Bagian 3 : Izin

102 8 6
                                    

" Neng...! "

Radinka melonjak kaget saat seseorang menepuk pundak kanannya

" Kita sudah sampai neng, si eneng kok malah ngelamun baek-baek kesambet, udah sore pamali "kata si supir angkot dengan heran

" Ah-! Maaf pak, saya melamun tadi... Ini uangnya dan terimakasih sudah di ingatkan "

Radinka menyerahkan beberapa lembar uang kepada pak sopir, dan bergegas turun

" Semoga tidak ikut " gumam Radinka dari tadi

Sampai di pertigaan kompleks nya dia menghela nafas lega, perempuan tadi tidak mengikutinya

Radinka kembali menghadap depan berniat berjalan ke rumahnya

Satu info, sebenarnya Radinka itu seorang indigo.

" Assalamualaikum "

" Waalaikumsalam, udah pulang din? " tanya ibu nya lembut

Radinka hanya mengangguk lalu mencium tangan ibunya dan berjalan ke kamar

Dia mengganti baju kemudian tiduran di kasurnya

Ting-!

Radinka menoleh ke arah ponsel nya yang dari tadi bergetar, menandakan banyak notif yang masuk

1 Pesan dari Mikki

'Din gimana lu di bolehin ga sama ibu lu?'

Tangannya bergerak, menulis sesuatu di ponselnya dan memencet kirim

'Belum gw baru sampai, capek'

Ting-

'Ohh oke! Istirahat dulu deh, nanti aja bilangnya. Yang penting jangan lupa'

Radinka tersenyum membaca pesan Mikki

'Yoi, btw lu boleh ikut?'

Satu menit berlalu, Radinka masih setia menunggu jawaban dari Mikki

'Udah cuman tadi berantem bentar, nyokap gaboleh bokap ngebolehin... Katanya nyokap banyak berita tentang anak ilang di gunung makannya ga boleh... Tapi setelah gw yakinin kalau gapapa, ibu gw ngijinin'

'Oalah... Untunglah kalau gitu, berarti cuman gw yang belum ijin?'

'Buka gc gih'

Radinka pun mengeclose chat dia dengan Mikki, dan memencet pesan lain

'Grup Anak Kece Abiez'

Dia terkikik geli melihat nama grup yang diubah oleh Rakha

'Jadi gimana nih gaes? Udah boleh semua kan?' -Rakha

'Gw boleh, cuman katanya kalau di gunung jangan sampai ada yang sompral' -Aditya

'@Rakha baca yg bener bang, awas kalau lu sompral trus kita semua yang kena' -Mikki

'Gw juga bisa baca ya! Lagian cuman naik gunung loh, kecuali naik ke pelukan Tuhan' -Rakha

'Gw ga ikut-ikut, udah mulai nih sompralnya_-' -Mikki

'Oiya, gw belum ijin ke ibuk gw... Nanti kayaknya diijinin sih, kalau maksa' -Radinka

'Wih bisa semua nih, mantab lah! Oiya naik gunungnya kapan kha?@rakha' -Aditya

'Hm... Jumat aja, pas kita libur awal' -Rakha

'Bukannya pamali woe?' -Mikki

'Halah percaya banget pamali lu mik, cuman mitos itu. Udah percaya sama gw Jumat ga ada apa-apa' -Rakha

'Oke Jumat ni, kalau ada apa-apa Rakha yang disalahin loh' -Radinka

'Sans aja din... Gw tanggung semua wkwkw' -Rakha

'Felling gw makin gaenak liat ketikannya si Rakha-' -Aditya

'Dih mana ada' -Rakha

'Stop kalian jangan berantem. Gw duluan yak, mau tidur... Ngantuk nih' -Randika

'Met tidur' -Rakha, Aditya, Mikki

Randika tersenyum membaca pesan temannya lalu meletakkan ponselnya di meja dekatnya, dan mematikan lampu.

-----------------------------

Aiaia bang joni suka jablay~

Randika terbangun dengan malas, lalu memencet tombol hijau di handphonenya dan mendekatkannya ke telinga

" Jadi ke cafe ngga? Gw tau lu masih tidur, cepet mandi "

Suara Mikki terdengar dari handphonenya, dan beberapa suara em- panci jatuh?

" Oke-oke, makasih udah bangunin
... Btw itu ngapain? Lagi main sepak bola? Ko ada panci jatuh? " tanya Radinka yang sudah terbangun sepenuhnya

" Biasa perang dunia ke tiga, dah sono mandi gw tunggu di cafe sama yang lain " Kata Mikki lalu memutuskan panggilan sepihak

" Huft Iya-iya... "

Radinka berjalan ke arah kamar mandi dengan malas dan melakukan aktifitasnya seperti biasa.

" Oiya ma, besok lusa Radinka sama temen-temen mau naik gunung. Boleh? " Tanya Radinka sambil menyisir rambutnya

" Jangan, banyak kasus anak hilang akhir-akhir ini di gunung Merbabu "

Ibu Radinka menatap anaknya khawatir

" Tapi kata Rakha mau ke gunung Lawu? Radinka bisa jaga diri kok ma, lagian ada Mikki dan Aditya " Kata Radinka mencoba meyakinkan ibunya

" Huft yaudah sekali-sekali bolelah, jarang juga kamu keluar sama temen-temen... Tapi ingat jangan macem-macem, gunung bukan tempat buat main-main... Jaga kelakuan juga "

Nasehat terakhir sebelum ibunya berjalan ke arah sofa dan menonton televisi

" Makasih ma! "

Radinka senang, lalu mengecup tangan ibunya dan berjalan ke cafe yang lumayan dekat dengan rumahnya tersebut.

**skip perjalanan*

Kriing-

"Selamat datang"

" Din sini!- " teriak Aditya yang berada di meja pojok bersama beberapa temannya

Radinka pun mendatanginya dengan senang dan duduk di salah satu kursi yang sudah di sediakan

" Nah sekarang gw mulai  perkenalannya... "

" Kenalin ini- "

NGLANGGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang