Pagi-pagi sekali, Yeonjun udah siap buat pergi ke sekolah. Jam di dinding yang masih menunjukkan angka 6 lewat 19, membuat Mamanya menatap Yeonjun aneh. Biasanya dibangunkan aja susah, kok ini bisa bangun pagi? Apa anaknya ini mendadak dapet pencerahan dan memutuskan untuk bertobat?
"Kamu boleh tobat Jun, tapi ini masih kepagian banget buat berangkat sekolah", ucap mamanya diiringi dengan ejekan.
"Aku ada piket pagi ma", jawab Yeonjun sambil mengikat tali sepatunya.
"Mama harus adain syukuran kayaknya, terharu banget liat kamu akhirnya mau berangkat pagi", mamanya berpura-pura memasang wajah sedih seraya mengusap matanya yang tidak dibasahi air mata.
Yeonjun berdecak, mamanya terlalu lebay.
"Aku kapok dipukuli mama pake rotan kasur"
Mamanya tertawa, kemudian Yeonjun berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada sang mama. Mama kira Yeonjun mengajak bersalaman, ternyata meminta uang jajan.
"Padahal kemaren udah mama kasih"
"Yang kemaren kan buat jajan kemaren ma, sekarang juga butuh jajan. Lagian sayang banget uang papa kalo ga dijajanin", balas Yeonjun dengan tangan yang masih mengadah.
"Kan masih bisa mama jajanin", balas mamanya.
"Itu namanya mama tuh mama yang kejam", Yeonjun tidak mau kalah.
"Ngeles mulu, kaya Papa", akhirnya mama yang mengalah. Mengambil 2 lembar uang dari dompetnya dan memberikan pada Yeonjun.
Yeonjun terkekeh kemudian menerima uang dari mamanya dan berpamitan untuk berangkat.
Papa Taehyung yang baru turun dari lantai 2 terkejut melihat kepergian anak sulungnya, biasanya pagi hari rumah akan diramaikan teriakan istrinya yang kesal karena anaknya susah dibagunkan.
"Mama ga ngancem Yeonjun kan? Kok bisa dia berangkat sepagi ini?", tanyanya seraya memeluk pinggang si istri.
"Kayaknya dia takut diusir beneran dari rumah", jawabnya dengan kekehan.
"Yaudah sekarang giliran bangunin Beomgyu, anaknya kumat susah dibangunin"
Istrinya menghela nafas kasar, punya 2 anak laki-laki cukup membuatnya kerepotan.
Di sisi lain, Yeonjun tidak mengendarai motornya menuju sekolahan. Melainkan ke tempat tongkrongan dimana dia dan teman-temannya sudah mempersiapkan berbagai hal untuk tawuran. Mungkin jika mamanya tau, dia benar-benar akan dihapus dari kartu keluarganya.
"Jun, semua udah beres"
Yeonjun baru datang dan langsung disambut oleh temannya, sudah ada beberapa senjata yang nanti akan digunakan untuk tawuran.
"Udah kumpul semua?", tanya Yeonjun
"Taehyun belum dateng", jawab Hyunjin
"Tuh bocah ngapa dulu sih elah, kebiasaan banget ngaret", Yeonjun berdecak kesal.
Sekitar 15 menit, Yeonjun kembali membahas rencana mereka dan menunggu kedatangan Taehyun.
"Oke pokoknya Hyunjin sama Jeno yang mancing ke sekolahan mereka, biar gue sama Taehyun yang handle ke tempat buat perang".
Yang lain mengangguk menyetujui Yeonjun, hati mereka sudah matang dan yakin kalau rencana mereka yang sudah tersusun rapi bakal berjalan dengan mulus.
"Bro, sorry telat"
Pandangan mereka tertuju pada Taehyun yang baru datang dengan 2 plastik hitam di tangannya.
"Lo abis darimana sih?", tanya Yeonjun.
"Gue abis ke taman dulu tadi, ngambil pasir di tempat mainnya anak-anak"
"Pasir buat apaan?"
"Buat nyiram muka musuh kita nanti, kalo mata mereka kelilipan kan jadi gampang mukulnya", Taehyun mengangkat 2 plasti berisi pasir dengan senyum mantap.
"Ya kalo gitu bukan mata mereka doang yang kelilipan, tapi mata kita juga yaampun bujankkk", kali ini Jeno yang mengejek Taehyun. Yang lain tertawa, sedangkan Taehyun baru menyadari kebodohannya.
"Sia-sia gue tadi ampe tengkar sama bocil", ucapnya lesu.
🍑🍑🍑
Soobin duduk dengan gelisah di kelasnya, mencoba untuk fokus pada buku di meja namun selalu gagal. Dia memikirkan Yeonjun yang belum ada di kelas, padahal mamanya bilang Yeonjun berangkat pagi untuk piket. Dia juga tidak melihat Jeno maupun Hyunjin yang merupakan teman sekelasnya, sekaligus teman nongkrong Yeonjun.
Sepertinya Soobin tau Yeonjun akan kemana, hanya saja dia khawatir jika lagi-lagi temannya itu kena masalah. Guru memasuki kelas, keadaan yang tadinya ramai mendadak hening.
Guru bertanda pengenal Lee Dong Wook itu memperhatikan kelas, wajah masamnya bertambah masam saat mendapati 3 kursi di belakang kosong.
"Kayaknya saya udah ngga dihormati lagi ya sebagai guru disini", ucapnya kemudian lanjut bertanya "Soobin, kemana mereka bertiga?".
"Maaf pak, dari pagi saya ngga liat mereka masuk kelas", jawab Soobin gugup.
Pak Lee memukul meja, membuat seisi ruangan tersentak dan takut. Pagi mereka akan diawali dengan omelan dari pak Lee, karena 3 penghuni kursi kosong yang tak lain adalah Yeonjun, Hyunjin dan Jeno bolos sekolah (lagi).
Setelah mendapatkan ceramah yangamat panjang, kelas akhirnya kembali melakukan aktivitas belajar. Soobin mencuri pandang Pak Lee, kemudian dengan hati-hati membuka ponselnya dan mengirimkan pesan pada seseorang.
Soobin: Lo dmn?
Yeonjun: Lagi otw perang
Soobin: Pak Lee abis ngamuk, gausah perang2 kalo g mau kena masalah
Yeonjun: Udah mending lo fokus belajar, gosah ikut-ikutan
Soobin mendengus kesal, merasa teringgung dengan ucapan Yeonjun. Dia kan bertanya karena peduli, kenapa Yeonjun jadi ngegas?
Biar aja nanti kalo dia diusir, Soobin ga mau nampung lagi.
TBC
Makasih udah baca ya Mo, loveu💙
KAMU SEDANG MEMBACA
[Boy]friend, Soobin×Yeonjun
FanfictionDua hal yang akan terjadi jika Soobin mengungkapkan perasaannya: 1. Soobin akan memiliki sahabat sekaligus cinta matinya 2. Soobin akan kehilangan sahabat sekaligus cinta matinya. Apapun yang akan dia dapatkan, itu lebih baik dibandingkan mati penas...