Game Start

16 2 0
                                    

"Reza! Ayo cepetan bangun itu temanmu Andre udah ngejemput kamu!"

"Iya bu, ini aku udah bangun. Suruh aja Andre buat nungguin di dalam,"

Beginilah rutinitasku sehari-hari, aku baru bangun tidur kalau Andre sudah datang menjemputku dan jika belum aku baru bangun lima belas menit sebelum bel pelajaran dibunyikan. Terkadang aku akan dihukum oleh keamanan Sekolah karena terlambat, biasanya hanya hukuman yang ringan seperti membersihkan halaman atau menyirami bunga dan tanaman lainnya, namun jika sudah terlalu sering maka hukuman yang menanti adalah membersihkan kolam renang Sekolah. Tapi selama dua tahun aku bersekolah di sini, aku tidak pernah sampai terkena hukuman sampai lebih dari tiga kali selama seminggu, karena biasanya Andre akan selalu menjemputku sejam sebelum Sekolah dimulai.

Setelah mandi langsung 'ku kenakan seragam sekolahku dan segera bersiap berangkat, untuk sarapan biasanya aku hanya memakan roti dengan selai stroberi saja, dan segelas air putih. Tidak lebih. Cukup sederhana namun mengenyangkan. Setelah berpamitan dengan Ayah dan Ibu, aku segera bergegas keluar dan kulihat Andre sedang berteleponan dengan seseorang, sepertinya dengan seorang gadis, pantas saja dia langsung bergegas keluar tiba-tiba. Andre yang belum sadar aku ada di dekatnya, diam-diam aku mendengarkan isi percakapannya, tapi walau begitu aku tidak dapat mendengar apa yang dia dan gadis itu bicarakan di telepon. Hingga akhirnya dia dan gadis itu selesai dia baru sadar akan kehadiranku.

"Tadi kamu ngobrol sama siapa? Kayaknya seru banget sampai gak sadar gitu ada aku disini?" Tanyaku pada Andre, seketika wajah Andre tiba-tiba kelihatan seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Bu-bukan sama siapa-siapa. Aku cuma ngobrol sama ketua kelas aja kok... Hehe."

Sudah kuduga, Dia menyembunyikan sesuatu. Tapi, aku juga tidak begitu peduli sih. Jadi yah, masa bodoh saja.

"Y-Ya udah, yuk berangkat! 30 menit lagi bel sekolah bunyi. Yuk!"

"Ya udah biasa aja kali. Gak usah grogi begitu, kayak lagi nyembunyiin sesuatu aja, ya udah, yuk berangkat!"

Dan kami pun berangkat dengan berjalan kaki, jarak sekolah kami memang tidak terlalu jauh dengan rumah kami, hanya sekitar lima sampai tujuh blok saja dari kawasan perumahan tempat tinggal kami. Singkat cerita, akhirnya kami sampai di depan gerbang Sekolah dan aku melihat ada seorang gadis berdiri tepat di depan gerbang Sekolah. Itu gadis yang kemarin bersama dengan Andre.

"Andre, tuh ada temen kamu lagi nungguin di depan gerbang sekolah. Kalo kamu mau ngobrol dulu, nanti aku tungguin di kelas ya."

Setelah mengatakan itu ke Andre aku segera bergegas pergi ke kelas. Tapi tiba-tiba Andre menarik tanganku.

"Tunggu dulu Rez, sebenernya itu cewek nungguin kamu. Jadi aku yang duluan ke kelas ya? Oke?" Tercengang aku mendengarnya.

'Hah? Apaan sih? Ini cewek nungguin aku? Hah! Gak mungkin!'

"Kamu bercanda ya? Jelas-jelas dia nungguin kamu. Kok ngomong gak jelas begitu?"

"Beneran, kamu ingetkan yang tadi aku telponan sama siapa? Tadi aku telponan sama dia,"

"Katanya kamu telponan sama ketua kelas!" Kali ini aku berbicara dengan nada yang agak kasar. Tentu saja, sahabat yang kau punya satu-satunya berbohong padamu. Siapapun pasti akan marah kalau begitu!

"Yah, tadi aku bohong dikit. Soalnya kalo aku ngomong jujur, pasti kamu gk bakal mau. Jadi, yah, terpaksa aku bohong sama kamu," Mendengar penjelasan itu, entah kenapa tiba-tiba tanganku rasanya ingin melayangkan sebuah pukulan ke kepalanya.

"Dasar kau...."

"Hah?"

"Dasar kau! Beraninya berbohong!"
Dan sebuah pukulan melayang tepat ke wajahnya. Buk!.

"Heh? Kau kenapa sih?"

"Hah!? Kau masih bertanya kenapa!? Berani sekali kau berbohong pada sahabatmu sendiri! Ingat ini, aku akan membalas dua kali lebih sakit daripada yang ini! Berani sekali kau...!" Dan begitulah, aku memberikan pembalasanku pada Andre karena telah berbohong padaku.

"Ya, maaf-maaf, lain kali gak bakal bohong sama kamu lagi deh...tapi, tolong ya, kamu ngomong dulu sama tuh cewek, karena itu cewek bener-bener maksa. Oke?"

"Oke kalo gitu. Yang penting kamu udah janji gak bakal bohong lagi."

"Thank's ya Rez!"

"Oke," Setelah itu Andre lansung pergi ke kelas. Masih ada 10 menit sebelum bel sekolah berbunyi, seperti apa kata Andre gadis itu mendekatiku dengan wajah yang tersenyum kecil.

"Jadi, kau ada apa nyariin aku? Cepetan, bentar lagi udah mau bel,"

"Jadi, kamu yang namanya Reza ya? Jadi gini aku mau ngomong sesuatu,"

"Sebenernya gini aku tu-" Sebelum gadis itu selesai berbicara tiba-tiba dia jatuh pingsan. Dengan sigap aku menangkap tubuhnya yang mulai jatuh, sesuatu seperti peluru bius tepat mengenai leher bagian belakangnya.

"Sial! Siapa sih yang nembakin peluru bius? Ini gak lucu tau gak! Main-main dengan benda seperti ini, hei siapapun yang ngelakuin ini, cepetan muncul! Kalau tidak, aku akan-" Tiba-tiba aku merasakan ada yang menusuk leherku dari belakang. Aku merabanya dan aku mencabut benda yang menusukku itu. Sebuah peluru bius!

Seluruh tubuhku rasanya tiba-tiba lemas tak bertenaga, dan aku pun ambruk bersama dengan gadis yang tadi. Suara langkah kaki terdengar diantara kesadaranku yang mulai menghilang. Dan aku mendengar sebuah suara, terdengar seperti orang yang sedang melaporkan sesuatu,

"Player nomor 17 dan player nomor 20 sudah berhasil diamankan!"

Setelah itu kesadaran ku sudah benar-benar menghilang dan hanya ada kegelapan di sekelilingku.

***

Aku mendengar sebuah suara, terdengar seperti suara seorang gadis. Suara itu seperti sedang mencoba membangunkan ku,

"Reza bangun cepetan! Rez? Ayo cepetan bangun! Ini gawat!"

Aku segera mencoba membuka mataku dan wajah gadis itu ada tepat di depan mataku. Sontak aku terkejut karena itu. Kemudian, aku yang terkejut langsung bangun dan membentur sebuah dahan pohon yang tepat mengenai kepalaku,

"Aww! Ini apaan sih? Kok ada pohon sebesar ini? Dahan pendek banget lagi!"

"Itulah yang ingin kutanyakan juga. Kok kita bisa ada disini?Hutannya juga lebat banget,"

"Hah? Hutan?" Aku yang mendengar penjelasannya langsung melihat ke keliling dan benar saja, di sekeliling kami adalah hutan yang sangat lebat. Dan di tengah kebingungan, tiba-tiba sebuah suara yang entah berasal dari mana, terdengar oleh kami,

"Selamat datang! Kepada seluruh player The Survival Game!"

"Sialan! Sudah kuduga bakal jadi kayak gini!"

"Kamu juga dapet notifikasi tentang The Survival Game?"

"Iya, emang kenapa?"

"Sebenarnya, aku juga dapet notifikasi itu. Aku curiga kalau sebenarnya notifikasi itu ada hubungannya dengan apa yang terjadi saat ini."

Setelah mendengarkan apa yang gadis itu bicarakan, tiba-tiba suara yang sebelumnya kami dengar, kembali terdengar dan mengucapkan sesuatu,

"Let's start this game!"

The Survival GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang