan? Dibawa kemana sebenarnya korban? Jika hanya untuk memeras orangtua korban, seharusnya setelah mereka mendapatkan korban mereka segera menelpon untuk meminta uang tebusan." berbagai pertanyaan mulai muncul,

"Itu benar, tapi sepertinya ada tujuan lain, karena, kenapa harus menembakkan peluru bius hanya untuk meminta uang tebusan..? Kecuali —" tepat sebelum sang detektif menyelesaikan argumennya, tiba - tiba Andre datang dengan tergesa - gesa sambil menunjuk - nunjukkan sebuah video dari handphonenya,

"Lihat! Lihat ini! Entah ini sebuah kebetulan atau bukan, tapi, tidak hanya disini saja, tapi ini terjadi di seluruh dunia. Dan lagi, semua waktu kejadiannya serentak dilakukan secara bersamaan!"

Seluruh ruangan segera menghampiri Andre dan melihat berita tersebut dari handphone Andre. Seorang pembawa berita, mengatakan bahwa banyak sekali kasus kejadian orang hilang secara misterius, dan jika semua dihitung maka sudah ada 150 orang yang menghilang dari seluruh dunia pada waktu yang hampir bersamaan.

Para polisi nampak tidak percaya dengan apa yang diberitakan, dan sang detektif nampak sangat memperhatikan berita tersebut, lalu orangtua Reza dan Lea serta kepala sekolah juga nampak sangat terkejut melihat berita tersebut.

The Survival GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang