Bagian 7 : Persiapan

71 9 1
                                    

Pagi ini pukul 07:30, Jakarta sudah mulai ramai orang beraktivitas, beberapa kendaraan yang lalu lalang menjadi teman berkendara. Sengaja mereka berdua berangkat lebih pagi agar tidak terjebak macet yang tentu saja bakal membosankan.

Aditya fokus menyetir ke arah jalan, sesekali pandangannya berpaling ke arah Radinka. Salah satu sahabatnya yang dia sayangi walaupun kadang Aditya terlihat sangat jahil. Tersungging senyum tipis yang bahkan saking tipisnya tidak ada yang sadar akan hal itu.

"Kalungnya bagus Din, yang ngasih siapa emang?" Tanya Aditya kepada Radinka yang sendari tadi hanya menatap kalung tersebut.

"Eh? Ini pemberian dari Ibu kok." Jelas Radinka sedikit berbohong karena ia tak tahu harus memulai dari mana ceritanya.

"Kok gak di pake? Nanti hilang loh Din, sini gue pakein, bentar nepi dulu!" Ucap Aditya seraya mencari tempat yang pas untuk menepikan mobilnya.

"Eh nggak usah repot-repot Dit! G-gue bisa sendiri kok!" Tegas Radinka.

"Bawel lu ah!" Celetuk Aditya menyaut kalung itu dan memakaikannya ke leher jenjang Radinka.

Perlakuan tiba-tiba Aditya membuat Radinka sedikit kaget, entah kenapa jantungnya menjadi berpacu lebih cepat dari biasanya.

'Kok gue deg-degan sih?' Batin Radinka.

"Nah udah selesai! Nahh gini kan cantik!" Ucap Aditya selesai memakaikan kalung tersebut.

"Makasih!" Jawab Radinka singkat seraya menyunggingkan senyum manis dan di balas senyum balik oleh Aditya.

"Yaudah yuk lanjut!" Celetuk Aditya kembali fokus ke arah jalan.

*20 menit perjalanan....

Akhirnya mereka berdua sampai di caffe "Si Budi" yang terletak di daerah Jakarta Selatan. Cukup rame memang tapi entah kenapa pagi itu pelanggan caffe tersebut bisa di hitung hanya dengan jari.

"Din, Adit sini!" Panggil Mikki di meja nomor 5 khusus 7 orang, yang bersebelahan langsung dengan jendela.

"Eh Mik lu udah lama disini?" Tanya Radinka.

"Enggak juga sih, tenang aja gue sambi nulis keperluan yang dibutuhin jadi gak kerasa lama kok." Terang Mikki santai.

"Oh gitu, bagus deh!" Balas Radinka.

"By the way, yang lainnya kemana nih kok belum pada dateng?" Tanya Aditya sambil mengalihkan pandangannya keseluruh penjuru caffe.

"Mungkin masih molor hahaha." Celetuk Mikki

"Hadeuh, dasar!" Gumam Aditya mendengus dengan kasar.

"Pesen dulu gih biar gak asem tu muka!" Perintah Mikki.

"Mbak mau pesen!" Panggil Aditya ke arah salah satu pegawai caffe.

"Ini kak menunya, mau pesan apa?"
Tanya pegawai caffe itu.

"Saya capucino latte panas aja mbak, gula terpisah!" Pesan Radinka.

"Saya samain aja mbak!" Celetuk Aditya menyamakan pesanannya karena bingung memilih menu yang begitu banyak.

"Saya ulangi lagi, capucino latte panas gula terpisahnya 2 ya? Ada tambahan apa lagi?" Tanya pegawai itu memastikan.

"Sudah itu aja mbak." Jawab Aditya.

"Di tunggu sebentar ya kak!" Ucap pegawai itu seraya meninggalkan tempat duduk mereka.

Sembari menunggu pesanan datang, mereka bertiga mengobrol tentang riset yang masing-masing dari mereka buat. Mikki dengan rinci menceritakan semua riset yang dia ambil dari beberapa situs web, riset mengenai larangan, barang apa saja, jalur pendakian, dll.

NGLANGGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang