Notification 2

15 4 0
                                    

Cahaya mentari pagi dan suara kicauan burung menghiasi pagi ini,

"Yosh, aku harus bangun pagi, kalo nggak bisa-bisa aku telat". Perkenalkan namaku Lea, seorang gadis yang cukup terkenal di daerah tempatku tinggal. Aku bersekolah tidak jauh dari rumahku, hanya sekitar lima sampai tujuh blok saja dari rumahku bahkan jika bel sekolah berbunyi aku bisa langsung mengetahuinya, tapi mulai hari ini aku harus pindah sekolah karena pekerjaan ayahku. Tapi, aku pikir tidak terlalu buruk juga, maksudku memang apa yang akan terjadi? Tentu saja tidak akan terjadi apa-apa. Dengan wajah manisku, aku yakin akan dapat berteman dengan semua orang yang ada di sekolah. Yah, setidaknya itu yang aku pikirkan sebelumnya, hingga akhirnya aku bertemu dengan seorang murid yang terlihat sangat dingin.

'Pokoknya aku harus berteman dengan seluruh orang, tidak peduli sedingin apapun orang itu!' yah, seperti itulah kira-kira keinginanku, tapi orang ini...
Benar-benar sangat sulit didekati. Aku mengerti jika orang ini adalah anak yang sering dibully di kelasnya, tapi orang ini adalah orang terpopuler kedua di sekolah ini, bahkan para senior kelas 12 pun ikut tergila-gila dengan orang ini.

Aku sudah tidak bisa berpikir lagi, tapi satu-satunya cara yang aku tahu adalah dengan mendekati orang terdekatnya dan yang juga merupakan teman satu-satunya yang orang ini punya, Andre.

'Kali ini harus berhasil!'
Segera setelah selesai upacara aku terus mencoba untuk mendekati teman si pemurung ini,

"Kak Andre, bisa ngomong sebentar gak?" yang ini harus berhasil.

"Maaf yah, tapi aku lagi ada urusan sama sahabatku yang ada disini jadi-"

'Aku mohon jangan ditolak aku udah hampir putus asa...' disaat semuanya hampir berakhir tiba-tiba sesuatu yang tidak terduga terjadi,

"Pergi aja kali paling ada urusan penting..."

Orang ini berbicara! Tapi bukan berarti aku tidak pernah dengar orang ini berbicara walau nada bicaranya agak terkesan tidak peduli, tapi setidaknya rencanaku untuk mendekati orang ini berhasil maju satu langkah! Akhirnya ada harapan. Segera kutarik tangan Andre ke belakang gedung olahraga.

"Oke, sekarang ada urusan apa? Aku yakin kamu gak bakal narik-narik aku kalo gak ada urusan penting. Dan kenapa mesti make Kak?"

"Tolong dong Andre, cuma kamu doang harapan satu-satunya biar aku bisa ngedeketin si Reza," dengan nada yang memohon, aku berharap semoga Andre mau bantu.

"Yah gimana ya? Reza itu emang susah dideketin, jadi aku juga gak bisa ngebantu. Maaf ya, tapi bakal aku usahain."

"Makasih ya Andre. Beneran aku kebantu banget."

"Oke."

Akhirnya aku punya kesempatan lagi. Setelah itu terdengar suara bel sekolah yang menandakan bahwa jam pelajaran akan segera dimulai. Setelah setuju untuk membantu Andre langsung pergi ke kelasnya.

***

Setelah sekolah selesai, aku langsung pulang ke rumah dan mendapati keadaan rumah yang sepi. Aku tidak kaget, karena memang ayahku selalu bekerja hingga larut malam dan ibu biasanya belanja bahan makanan untuk makan malam. Setelah selesai mandi aku pergin ke kamarku dan menghempaskan tubuhku di kasur. Di dalam keheningan di rumahku handphone ku tiba-tiba berbunyi dan sebuah notifikasi muncul di layar handphone ku,

'Selamat! anda diundang ikut dalam The Survival Game!'

"Hah? Ini apaan sih. Dari kemarin aku terus-menerus dapat notif yang aneh-aneh di handphone ku. Tapi yang satu ini, aku punya firasat buruk soal yang satu ini."

Di tengah-tengah ke khawatiranku, ibuku dan ayahku pulang bersama, sangat jarang ayh pulang cepat tapi aku senang setidaknya hal ini dapat meredakan sedikit rasa khawatirku akan notif aneh ini. Setelahnya aku makan malam bersama ayah dan ibuku, dan begitu makan malam selesai aku segera pergi ke kamar dan hendak tidur. Tapi, notifikasi aneh dan misterius itu tetap tidak bisa lepas dari pikiranku. Semakin aku berusaha untuk melupakannya, maka semakin tertanam kuat hal itu di kepalaku, seakan-akan hal itu memang dibuat agar sulit untuk dilupakan.

Setelah berjam-jam terjaga akhirnya aku mulai bisa menutup mataku, dan mulai tidur perlahan. Dalam hati aku berharap agar besok aku bisa melupakan tentang notif tersebut, namun kenyataannya begitu aku terbangun keesokan harinya, yang pertama kuingat adalah notifikasi itu.

The Survival GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang