× Ending ×

174 27 12
                                    

Jleb-

Tubuh Hyojong dan YanAn tak lagi berjarak. Nafas keduanya terdengar berat. Hyojong menggenggam bagian depan jaket YanAn dengan begitu erat. Tetapi genggaman YanAn pada lengan Hyojong justru melemah. Darah juga mulai menetes di antara keduanya.

"Bye..... YanAn....."

Tangan mereka semakin gemetar. Perlahan, keduanya mulai merosot ke lantai yang sudah di penuhi genangan darah dengan posisi mereka yang masih tidak berubah.

"Ini... Akhirnya...."

Tangan Hyojong beralih menyampir ke bahu YanAn. Dengan lembut dia menepuk punggung YanAn beberapa kali.

"Maafin gue... ."
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tuk tuk tuk!

"Kak? Kakak kenapa?"

YanAn membuka matanya. Dan yang pertama kali dia lihat adalah wajah khawatir Changgu. Pemuda tampan itupun tersenyum lembut, lalu mengambil gagang telfon yang ada di depannya.

"Gak kenapa-napa, kok. Jangan terlalu khawatir."

Changgu mulai meneteskan air mata. "Maaf... Gara-gara saya...."

YanAn bingung sendiri bagaimana cara menenangkan pemuda manis di hadapannya itu. Dia tidak bisa menghapus air mata Changgu. Ataupun merengkuh pemuda kecil itu kedalam pelukannya. Jadi yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu.

Dengan begitu keras, Changgu berusaha menenangkan dirinya sendiri. Dia bahkan mengusap kasar wajahnya yang memerah dan basah karena menangis. Membuat YanAn tiba-tiba merasa gelisah.

"Chang..."

"I-iya kak?"

"Jangan pernah nangis di depan cowok lain, ya. Aku gak rela."

Blush

Pemuda Yeo itu merasa panas menjalar di seluruh wajahnya yang membuatnya mulai menggerakkan tangannya untuk mengipasi wajahnya sendiri. Sedangkan YanAn yang melihatnya hanya tertawa kecil.

Pelan-pelan, YanAn menempelkan telapak tangan kirinya di kaca yang ada di hadapannya. "Yeo Changgu... ," panggilnya lembut.

Yang di panggil mendongak. Dan dengan ragu-ragu menempelkan telapak tangan kanannya di tempat dimana telapak tangan YanAn ada.

"Aku cinta sama kamu, Chang. Tapi apa kamu mau nunggu aku?"

Jantung Changgu berdegub melambat. Rona merah di wajahnya semakin pekat.

Changgu mengangguk. "Saya gak keberatan buat nunggu kakak. Lagipula, selama inipun saya juga nunggu kak YanAn. Jadi nunggu sedikit lebih lama lagi gak jadi masalah."

Kini giliran pemuda pucat itu yang merona. Sekuat tenaga dia menahan agar sudut bibirnya tidak terangkat.

"Kak YanAn, saya juga cinta sama kakak."

Dan YanAn gagal membendung senyumnya.

•••

"Won..."

"Apa?!"

"Galak banget sama pasien."

Shinwon mendesah lelah. "Kenapa, Jung Wooseok???" Setidaknya Shinwon sudah mencoba memperhalus sahutannya walaupun nada kesal masih terasa jelas.

High School? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang